kemarahan Gilang

21.5K 2.5K 196
                                    

HAPPY READING
⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️⬜️
jangan lupa vote!

hari ini sudah hari ketiga Angga pergi, mungkin sore atau malam ia baru pulang. dan untuk terakhir kalinya peneror itu melemparkan batu ke pintu rumah Dinda. sama sekali tidak berani Dinda buka, hanya aki Usman dan nini Raya yang menolongnya.
Dinda sejak kemarin, nini Raya tidak memberi tau apa isi kotak tersebut, hanya saja terus memberikan foto fotonya ke pada cucunya, Fathir.

"neng, suami kamu pulang sekarang?" tanya nini Raya sambil memeluk Dinda yang masih ketakutan

"sepertinya iya bu" jawab Dinda

"kamu gamau makan neng? dari kemarin kamu makan dikit banget, cuma sekali doang lagi"

"ngga bu, aku ga nafsu, tunggu aa pulang aja" ucap Dinda

"masih belum di jawab ya neng?"

"belum bu, Dinda bingung harus apa .. maaf ya ngerepotin ibu sama aki" ucap Dinda

"nduk, kami menganggap kamu layaknya cucu kami, cucu aki ada laki-laki seumuran kamu kayaknya" ucap aki Usman

Dinda menunduk lemah, tidak tau apa lagi yang harus dia lalukan. ia seperti di telantarkan di Bandung, tidak punya sodara kecuali keluarga suaminya, tapi Dinda enggan untuk cerita, takut di kira pengaduan.

09:56
Ruang tengah

Dinda baru selesai sholat, nini Raya dan aki Usman sedang pulang terlebih dahulu. Dinda diam di sofa sambil memandangin layar hp nya, dimana wallpaper hp itu adalah fotonya dengan Angga saat resepsi. Dinda tersenyum tapi air matanya mengalir.

TRING
bunyi notifikasi yang sangat Dinda tunggu.

biba🤍
saya mau pulang, bikinkan saya makan, saya lapar

Dinda tersenyum dan membalas pesan itu, setelah itu ia ke dapur untuk membuatkan makanan yang Angga suka. Dinda membuat banyak sekali makanan, tak lupa ia bikin seblak karna ke inginannya sendiri.

12:34
Ruang tengah

Dinda sudah rapih, rapih sekali dengan gamis dan hijabnya, ia sedang duduk menunggu Angga pulang. berharap suaminya akan berubah seperti normal, seperti Erlangga yang ia kenal. tak lama Dinda mendengar pagar dibuka dan suara mobil, Dinda bergegas ke depan pintu dan membuka pintunya.

"assalamualaikum" ucap Angga

"waalaikumsalam" jawab Dinda

Dinda langsung memeluk Angga dengan erat tapi Angga malah mendorong badannya Dinda pelan, Dinda melepaskan pelukannya, melihat Angga langsung masuk begitu saja.

"mana makanannya?" tanya Angga

"ayo sini, aku udah masak makanan kesukaan biba" ajak Dinda dengan senyuman palsunya

Dinda memegang lengan Angga, menarik kursi di meja makan untuk suaminya dan membiarkan suaminya duduk. Angga melihat semua makanannya, makanan yang ia suka, yang ia rindukan juga sebenarnya.

"aku suapin ya" ucap Dinda

"gausah" singkat Angga

Dinda menghela nafasnya pelan, melihat ke kompor dan ternyata seblaknya sudah matang. Dinda mengangkatnya dan menaruhnya di mangkok, setelah itu Dinda berdiri di depan Angga yang tengah duduk makan.

"aa, mau cobain ga? ini ga pedes kok" ucap Dinda sambil menunjukan seblak dalam mangkoknya

"ga"

"sedikit aja ya, cobain, aku suapi" ucap Dinda

saaf Dinda mengambil sendok di meja dan tangan satunya memegang mangkok panas berisi kuah seblak, tiba-tiba Angga menepisnya mangkok yang ada ditangan Dinda hingga mangkok itu jatuh dan pecah serta kuah seblak yang masih panas itu mengenai kaki Dinda.

Ikhwan untuk Dinda. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang