Part by Aquila6_
"Dia yang datang dan pergi sesuka hatinya, tanpa repot memberi kabar. Ah, benar. Memangnya siapa aku baginya?"
-Athe
♡♡♡
Athe itu pendiam, tak banyak bicara, kalian sudah pasti tahu itu. Bahkan, saking pendiamnya gadis itu membuat ia cuek pada sekitar. Terbukti saat Jani mengajaknya mengobrol ketika sedang memasak, Athe hanya menanggapi seperlunya.
Perdebatan antara Aufa dan Jani bahkan ia tak peduli. Sampai saat ia berbicara panjang lebar hanya untuk menasehati Jani, rasanya Athe menyesal.
Ia benci menjadi pusat perhatian dan itulah yang terjadi saat itu. Satu-satunya cara menyembunyikan rasa gugupnya Athe lakukan dengan melanjutkan acara memasak.
Brukk!
Cup
Cekrek
Sampai kejadian yang tak direncanakan itu terjadi. Saat mendapati adegan seperti itu di film yang ditontonnya bahkan sering ia lewati dan mempercepat durasi beberapa menit ke depan.
Lah, ini malah ia disuguhkan langsung sama adegan livenya!
Astaga, batinnya menjerit.
Athe membeku di tempat dengan tatapan tertuju pada Aufa dan Jani. Gadis itu tersentak saat mendapati pandangannya tiba-tiba hitam.
"Jangan dilihat, lo masih kecil." Athe tersentak. Bisikan halus itu mampu membuat sekujur tubuhnya merinding.
Jangan tanya bagaimana keadaan jantungnya saat ini. Jika punya kaki, mungkin jantungnya saat ini sudah melesat pergi meninggalkan tempatnya! Oke, cukup, itu berlebihan.
Athe dapat mendengar seruan kesal Jani yang terdengar seperti tengah merengek kepada Bagas, hanya sesaat sebelum keadaan berubah hening dan ucapan Aufa yang membuat Gala menjauhkan tangannya dari mata Athe.
Ah, entah kenapa Athe jadi meridukan masa itu. Siapa pun tahu. Dulu, ia dan Gala pernah dekat.
"Astaga, gosong!" serunya tersadar lamunan begitu mendengar kata gosong. Dengan segera ia mematikan kompor.
Athe mengembuskan nafasnya perlahan. Tenang, Athe, tenang.
Ia kembali berkutat dengan peralatan masaknya setelah Aufa pergi dari dapur.
"Perlu bantuan?" Athe tak langsung menjawab.
Gadis itu terdiam, berpikir. Bukan apa, masalahnya ia harus pandai-pandai menyembunyikan kegugupannya saat berada di sekitar Gala agar cowok itu tak tahu.
Akhirnya, Athe memilih untuk menerima bantuan Gala. Mengangguk tanpa menoleh pada cowok itu sedikit pun.
"Cuci." Dengan satu kata, Athe memerintahkan Gala untuk mencuci timun dan tomat yang langsung dilaksanakan oleh cowok humble itu.
Pilihan untuk menu makan sorenya ia jatuhkan pada nasi goreng. Sengaja memilih yang simple dan cepat, karena para manusia yang saat ini menunggu di ruang tamu tengah kelaparan.
"Lo berubah, ya."
Tangan Athe yang hendak memecahkan telur di atas wajan berhenti sejenak, sebelum kembali melanjutkan untuk menggoreng telur mata sapi setengah matang yang terakhir.
"Berubah gimana?" Athe bertanya, tanpa menatap mata Gala.
Gala menggedikkan bahu. Ia menyerahkan bawang merah dan cabai yang sudah diirisnya pada Athe saat gadis itu meniriskan telur terakhir. "Ya, berubah."
DU LIEST GERADE
Love Story
JugendliteraturKetika takdir mulai mempertemukan dan semenjak saat itulah kisah kita bermula. Ini hanyalah kisah klasik tentang sepasang manusia yang saling menarik benang merahnya masing-masing. Juga tentang dua orang sahabat yang menentukan cita dan cinta mereka...
