Danisha hanya menggidikan bahu acuh. Dia memang bukan Gladis, yang akan menutup mulut dan duduk seperti anak anjing manis saat Takshaka sudah mengeluarkan dominasinya.
"Jadi." Tak jera, Danisha kembali mengulang kata itu.
Takshaka memejamkan mata, "Lo memang sialan." Desis nya tajam.
Danisha mengganguk santai, "Lo lebih sialan." balasnya tak kalah tajam.
Menghela nafas kasar Takshaka berusaha mengendalikan diri, "Okey, kita bicara sekarang."
Danisha tersenyum puas, dia mengisyarakatkan Takshaka untuk memulai pembicaraan mereka.
"Gue mau nawarin lo sebuah perjanjian."
Danisha memajukan tubuh tertarik. Perjanjian, dia sangat ingat dulu sering kali membuat perjanjian dengan para kliennya. Tapi apakah perjanjian yang ditawarkan Takshaka bisa memberikannya untung? bagi Danisha membuat perjanjian dengan seorang rival tidaklah terlalu menimbulkan masalah, asalkan persen keuntungannya yang di dapat lebih tinggi di bawah resiko yang akan ditanggung, jadi tak ada salahnya sedikit mendengarkan tawaran Takshaka.
"Perjanjian apa?"
Takshaka terdiam, masih terlihat enggan dan ragu-ragu untuk berbicara. Namun Danisha tidak mau mengendor, laki-laki ini harus memberikan dia sesuatu yang menarik karena sudah merusak minggu paginya.
"Gue masih sangsi sama perubahan lo--" Danisha sontak memutar mata malas, tak habis-habis pikirnya. "Entah lo punya tujuan apa, gue masih abu-abu untuk nebak itu. Yang jelas gue mau lo buat perjanjian, agar lo, sama gue masih tetep terikat sama hubungan pertunangan ini."
Danisha mengdengkus sinis. "Untung nya di gue apa?" tanya nya malas.
Takshaka menatap Daniha rumit dengan pandangan menelisisk, sebelum menjawab "Lo--lo bakalan bisa bareng sama gue selama perjanjian itu masih berlaku."
Danisha tertawa, tak habis pikir bahwa Takshaka menawarkan sebuah perjanjian omong kosong kepadanya, bocah tengil ini masih belum mengerti juga rupanya. "Lo tau Takshaka, keuntungan yang lo sebut tadi malah lebih mirip kayak kutukan bagi gue."
Mata Takshaka hanya bisa melotot, meski mencoba terbiasa tetap saja dia sering merasa shok akan balasan tajam dari perempuan yang mengaku cinta mati padanya dulu.
perang dingin dimeja makan itu terhenti sejenak setelah waitress membawa makanan mereka. Keduanya makan dengan hening, Takshaka dengan wajah keruhnya, dan Danisha dengan wajah malas tak ikhlas karena sudah membuang waktu dengan Takshaka.
Hening diantara Danisha dan Takshaka tak berlangsung lama. Tak jauh dari meja mereka terdengar keributan dari segerombol gadis dengan pakaian eksentrik dengan seorang pelayan wanita.
"Cewek udik kayak lo itu matanya di taruh di mana sih?!"
"Gue kesini buat lo layani! Bukan buat jadiin wadah untuk numpah jus dibaju mahal gue!"
Coba tebak itu siapa?
"Realita!"
Danisha sedikit kaget saat Takshaka berseru keras kearah keributan itu dan langsung menyerbu kearah sana.
"Apa?!" gadis yang dipanggil Realita oleh Takshaka membalas sahutan pemuda itu dengan tak kalah kerasnya.
"Nggak bosen cari masalah sama orang lain?" Praktis Takshaka berdiri di depan Realita untuk menjadi pelindung dari seorang gadis yang kini tengah menunduk dalam dengan tangan tertaut di balik punggung Takshaka.
"Bisa nggak sih, kalian para cowok itu nggak perlu ikut campur sama urusan cewek. Repot banget lo belain ini benalu sampe segitunya."
"Heh, cewek sialan, keluar lo! tanggung jawab dan minta maaf sama gue!" mencoba menarik tangan gadis itu dari balik punggung Takshaka.
ESTÁS LEYENDO
The Plot Twist
Chick-LitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 18
Comenzar desde el principio
