19. Pain

768 119 30
                                    

Di pagi hari yang cerah ini, aku sudah berada di rumah kak Sunghoon. Mungkin aku harus merawatnya di rumah selama 3 hari. Karena harus memantau kesehatannya.

Lagipula selama seminggu ini juga, sekolah kami sedang diliburkan. Jadi tak masalah.

Aku datang ke rumah kak Sunghoon sendirian. Tak ada yang mengantar. Kak Heeseung sedang memiliki urusan penting.

Diriku sendiri tak tahu apa urusan pentingnya. Kakakku itu tak pernah mengurusi hal-hal penting selain tentang kegiatan OSIS.

Namun, aku sedikit tak peduli. Kak Heeseung bisa menjaga dirinya sendiri kan. Dia juga bukan perempuan sepertiku yang harus dijaga dengan baik.

"Kak Sunghoon, kemarilah! Aku ingin membantumu mengeringkan rambutmu." Seruku setelah melihat kak Sunghoon yang mengeringkan rambutnya.

Ia baru saja keluar dari kamar mandi. Di tubuhnya hanya terpasang kaos hitam dan celana pendek berwarna putih. Astaga, dia sangat tampan!

Kak Sunghoon tersenyum ke arahku dan menghampiri diriku yang sedang tertegun melihat tubuh indahnya itu.

"Kenapa hm? Kau menyukai tubuhku? Apakah tubuhku sangat indah?" Bisiknya tepat di telingaku.

Aku yang terkejut, langsung mendorong dadanya agar sedikit menjaga jarak di antara kami. Diriku malu sekali setelah kepergok tengah menatapi tubuh indahnya itu.

"Tidak, aku tidak menyukainya. Cepat berikan kepadaku pengering rambutnya!" Balasku ketus.

Pemuda itu terkekeh dan langsung memberikan hair dryernya. Tangan kekarnya menarik pinggangku dengan cepat.

Manik cokelatnya menatap manikku dalam. Senyum lembut juga terpampang tampan di wajahnya. Napas hangatnya pun menerpa mukaku.

Hal ini membuatku sedikit gugup. Namun aku harus tetap fokus mengeringkan rambutnya kan? Aku tak boleh kelihatan gugup.

"Raut wajahmu begitu serius tapi jantungmu tak bisa membohongiku. Dia berdetak lebih cepat dan detakannya sangat terdengar dari jarak dekat seperti ini." Goda kak Sunghoon dengan suara rendah.

"Astaga, bisa diam saja dan tidak menggodaku di saat-saat seperti ini? Atau aku akan menendang perutmu."

Kak Sunghoon tertawa. Ia langsung mengangkat tubuhku dan melingkarkan kedua kaki ku di pinggangnya.

Tentu saja hal itu membuat terkejut dan refleks memeluk tubuhnya erat. Ketakutan akan jatuhlah yang menyebabkan aku refleks.

Kekasihku yang menyebalkan ini menggendong tubuhku di depan seperti koala. Ia berjalan menuju ke sofa ruang televisi dengan sangat santai.

Setelah sampai ia langsung duduk di sofa itu. Otomatis itu membuatku duduk di pangkuannya.

Kami tak pernah berada dalam posisi seperti ini sebelumnya. Ini pertama kalinya kak Sunghoon memangku diriku.

"Kak Sunghoon, aku turun saja ya. Aku merasa tak nyaman." Rengekku.

"Tidak, Baby. Kau akan tetap disini dan sekarang kau harus mengeringkan rambutku kan?" Katanya.

Aku hanya mengangguk menurut dan kembali mengeringkan rambutnya. Tak berani menolak karena melihat tatapan tajamnya.

Kak Sunghoon terlihat sangat menakutkan saat ini. Dalam hati, aku tak berhenti mengatainya karena sudah membuatku terjebak seperti ini.

*   ˚ ✵


Baskara sudah menenggelamkan dirinya. Menandakan hari sudah malam.
Aku bersiap-siap untuk pulang. Tidak baik kan pulang terlalu malam?

"Kak Sunghoon, aku pulang dulu ya." Pamitku.

Kupeluk tubuhnya erat. Sebenarnya masih tak rela untuk pulang tapi diriku takut jika orang tuaku akan mempertanyakan keberadaanku.

"Baiklah, mau kuantar?" Tawarnya.

Aku langsung menggeleng rusuh karena tak mau merepotkan dirinya. Lagipula aku membawa motor scoopy sendiri. Jadi aku bisa pulang sendiri.

"Tidak perlu, Kak. Aku bisa pulang sendiri." Balasku kemudian melepaskan pelukan.

Ia hanya mengangguk dan mencium keningku. Setelah itu menggandeng tanganku untuk keluar dari rumahnya.

"Sebentar, Kak." Hentiku.

Ponsel yang ada di genggaman tanganku bergetar. Menandakan ada yang menelfon diriku.

Aku segera melihat siapa yang menelfon diriku. Ah, Kak Heeseung ternyata yang menelfonku. Mungkin ia sudah menungguku pulang sedari tadi.

"Halo, Kak Heeseung."

Di seberang telfon sana tak ada jawaban. Tetapi aku bisa mendengar sebuah isakan. Samar namun tetap terdengar.

"Halo? Kak Heeseung?" Panggilku sekali lagi.

"Ji-na, kemarilah! Kakakmu sedang berada di rumah sakit."

Deg!

Itu bukan suara kakakku, namun suara Yuna. Suaranya terdengar parau. Setelahnya hanya terdengar tangisan dari Yuna.

Aku panik setengah mati. Kak Sunghoon yang berada di dekatku tidak mengerti apa-apa dan mencoba ikut mendengar percakapan kami.

"Baiklah, aku akan cepat kesana." Balasku dan segera mematikan telfon.

"Kak Sunghoon, antarkan aku ke rumah sakit." Pintaku.

Ia langsung menganggukkan kepala dan bergegas mencari kunci mobilnya. Kak Sunghoon sangat tanggap menghadapi situasi seperti ini.

Pikiranku kacau, semuanya terjadi begitu cepat. Bahkan tak pernah terpikirkan akan ada kejadian seperti ini.

*   ˚ ✵


Baru saja sampai di rumah sakit, aku langsung mencari dimana ruangan kak Heeseung dirawat. Kak Sunghoon mengikutiku dari belakang.

"Yuna? Jisung?" Lirihku ketika melihat kedua orang itu berdiri di depan ruangan.

Dengan cepat, aku langsung menghampiri mereka berdua. Yuna nampak sangat amat sedih. Jisung yang berada di sebelahnya berusaha menenangkan.

"Akhirnya kau datang juga!" Serunya.

Aku langsung menghambur untuk memeluknya. Kakiku melemas, bahkan tak kuat untuk sekedar berdiri.

"Kak Heeseung sekarang sedang mendapatkan penanganan khusus di ruangannya. Aku dan Jisung tadi sore yang menemukannya tergeletak di jalanan dengan penuh luka lebam. Dia sedang kritis saat ini." Jelasnya.

Aku hanya mengangguk dalam pelukan itu. Enggan untuk melepasnya. Kami berdua masih larut dalam kesedihan.

"Sayang, sudah ya. Jangan menangis seperti ini, sebaiknya kita berdoa untuk Heeseung." Tutur kak Sunghoon.

Ia menarik tubuhku dan menghapus air mataku. Meskipun sia-sia karena bulir-bulir bening itu tetap mengalir deras tanpa dipinta.

"Sebaiknya kita berdoa untuk keselamatan Heeseung ya."

Nasehat kak Sunghoon membuat hatiku tergerak untuk tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan seperti ini.

Kami berempat mulai memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Berdoa agar kakakku berhasil selamat dan diberi kesempatan untuk hidup.


.
.
.
.

TBC

Hehe maap bgt kalo molor bgt. Aku ngerasa bersalah bgt, soalnya lama bgt up nya. Oh iya, emang 1 bulan terakhir ini, aku sibuk bgt. Bahkan gaada waktu buat buka wattpad. Jadi sorry bgt kalo nungguin sampe lumutan😭

Moga² aja abis ini aku bisa rajin up kayak dulu. Doain aja aku gapunya kesibukan biar bisa tamatin book nya🥺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ᴅᴀʀᴇ || ᴘᴀʀᴋ ꜱᴜɴɢʜᴏᴏɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang