bonchapt - curhat

19 6 0
                                    


Ini nggak nyambung sama alur cerita utamanya ya guys!


Hari itu Jisung mainin gitarnya di sofa apartemennya. Langit berawan, nggak panas juga nggak terik. Pokoknya cuacanya adem, enak buat main gitar kayak begini.

Dia sengaja nggak mainin gitar di balkon karena banyak pakaian yang dia jemur, jadi pemandangannya nggak enak. Ya kali main gitar, di depannya ada pakaian beserta daleman-dalemannya wkwkwk.

Cowok itu pun mulai memetik senar gitarnya dan mulai bersenandung, nyanyiin lagu indie Dept yang judulnya 2 Years.

What I'm longing for?

Baby, all feels so simple
And your thoughts in my soul play
Like your instrumental"

"Kok kayak nggak pas ya...?" tanyanya pada diri sendiri, kemudian nyobain ngetes senar gitarnya lagi. "Nah, gini pas."

Are you dying to fix me?

Pintu apartemen Jisung terbuka dan tampaklah Heejin melangkah masuk. Cewek itu emang udah terbiasa banget sekarang ke apartemen Jisung tanpa diketuk. Lagian udah pasti Jisung ada di dalam karena dia nggak kemana-mana hari ini.

Nggak seceria biasanya, muka Heejin kusut banget.

Rambutnya sedikit awut-awutan tapi dia nggak begitu peduli. Dia menaruh tasnya di sofa yang masih kosong dan nyamperin Jisung yang lagi duduk sambil mainin gitarnya.

"Jisung... mau cerita," kata Heejin cemberut.

Jisung menoleh cepet, "Eh ada cah ayu udah pulang. Kenapa?" tanya cowok itu menaruh gitarnya dengan hati-hati.

Heejin duduk di sebelah Jisung dan menghela napas terlebih dahulu. "Tadi aku diomelin terus sama Kak Seolhyun pas latihan tadi."

"Heem, terus?"

Kalo Heejin lagi kesel, Jisung emang pasang muka pay attention banget. Dia bakalan ngeliatin mata Heejin dan dengerin baik-baik ceritanya.

Makanya Heejin sering banget curhat ke Jisung karena cowok itu suka kasih solusi yang baik buat dia, kalo Heejin minta. Seringnya sih Heejin pengen minta didengerin aja curhatnya.

"Kesel aja sih, tadi kan kita coba latihan gaya pyramid. Karena tubuh Nako paling kecil di antara aku dan Shuhua, kita berdua angkat dia ke paling tinggi kan. Terus pertahanan dari bawah tuh udah nggak kuat."

"Akhirnya udah mulai goyang tuh kita. Terus lama-lama kita ambruk. Kak Seolhyun hari itu emang wajahnya udah nggak enak sih, dia mulai ngomel ke anak-anak base bawah sama ngomel tiba-tiba ke aku."

Ngeliat Heejin kesel dan nggak berhenti ngomong malah Jisung makin gemes. Mukanya kayak kelinci banget, pikir cowok itu dalam hati. Dia menyematkan beberapa helai rambut Heejin ke daun telinganya.

Lalu Heejin lanjutin ceritanya, "Katanya gini, 'Heejin, ayo fokus! Lagi mikirin apa sih kamu? Dari kemaren rasanya nggak ada semangat! Yang kuat dong nopang Nako!' sambil agak nyentak ngomongnya. Aku kan jadi kaget karena Kak Seolhyun nggak biasa sengomel ini."

"Flyer kan emag tanggung jawabnya lebih gede. Tapi kenapa harus aku yang kena omelan juga? Harusnya Kak Seolhyun ngomel ke Shuhua dan Nako juga dong. Kan kesel jadinya, Sung...," keluh Heejin. "Aku jadi males latihan cheers jadinya."

Jisung menganggukkan kepalanya sekali, "Kamu mau aku kasih solusi atau nggak?"

Heejin menggeleng, "Nggak. Aku pengen kamu dengerin cerita aku aja..." Mukanya masih memberengut kesal.

Akhirnya cowok itu nyubit salah satu pipi Heejin karena saking gemesnya. "Bisa jadi Kak Seolhyun lagi ada masalah karena tadi kamu bilang mukanya udah nggak enak diliat, kan? Tapi percaya deh, entah kamu pernah dengerin ini atau nggak, Kak Seolhyun itu..."

"...dia khawatir sama kamu."

"Hah? Khawatir? Maksudnya?" Heejin bener-bener nggak ngerti maksud Jisung.

"Aku nggak sengaja denger antara pembicaraan mama kamu sama Kak Seolhyun waktu kamu dirawat di rumah sakit. Itu penyebab Kak Seolhyun khawatir sama kamu," jelas Jisung.

Heejin yang awalnya kesel, jadi sedikit luluh. "Gitu ya..."

"Iya, Cantik. Pokoknya kamu—maksud aku kita berdua, harus semangat. Bentar lagi kita juga kelas 12 dan udah nggak mungkin ikut ekskul lagi. Jadi, kita sama-sama kasih yang terbaik buat sekolah," kata Jisung menggenggam tangan Heejin kuat.

Heejin mengangguk. "Cepet juga ya waktu berlalu. Bentar lagi kelas 12...," pikirnya.

"Yah, pokoknya jadiin momen paling berharga aja dalam hidup kita," kata Jisung ngasih senyum ke Heejin.

"Tumben kamu bijak begini, Sung," kata Heejin ketawa kecil.

"Lho, emang biasanya aku bijak kok!" balas Jisung nggak terima dan mulai manyunin bibirnya buat Heejin cium bibirnya.

Udah main sosor-sosoran aja ya, bund.

Tapi Heejin berhasil menghindar. "Iya, iya! Cuman bercanda kok!"

Jisung emang aktif anaknya. Dia nunjuk bibirnya dengan telunjuk, biar Heejin nyium dia.

"Nggak deh, Sung, nggak dulu," tolak Heejin.

"Nggak papa Jin, lagian di sini nggak ada siapa-siapa kok. Cuman kita berdua. Ya ya ya?" pinta cowok itu.

Heejin awalnya ragu, tapi akhirnya dia ngomong, "Di pipi aja ya."

"Iya, nggak papa," cengir Jisung.

Kecupan singkat yang mendarat di pipi kanan Jisung bertepatan dengan terbukanya pintu apartemen cowok itu oleh Hyunjin dan Felix.






"JISUNGG—OH SHIT, MY EYEESSSS!!!" Hyunjin yang penuh drama itu menutup kedua matanya dengan tangan.

"Keluar, bro. Cepetan keluar," Felix menggiring Hyunjin keluar.

Oke, Jisung kayaknya udah mau ngamuk. Antara mau marah campur malu jadi satu.






"HEHHH GEBLEK! KALO MAU MASUK, DIKETUK DULU DONG PINTUNYA!" amuk Jisung ke dua sahabatnya ini.

Sedangkan Heejin, nggak tahu deh mukanya udah semerah apa wkwkwk. Emang ya Hyunjin dan Felix laknat banget.


The Boy Next Door - Heejin & Han ✅Where stories live. Discover now