Bab 35

674 83 3
                                    

Perdana mentri Meng Lu melewati hari-hari melelahkan nan menyiksa. Pekerjaan yang biasa ia kerjakan dengan begitu santai kini harus ia kerjakan dengan cepat tanpa jeda. Mengikuti pola kerja rekan kerjanya yang terlihat tidak masuk akal membuat perdana mentri Meng Lu kuwalahan. Awalnya ia berniat menyerah mengejar dan mengimbangi mereka. Namun pada akhirnya pekerjaannya kian menumpuk dan membuatnya selalu pulang telat.

Pekerjaannya yang kian sibuk membuat perdana mentri Meng Lu merasa harus bekerja lebih keras lagi. Ia telah sadar hanya dalam waktu singkat para mentri dan pejabat lain telah meninggalkannya terlalu jauh. Mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan cepat, bahkan tak ada tanda-tanda kelelahan diwajah mereka seperti yang saat ini perdana mentri Meng Lu tampakan.

Kurang tidur membuat lingkaran hitam muncul dibawah matanya, jangutnya mulai tumbuh semakin banyak padahal ia selalu membiarkan wajahnya tampak bersih dari bulu-bulu yang tumbuh di dagunya. Penampilan rapi yang biasa ia tunjukan kini tampak berantakan. Bangun lebih pagi dan memulai kerja lebih awal telah seminggu perdana mentri Meng Lu terapkan sama sekali tidak berhasil membuatnya pulang tepat waktu. Ia selalu saja pulang terlambat dan karna hal itu ia kini jarang menjenguk putrinya.

"Tuan.. pelayan ini telah menyiapkan air hangat untuk anda berendam" kata kepala pelayan saat mentri Meng Lu baru saja memasuki kediamannya.

Perdana mentri Meng Lu tidak banyak berbicara, ia sudah sangat lelah dan merasa bahwa yang ia butuhkan hanyalah beristirahat. Di usianya yang telah tua, tenaganya sudah sangat terkuras saat ia bekerja. Ia tak punya tenaga lagi untuk berendam ataupun makan malam. Yang ia butuhkan hanyalah ti--

Bruk!

Tubuh perdana mentri Meng Lu seketika jatuh. Para pelayan dengan panik mulai mengerumuni perdana mentri Meng Lu yang kini tidak sadarkan diri.

"Tuan!"

"Tuan besar!"

Para pelayan berusaha memanggil perdana mentri Meng Lu, namun usaha mereka hanya berakhir sia-sia. Perdana mentri Meng Lu sama sekali tidak bergeming, tubuhnya masih terbaring di atas permukaan tanah kasar di halaman kediamannya.

"Apa yang kalian lakukan, cepat bantu aku mengangkat tuan besar!" Perintah Biao Xi yang menyentak para pelayan dari kebingungan di sertai kekhawatiran.

Para pelayan pun mulai membantu Biao Xi mengangkat perdana mentri Meng Lu ke kamarnya. Setelah membaringkan mentri Meng Lu di atas peraduannya, Biao Xi pun lekas pergi memanggil tabib terdekat.

Sepanjang perjalanan Biao Xi berpikir bahwa saat ini nasib buruk tengah menimpa keluarga kediaman Meng. Bukan tanpa alasan ia berpikir demikian, pasalnya setelah kondisi nyonya Meng semakin memburuk, lalu nasib malang yang menimpa nona muda Meng Yi Ran yang terguncang akibat penganiayaan yang di terimanya, dan hari ini perdana mentri Meng Lu pun tumbang akibat terlalu lelah bekerja.

"Keluarga kediaman Meng tampaknya tengah menerima ganjaran akibat perbuatan mereka selama ini. Kau sebagai pelayannya pasti tahu bagaimana buruknya perilaku mereka". Kata tabib kerajaan yang saat ini Biao Xi panggil.

Biao Xi tentu saja mengangguk membenarkan. Bukan sebuah kejutan jika ada yang mengatakan bahwa junjungannya begitu sombong dan kejam. Biao Xi pun tak ingin menyangkal, sebab bagaimana pun semua orang di ibukota kerajaan Meng Lu telah tahu.

"Pelayan ini tak mampu menyangkal, bagaimana pun itu adalah kenyataannya" jawab Biao Xi.

"Kau tahu tabib tua ini berpendapat jika keluarga kediaman Meng tidak memiliki masa depan. Entah mengapa kediaman Meng tampak suram" kata tabib itu di sela-sela perjalanan mereka menuju kediaman Meng. "Mengapa kau tak berhenti saja di sana? Setidaknya kau bisa terbebas dari malapetaka, terlebih kau masih sangat muda" tambahnya.

"Mengapa anda berpendapat demikian?" Tanya Biao Xi berusaha tidak percaya sepenuhnya, meski sebenarnya ia sedikit tahu maksud tabib tua itu.

"Aku hanya akan mengatakannya padamu, sebenarnya ini adalah sesuatu yang tidak dapat ku ceritakan dengan mudah" kata tabib itu, "Aku mendengar dari penjaga pintu gerbang kerajaan mengenai rumor kematian yang mulai putri Feng Na Na sebelumnya" tambah tabib itu membuat Biao Xi mengernyit bingung.

"Apa hubungan kematian yang mulia putri mahkota dengan kediaman Meng?" Tanya Biao Xi bingung.

"Tentu saja ada hubungannya. Perdana mentri Meng Lu lah yang merencanakan rencana pembunuhan terhadap yang mulia putri mahkota. Dua minggu yang lalu saat yang mulia kaisar Feng Rui mendiskusikan percepatan pernikahannya dan penobatan putri mahkota, perdana mentri Meng Lu dan pengikutnya sempat di pojokan. Perdana mentri Meng Lu meminta bukti atas tuduhan rencana pembunuhan yang mulia putri Feng Na Na, dan yang mulia kaisar Feng Rui memilikinya. Saat semuanya nyaris terbongkar, salah satu pengikut mentri Meng Lu menengahi dengan cara mengganti topik pembahasan rapat pagi itu. Semenjak saat itu semua penghuni kerajaan yakin jika kematian yang mulia putri mahkota Feng Na Na saat itu memang ulah perdana mentri Meng Lu dan pengikutnya yang menginginkan pangeran Zhi Weng menaiki takhta" jelas tabib itu panjang lebar dengan suata yang terdengar seperti berbisik.

Wajar jika Biao Xi merasa terkejut, baik ia ataupun pelayan lain di kediaman Meng tidak tahu apa - apa mengenai masalah itu. Namun mendengar penjelasan tabib itu, seketika Biao Xi mengingat jika ada beberapa pelayan kediaman Meng yang tiba-tiba hilang tanpa jejak.

Awalnya Biao Xi berpikir mereka kabur karna penyiksaan yang di berikan kediaman Meng semakin membuat mereka sangat menderita sebagai budak. Tapi semenjak tabib itu menjelaskan masalah besar seperti ini, pikiran Biao Xi berubah. Hilangnya para pelayan kediaman Meng mungkin adalah bentu sebuah pembungkaman. Mereka adalah orang-orang yang tahu rencana tersebut sehingga mereka semua dibunuh untuk menghilangkan butik.

"Apakah masalah ini bisa memusnahkan satu keluarga?" Tanya Biao Xi mulai merasa takut.

"Apakah kau bodoh? Jika benar mereka terbukti dalang dari rencana yang membuat nyawa putri mahkota nyaris melayang, apakah hukuman penyiksaan dan pengasingan atau perbudakan cukup?" Tanya tabib itu nyaris berteriak karna kebodohan Biao Xi.

Tabib tua itu mendesah lalu berkata "Setidaknya bukan hanya satu kepala keluarga yang di musnahkan, tapi semua kepala yang ikut serta dalam rencana tersebut. Bisa dikatakan jika pemusnahan keluarga bangsawan dalam skala yang besar" tambah tabib itu menjawab pertanyaan Biao Xi.

Mendengar hal itu Biao Xi seketika berhenti berjalan dan merenung. Hal tersebut membuat tabib tua yang berjalan bersamanya pun ikut berhenti.

"Aku belum ingin mati!" Aku Biao Xi.

"Bagus. Kau memang seharusnya tidak mati. Maka dari itu pertimbangkanlah saranku. Secepatnya berhenti dan pergi jauh sejauh-jauhnya dari ibukota kerajaan Feng. Bagaimana pun kau sama sekali tidak bersalah, seharusnya masa depanmu cerah, hanya saja kau menemukan tuan yang salah".

.
.
.
.
.

TBC

Minggu, 22 Agustus 2021

[Author Note :

Awalnya aku ingin update 5 bab, sayangnya penyakit malasku kambuh dan alhasil cuma bisa buat 3 bab ☹.

Tampaknya aku bakal buat jadwal update deh seperti pas nulis Huang Xue Na. Jujur aku kalau nggak di desak bakal ngaret yang berujung mungkin hiatus karna penyakit malas 🤧.

Btw aku nggak bakal lupa ngucapin terima kasih kepada orang-orang baik yang selalu nunggu cerita ini 😘 tetap jaga kesehatan yah ❤

Baekhyun_G ]

Feng Na Na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang