Bab 6

2.8K 334 1
                                    

Belum berakhir aku diperlihatkan dengan proses pengambilan barang bukti dan penangkapan pria psikopat itu, kini aku kembali di perlihatkan proses penguburanku. Ayahku memilih mengkremasiku dengan alasan wajahku yang telah hancur membuatnya tak ingin menakuti semua keluarga besar Feng dan orang - orang yang datang untuk berbela sungkawa dan memanjatkan doa untukku.

Suara tangisan adikku Feng Zian begitu menyayat hati terlebih saat melihat sosok Ayahku yang turut dibanjiri oleh air mata meski ia saat ini berpura - pura bersikap tegar di hadapan semua orang. Saat sosok yang begitu ku kenal pun turut datang berbela sungkawa, saat itu pula Ayahku yang melihatnya dengan cepat memberinya satu pukulan keras yang menghantam pipinya hingga sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah.

"Brengsek, berani - beraninya kau menginjakan kakimu dan datang kemari setelah apa yang kau lakukan pada adikmu!" berang Ayahku.

"Aku tahu aku salah. Akulah yang mengenalkan dia dengan pria gila itu. Aku tak tahu jika dia adalah seorang psikopat, jika aku tahu lebih awal, aku tak akan mengenalkan mei meiku padanya" balas Feng  Xing "Tapi ayah kau tak boleh menghakimiku seorang diri, bagaimanapun ayah pun juga turut andil dalam memaksa mei mei bertunangan dengan pria itu meski sejak awal mei mei tak menyukai ide kita. Ayah kau juga bersalah, aku juga bersalah untuk itu biarkan aku tinggal dan memohon pengampunan pada Na Na meski semuanya sudah teramat sangat terlambat" tambah Feng Xing memohon belas kasihan Ayah.

Jujur saja menyaksikan pemandangan ini teramat begitu memilukan dan juga menyakitkan. Air mataku sedari tadi pun ikut mengalir deras menyaksikan kesedihan mereka.  Aku tahu jika pertunanganku dengan pria brengsek itu ada karna campur tangan mereka, awalnya aku memang sempat menolak. Namun saat mengenal lebih jauh dengannya aku mulai merasa nyaman, hingga rasa nyamanku itu membuatku lupa untuk tetap waspada.

Jun Jie adalah pria jenius yang nyaris sempurna, kejeniusan dan kesempurnaannya itulah yang membuat orang akan sulit percaya jika sebenarnya ia hanyalah orang gila yang menutupi kegilaannya dengan kejeniusan dan kesempurnaan yang dimilikinya. Selama ini ia menyembunyikan kegilaannya dengan sangat baik, namun hari ini sisi psikopatnya mulai terekspos publik dan mulai hangat diberitakan.

Bagiku selama ia mendapat rasa malu dari perbuatannya karna dengan cepat ia menjadi viral, juga dengan mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, aku akan merasa sangat puas. Meskipun hidupku terasa sangat singkat dan belum meraih kebahagian untuk kehidupanku, aku percaya akan ada hari dimana aku mendapat kebahagiaan yang mungkin tertunda di masa depan. Aku hanya berharap, bisa kembali hidup dan mendapat kebahagiaanku yang tertunda itu.

Sebuah tepukan pelan di bahuku mengusik tidurku, suara berat yang tak terdengar begitu asing di telingaku perlahan - lahan membuat kesadaranku yang bercerai berai akhirnya terkumpul dan membuatku tebangun dengan wajah yang sembab.

"Hei mengapa kau menangis dalam tidurmu?" tanyanya saat aku baru saja terbangun.

Menyadari pipiku yang basah, aku lantas segera menghapusnya dan setelahnya mendudukan diriku di atas peraduan. Aku masih berada di tempat yang sama semenjak aku terbangun dari sebuah peti mati di atas kereta yang akan membawaku pada liang lahat. Beruntungnya aku masih di beri kesempatan hidup, meski aku tahu saat ini raga yang ku tempati bukanlah milikku. Meskipu begitu, aku tak akan menyia - nyiakan kesempatan kedua yang diberikan untukku. Aku akan dengan realistis menerima garis takdir bagaimanapun jikalau aku kembali ke masa depan, jiwaku akan pergi ke nirwana dan itu berarti aku tak dapat lagi menikmati hidup dan mencari kebahagiaanku yang belum kucapai sepenuhnya.

"Apa yang kau pikirkan? Aku sedari tadi bertanya padamu, mengapa kau bisa menangis dalam tidurmu?" tanyanya dengan penuh kesabaran.

Aku menoleh menatap kaisar Feng Rui, pemuda tampan itu saat bersamaku saat ini memancarkan aura penuh kasih sayang, tatapannya teramat begitu lembuh padaku seakan - akan aku adalah sebuah barang langkah yang sangat ia jaga dengan kehati - hatian dan kelembutan.

"Aku hanya sedang bermimpi buruk" jawabku

Baru saja aku menjawab seperti itu, kaisar Feng Rui lantas menarikku padanya. Ia meletakan kepalaku pada dada bidangnya dan salah satu tangannya yang lain melingkari pinggangku. Sebuah sapuan dibelakang kepalaku terasa begitu menenangkan, suaranya yang berat terdengar jelas di telingaku saat ia memberiku beberapa kata penenang yang entah mengapa membuatku merasa aman.

"Jangan takut, aku ada disini bersamamu" katanya berusaha menenangkanku.

Aku sama sekali tak membalas perkataannya, aku malah memilih semakin membenamkan kepalaku pada dadanya yang begitu nyaman. Untuk pertama kalinya, aku merasa nyaman dan aman dalam pelukan pria asing yang bahkan aku baru tahu namanya hari ini.

****************


Malam datang menyapa tanpa kusadari, selepas kepergian kaisar Feng Rui, aku kembali kedatangan tamu dan tamu itu adalah pangeran Feng Lang, saudara kaisar Feng Rui yang mendatangiku sore tadi dengan membawa banyak buku. Ia memintaku membaca semua buku yang di bawanya, sebab menurut perkataan pengawal yang sejak kebangunanku dari peti mati pagi tadi terus membantu dan setia menolongku, ia mengatakan jika mungkin aku kehilangan ingatan sebab aku tak mengenal siapapun semenjak bangun dari kematian.

Sebenarnya aku ingin menyanggah jika apa yang Guang Li yang ternyata merupakan pengawal pribadiku itu katakan adalah hal yang salah. Aku sama sekali tidak lupa ingatan, sebab yang menempati raga putri Feng Na Na saat ini adalah jiwaku, Feng Na Na dari masa depan.

Meskipun nama kami sama, tak menutup kemungkinan jika kami adalah orang yang berbeda. Akan kecil kemungkinan jika putri Feng Na Na yang raganya kutempati saat ini adalah rengkarnasi diriku dimasa depan, meskipun sebenarnya itu tak mustahil tapi bagiku peluangnya akan sangat kecil.

"Gege Lang, sampai kapan aku harus membaca ini semua?" tanyaku saat kepalaku mulai terasa pusing membaca setiap peraturan yang berlaku di kerajaan Feng, serta tugas - tugas menjadi seorang permaisuri yang menurut pangeran Feng Lang harus ku ketahui.

"Sampai aku merasa cukup" jawabnya yang membuatku cemberut

"Kapan gege Lang merasa cukup? Selain itu mengapa aku harus mempelajari tugas - tugas dan kewajiban seorang permaisuri?" tanyaku bertubi - tubi.

"Aku belum tahu kapan aku merasa cukup, selain itu kau memang wajib mempelajari tugas dan kewajiban permaisuri karna dalam waktu dekat kau akan menikah dengan yang mulia kaisar Feng Rui" jawabnya yang membuatku sangat terkejut.

"A-apa? Menikah?" teriakku "Bukankah kami adalah saudara? Bagaimana bisa kami menikah jika memiliki ikatan darah?" tanyaku

"Siapa yang mengatakan jika kaisar Feng Rui atau Aku dan denganmu bersaudara?" tanyanya balik

"Itu hanya asumsiku sebab kita sama - sama memiliki marga Feng" jawabku.

"Mei meiku yang cantik, kau sebenarnya bermarga Liu. Marga Feng yang kau sandang saat ini itu karna kau adalah putri mahkota kerajaan yang sebentar lagi akan menjadi permaisuri. Kau tahu wanita yang menikahi seorang pria akan mengikuti marga suaminya? Jadi kau sama sekali tak memiliki ikatan darah denganku ataupun yang mulia kaisar Feng Rui. Maka dari itu tidak akan menjadi masalah jika kalian menikah" jelasnya yang membuatku bergitu terkejut.

Apa ini? Aku baru saja bangun dari kematian dan menerima kenyataan mengisi raga orang lain, tapi mengapa aku harus kembali di kejutkan dengan sebuah pernikahan dengan pria asing yang meski memberi kenyamanan dan keamanan padaku. Apakah takdir begitu senang mempermainkanku? Ini sama sekali bukanlah candaan yang lucu.

.

.

.

TBC

Kamis 22 Oktober 2020

Feng Na Na [END]Where stories live. Discover now