Bab 14

1.2K 153 0
                                    

Aktivitas dalam istana mulai semakin padat dan cepat seiring dengan bergantinya petang menjadi malam. Para penghuni kerajaan terutama bagian dapur istana semakin sibuk menyiapkan makanan untuk jamuan makan malam yang akan di adakan atas rasa syukur kaisar Feng Rui dengan bangkitnya putri mahkota Feng Na Na dari kematiannya.

Tentu saja sebagai orang yang sangat di cintai oleh kaisar Feng Rui, apapun akan penguasa kerajaan Feng itu lakukan, salah satunya dengan mengadakan syukuran atas kebangkitan putri mahkota Feng Na Na secara tiba - tiba seperti ini.

Kabar mengenai perjamuan yang akan di adakan malam ini jelas barulah sampai pada pihak dapur istana setelah rapat pagi selesai, hal ini jelas membuat para juru masak istana panik bukan main. Bahan makanan mereka telah kurang akibat proses pemakam putri mahkota Feng Na Na dan mereka lupa membeli persediaan bahan makan. Alhasil dengan keadaan panik mereka berpencar keluar istana untuk mencari bahan makanan. Beruntungnya mereka dengan mudah mendapat bahan makanan yang mereka butuhkan, bahkan boleh dikata bahan makanan yang mereka dapatkan lebih dari yang seharusnya mereka beli.

Mereka mendapat bonus dari para petani yang baru saja panen hari ini karna mereka membeli semua hasil panen mereka. Alhasil mereka mendapat tambahan beberapa bahan makanan yang kini membuat gudang penyimpanan hampir penuh. Selain itu yang mulia kaisar Feng Rui tak tanggung - tanggung memberi mereka uang belanjaan dalam jumlah banyak, kaisar Feng Rui bahkan mengatakan apabila mereka masih kekurangan, ia akan menambah uang yang ia berikan. Namun uang tersebut sangat lebih dari cukup, bahkan uang belanjaan yang ada di mereka belum habis separuh.

"Akan kita apakan kelebihan uang belanja yang di berikan yang mulia kaisar?" tanya seorang wanita berumur sekirat 30an yang merupakan salah satu juru masak kerajaan.

"Tentu saja mengembalikannya" balas pria paruh baya yang juga merupakan juru masak senior kerajaan

"Tak bisakah kita mengambilnya saja?" tanya juru masak wanita sebelumnya.

"Apakah kau sudah gila?" tanya juru masak pria sebelumnya "Kerajaan Feng mungkin saja terlihat sangat kayak dan makmur, namun sebenarnya para pejabat pemerintahnya yang terlalu pandai memanipulasi catatan pengeluaran, pemasukan serta pajak kerajaan Feng untuk menutupi kejahatan mereka dalam menggelapkan uang. Akan lebih baik kita kembalikan kepada yang mulia kaisar, bagaimanapun ini masih uang negara yang bisa saja menutupi keperluan lain. Jangan bertindak seperti mereka para pejabat pemerintahan yang bermuka dua, ada baiknya tetap seperti ini namun ketenangan dan keamanan kita terjamin" tukas pria sebelumnya menumis sayuran yang ia campur dengan potongan - potongan daging.

"Juru masak Ju Ton****g, aku suka nasehatmu" puji seorang pria berusia pertengahan 20an yang baru saja memasuki dapur umum kerajaan Feng.

"Kepala juru masak Zhang Fei"

Seruan seluruh juru masak kerajaan, dayang beserta pelayan yang bekerja di dapur umum istana membuat Zhang Fei terkekeh dan membalas "Kalian bersemangat sekali"

"Kepala juru masak Fei bisa saja. Bagaimana kita bisa bersemangat di situasi yang cukup menyibukan seperti ini" sahut pria paruh baya yang bernama Ju Tong, atau biasa dipanggil juru masak Tong.

"Ayolah, bukankah kita sudah biasa memasak banyak seperti ini? Semangat kalian memberikan cinta kepada semua orang melalui makanan lezat seharusnya tidak akan terkalahkan hanya karna hal ini. Lagi pula aku sudah kembali, kita bisa menyelesaikannya tepat waktu" kata Zhang Fei yang berhasil mengobarkan semangat para bawahannya.

"Kami sungguh tertolong dengan kedatangan anda"

"Anda sungguh penyelamat kepala juru masak Fei"

Segala pujian terus dilontarkan para bawahannya, Zhang Fei hanya mampu menanggapinya dengan senyum dan mulai melipat lengan bajunya hingga siku dan mulai bergabung dan memasak. Mungkin jika saja bukan ponakannya yang memintanya segera keistana di masa cutinya, Zhang Fei jelas tidak akan kemari, tapi saat mengetahui jika perayaan tersebut untuk kebangkitan putri mahkota Feng Na Na yang mengejutkannya, Zhang Fei tidak akan datang dengan kobaran semangat seperti ini.

"Feng Rui, akhirnya kau sadar jika kau perlu merubah tatanan alam dan takdir untuk merebut kembali apa yang seharusnya tidak pergi dalam waktu dekat. Ah.. kapan terakhir aku merasa sesenang hari ini" gumam Zhang Fei menambah bumbu penyedap dan beberapa rempah pada daging sapi dalam wadah.

****************


Aku hanya menghabiskan waktu dengan berbaring diatas peraduan. Entah mengapa aku terlalu malas untuk beranjak dari kasur empuk yang memberi kenyamanan, selain itu aku nampaknya butuh mengistirahatkan pikiran dan hatiku.

Perkataan pangeran Feng Lang siang tadi padaku masih saja mengusik pikiranku, segala peraduga mengenai perasaan kaisar Feng Rui terhadap Feng Na Na dari masalalu telah berhasil memporak-porandakan isi hati.

"Feng Na Na kenapa kau seperti ini?"

"Mengapa kau murung?"

"Apa yang mengusikmu hingga kau memilih seperti ini?"

Aku terus bergumam menanyakan alasan aku seperti ini. Jujur saja ini sangat melelahkan. Namun pikiranku tak kunjung ingin berhenti memikirkan alasan dari kemurungan dan kesedihanku. Hingga pada akhirnya, satu jawaban yang menurutku sangat konyol dan mustahil tiba - tiba terlintas dalam kepalaku.

"Aku tidak sedang cemburu bukan?" tanyaku

"Hhahaha.. Feng Na Na jangan bercanda. Hal itu jelas mustahil. Aku tidak mungkin memiliki rasa dengan yang mulia kaisar Feng Rui. Aku yang begitu minim pengetahuan akan cinta jelas tidak mungkin dengan mudah jatuh hati hanya karna pandangan pertama. Terlebih lagi, apa keuntungannya aku cemburu terhadap pemilik raga ini? itu hanya akan membuang - buang tenagaku bukan?" tukasku

"Ahhh..." geramku memukul - mukul permukaan kasur empuk diatas peraduanku.

"Meskipun aku mengatakan dengan mudah jika hal ini hanya membuang - buang tenagaku, tapi mengapa melupakannya sangat sulit?" keluhku.

"Huwwaaa ini melelahkan"

Disaat aku meluapkan kekesalan dan lelah yang kurasakan, disisi lain Guang Li yang berada tidak jauh dari peraduan hanya mampu menggelengkan kepalanya karna tingkahku. Ia sudah berdiri ditempatnya sejak siang tadi, ia juga sempat beberapa kali keluar hanya untuk beristirahat dan buang air kecil. Namun meskipun menghabiskan waktunya cukup lama ataupun dalam waktu singkat, junjungannya sama sekali tak berubah.

Maksud Guang Li, putri mahkota Feng Na Na masih saja betah di posisinya tanpa beranjak. Meskipun ia melakukan hal - hal aneh dengan bergumam atau kadang berguling - guling diatas peraduan serta memukul permukaan kasur peraduannya, Guang Li yang melihat segala tingkah dan kelakuan junjungannya sangat lelah. Lantas tidakkah putri mahkota Feng Na Na kelelahan? Terlebih seharusnya kini junjungannya itu harus lebih banyak istirahat untuk memulihkan kondisi tubuhnya.

Seketika Guang Li tersentak saat mengingat sesuatu. Malam ini adalah pesta syukuran atas kebangkitan junjungannya, dan ia hampir saja lupa memberitahukan hal tersebut pada putri mahkota Feng Na Na.

"Yang mulia.." panggil Guang Li yang berhasil menarik perhatianku

"Apakah anda tak ingin datang ke pesta syukuran atas kebangkitan anda dari kematian?" tanya Guang Li hati - hati.

"Aku lelah, aku akan tetap disini!" jawabku yang jelas bukan kebohongan. Selain itu ada alasan lain mengapa aku tak ingin datang, yakni aku belum sanggup menerima kehadiran orang - orang baru didunia ini.

.
.
.
.
.

TBC

Kamis, 3 Desember 2020

IG. @Yung379_

Feng Na Na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang