Bagian 4 : Galau

4.4K 501 17
                                    

Nasha melahap semua makanan yang ada di hadapannya. Bahkan merebut makanan milik Viora. Tentu saja kepalanya langsung dijitak, tapi ia tidak mengacuhkan. Tetap makan seakan makanan tersebut adalah Bara. Sosok yang membuatnya akhir-akhir ini gelisah akan perubahan sikapnya.

Membuatnya tidak fokus bekerja dan overthingking terus menerus. Merubahnya menjadi pacar yang posesif dan mereka akan berakhir bertengkar karena Bara jengah akan sikapnya yang posesif.

Viora yang melihat tingkah Nasha bagai orang gila hanya mampu mendengus pelan lalu memanggil pelayan untuk memesan makanan.

Kalau saja bukan karena Odit yang akan mentraktir mereka, mungkin mereka tidak akan makan di restoran mewah ini. Atau lebih tepatnya restoran milik Odit.

Rumah Nanas.

Restoran seafood usaha orang tua wanita itu yang diwariskan untuk Zidny. Karena Zidny masih kecil, maka Odit yang memegang kendali restoran tersebut serta cabangnya yang lain membuat janda satu anak itu super sibuk. Manalagi memiliki perusahaan penerbit untuk novelnya sendiri juga novel dari penulis-penulis lainnya.

Makanya saat Odit mengajak mereka untuk ketemuan, mereka langsung semangat. Terutama Nasha yang walau galau tetap semangat makan. Apalagi makan gratis.

June datang bersamaan dengan pesanan Viora dihidangkan di meja. Dengan kurang ajar pria itu mengambilnya membuat Viora memukul kepalanya menggunakan nampan yang direbut dari pelayan. Si pelayan syok dan beberapa pelanggan yang lain.

"Astaga! Kenapa sih kalian rusuh banget?!" Odit datang menegur Viora. Meminta maaf pada pengunjung lain atas kejadian yang membuat mereka sedikit tidak nyaman. Meminta pada pelayan agar mengantar menu lain.

Odit duduk di sebelah Nasha, mengernyit menatap temannya itu yang makan begitu lahap dan tidak seperti biasanya hanya diam. Fokus makan.

Begitu pun June setelah mengembalikan makanan Viora. Mengusap kepalanya yang sakit, ia menatap Nasha. "Lo udah berapa hari gak makan, Sha?" ejeknya, tapi Nasha tidak mengacuhkan membuatnya heran.

"Nasha lagi galau," sahut Viora.

Odit dan June berpandangan lalu menatap Nasha. "Bara selingkuh?" Tebak June yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Nasha.

"Jun, perkataan adalah doa. Lo jangan ngomong gitu deh! Kalau lo iri. Makanya lo cari cewek! Atau lo nge-gay aja!" Nasha menatap kesal June.

"Eh enak aja lo nyuruh gue nge-gay." June berdecak kesal. Tapi kemudian menyeringai. "Gue nunggu Odit balas perasaan gue."

"Ampe lo mati juga gak bakal dibalas perasaan lo," sahut Viora mengejek June yang ekspresinya berubah kecut. Odit sendiri hanya tertawa. Sudah biasa dengan perkataan June yang bercanda.

"Gue heran sama lo, Vi. Cemburu mulu kalau gue godain Odit. Giliran gue ngajak lo pacaran. Lo ogah," ujar June tertawa. Apalagi melihat pelototan mata Viora.

"Jijik gue sama lo. Najis!"

"Kampret banget lo!"

"Guys! Gue lagi galau tau!" seru Nasha menyentak perhatian yang lainnya. Menghentikan adu mulut di antara June dan Viora.

"Bara beneran selingkuh?" tanya Odit.

"Gak tau, Dit." Nasha merengek memeluk lengan Odit mulai mengeluarkan suara tangis, tapi tidak mengeluarkan air mata.

"Cari tau aja dulu. Jangan asal nuduh lo," sahut Odit mengusap lengan Nasha.

"Ya tanya aja bego. Dia selingkuh atau enggak," ujar June.

"Mana ada ngaku kalau ditanya. Lo yang bego." Viora memutar bola mata jengah.

"Ya mana gue tau soal percintaan, pacaran dan lain-lainnya. Makanya kita pacaran Vi, biar gue ngerti dan punya pengalaman. Biar lo juga punya pengalaman. Jangan ngenes mulu lo."

"Ogah gue jadiin lo pacar pertama gue."

June bersungut kesal. Lebih memilih menghabiskan makanannya.

"Cari tau aja dulu, Sha. Jangan asal nyimpulin." Odit memberi saran membuat Nasha akhirnya mengangguk lemah.

"Dit, gue masih mau pesan boleh, kan? Gratis?" Nasha menyengir. Viora dan June mencibir.

"Jangan bilang lo pura-pura galau karena cuma mau makan gratis!" Nasha langsung menempeleng June yang telah bicara kurang ajar.

***

Nasha menatap brosur mobil di depannya. Lalu menatap Bara yang tersenyum lebar. Kekasihnya itu masuk ke kamarnya dan menyerahkan brosur tersebut. Menjelaskan jika Bara akan menjual motor ditambah uang tabungan untuk membeli rumah dipakai untuk membeli mobil.

"Tapi kan Bar, tabungan itu buat kita beli rumah..."

"Itukan uangku, Sha. Kok kamu yang ngatur?" Nasha terdiam mendengar perkataan Bara. Memang benar uang tabungan untuk membeli rumah mereka adalah gaji yang diperoleh Bara.

"Tapi kamu beli motor mu itu, pake uangku!" Nasha melempar brosur tersebut. Marah. Tersinggung karena perkataan Bara.

Bara terkejut menatap Nasha.

"Terserah kamulah mau pake uang itu beli mobil atau enggak. Tapi, kamu jangan pernah jual motor itu!" Nasha menyuruh Bara keluar dari kamarnya. Tidak mengacuhkan pria itu yang berusaha membujuknya.

Meraih ponselnya lalu menghubungi Sena. "Bang, kalau ada temen lo yang mau beli motor kasih tau gue!" Sengaja membesarkan suara agar Bara yang masih membujuknya di luar mendengarnya. "Motornya Bara, Bang. Entar gue kasih lo bagian juga. Oke?"

"Sha! Jangan gitu dong!" Protes Bara di luar sana.

"Suka-suka aku dong! Itu motor aku yang beli! Aku yang lunasin kampret! Bahkan aku pernah bela-belain gak makan demi bayar cicilan motor itu!"

Sungguh, Nasha begitu marah. Ia meraih brosur mobil tersebut lalu meremasnya. Berteriak menyuruh agar Bara berhenti membujuk dan mengetuk pintu kamarnya.

Lebih baik Nasha tidur saja. Berdoa mudah-mudahan Sena menemukan pembeli untuk motor tersebut agar Bara kapok.

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
21/08/21

Bittersweet PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang