40

651 111 21
                                    

Italic font mean flashback

Tidak banyak pembicaraan, Ny. Narendra yang mengobati Doyoung ditemani tangis, kemudian Doyoung yang hanya memperhatikan ibunya dengan tatapan sedih, juga Renjun yang terus mengusap tangan Doyoung tipis.

Kini, seluruh luka di tubuh Doyoung telah terobati. Ny. Narendra mulai bangkit dari duduknya, ia berjalan ke arah lemari hendak mengambil pakaian baru untuk anak sulungnya.

Ia mengganti pakaian Doyoung di bantu oleh Renjun kali ini.

Setelah selesai, Ny. Narendra kembali duduk di samping Doyoung dan mengelus rambut anaknya pelan, "Istirahat ya, sayangnya mami."

Doyoung menatap wajah Ny. Narendra,

"Mami, maafin kakak."

Hati Ny. Narendra rasanya mencelos begitu saja. Ia kemudian merangkul tubuh Doyoung yang sedang rapuh.

"No no no, you don't need to apologize, sweetheart. Mami yang minta maaf, gak bisa ngelindungin kakak." Ucap Ny. Narendra dengan keadaan yang masih menangis.

Ny. Narendra melonggarkan pelukan di tubuh anaknya. Ia menatap wajah anaknya dalam, mengusapnya pelan.

"Kakak, gak apa apa gagal, itu juga bukan berarti kamu bakal gagal seterusnya. You did a great job, sweetheart." Ucap Ny. Narendra.

Doyoung menundukan kepalanya dalam, "Mami, kakak masih jadi anak mami kan?" tanya Doyoung.

Ny. Narendra terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh anak sulungnya.

"Of course, prince. Kenapa kamu nanya kayak gitu? Mau gimanapun kamu, kamu akan selalu jadi anak jagoan mami." Ucap Ny. Narendra.

"Karena mungkin, habis ini daddy udah gak bakal anggap kakak anaknya lagi."

Ny. Narendra terdiam seribu kata. Renjun yang sedari tadi ada disana menatap Doyoung, kini mengalihkan pandangannya. Matanya terasa panas.

Di detik selanjutnya, Ny. Narendra kembali dibuat menangis karena ucapan anak sulung tercinta nya.

Ia kembali merengkuh tubuh rapuh itu, ke dalam dekapan yang erat dan dalam. Ia beri kehangatan pada tubuh yang sebetulnya kedinginan.

"Kakak, jangan bicara kayak gitu ya. Daddy lagi emosi aja, daddy pasti bangga kok punya anak kayak kakak."

Ny. Narendra melonggarkan pelukan lalu menatap wajah Doyoung dengan lekat, "You are the best son ever, and we thank to god, for sending you as our son. You are the precious and you are the best gift ever." ucapnya.

Doyoung tersenyum kecil, "Thank you, mami."

*

Malam hari kini menyapa dengan dingin. Doyoung yang terdiam di atas kasur, menahan sakit yang menyerang tubuhnya, kini ia bangkit dari sana.

Ia berjalan pelan, sangat pelan. Menghampiri meja belajar kesayangan nya di sana. Ia mendudukan tubuhnya di atas bangku, kemudian mengambil salah satu buku dari banyaknya buku yang tersusun di sana.

Ia raba buku itu pelan, sudah lama. Sudah lama ia tidak menyentuh buku itu.

Buku dengan cover warna earth tone, di hiasi beberapa stiker, dan tulisan di tengah nya.

My Diary.

Doyoung buka pelan halaman per halaman, ia baca ulang pengalaman pengalaman yang telah ia tulis sebelumnya.

Me and my illness ; RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang