Danisha berjalan dengan langkah berat. Takshaka menjadi pembuka yang sangat buruk untuk mengawali pagi harinya yang tenang. Dan seperti biasa Takshaka tak pernah mau untuk menunggu didalam rumah, entah apa alasannya, Danisha tidak se-gabut itu untuk mencari tahu.
Danisha sampai didepan Takshaka, kalimat pembuka dari pemuda itu sudah terprediksi, kepercayaan diri Takshaka yang sudah di another level, sangat cukup memancing emosi.
"Lo kesenangan 'kan karna gue datengin?" Tebak Takshaka remeh tampa melihat raut wajah Danisha.
"Kesenangan mata lo buta?" Sahutan sinis Danisha membuat Takshaka langsung menatapnya.
Uh, terlalu kusut.
Okey, meskipun beraut masam, Takshaka cukup nyakin bahwa gadis itu sedang menyembunyikan ke-excited an nya bertemu dengan Takshaka. Well, penyangkalan yang basi Takshaka.
"Mau lo apa?"
"Wow? Lo meng-copy kalimat yang sering gue tanyain sama lo?" Alis Takshaka terangkat dengan kalimat tanya yang sangat familier itu. Kalimat yang sangat gaya nya sekali tapi kini gadis di depannya ini telah mencuri.
Cih, dasar. Takshaka.
"Nggak penting. Sebut tujuan lo terus cepetan pergi dari hadapan gue." Tukas Danisha sembari melirik jendela lantai dua saat menyadari ada sepasang mata tajam yang tengah memperhatikan mereka. Danisha tak tau itu siapa, tapi dari aura gelapnya Danisha tebak itu pasti Prita. Dasar Nenek lampir, sungut Danisha.
"Gue juga sebenernya malas berinteraksi sama lo." Takshaka menggangkat bahu acuh, lalu melanjutkan. "Tapi kita harus bicarain masalah pertunangan ini."
Danisha hanya manggut-manggut enggan. "Terus."
Wajah Takshaka terlihat kesal, padahal Takshaka sudah menurunkan egonya untuk lebih dulu menghubungi gadis ini tapi melihat tanggapan tak berarti nya membuat Takshaka tentu merasa menyesal sudah berinisiatif sejauh ini.
"Satu menit yang berjalan lambat." Sindir Danisha saat Takshaka hanya terdiam bengong dengan pikiran nya sendiri.
Taksahaka mendelik pada Danisha. "Seenggaknya lo inisiatif nanyain tentang kelanjutan topik yang ingin gue bahas." Protesnya.
"Terus?"
"Lo bener-bener ngeselin!" Ungkap Takshaka.
Danisha melotot, "Heh! Itu tadi gue udah tanya ya, 'terus?' itu artinya gue minta lo lanjutin apa yang mau lo omongin, tapi lo ya malah kesel. Nggak jelas lo."
Takshaka tertegun, ah iya juga..tapi--
"Yaudah naik." Takshaka menaikkan stander motornya, lalu menekan tuas gas, bersiap untuk mengendarai motor hitam yang terlihat macho itu.
"Ha?" Danisha sendiri hanya berdiri cengo disamping motor, sepenuhnya tak mengerti tentang kalimat Takshaka barusan.
"Gue bilang naik, lo nggak denger? Jangan karna terlalu kesenangan gue bonceng lo malah jadi budek."
Plak!
"Aw!" Takshaka.
"Emang nggak jelas ini bocah! Maksud lo nyuruh-nyuruh gue naik tampa penjelasan, terus ngatain gue budek apaan 'ha?" Danisha berkecak pinggang.
"Gue udah berbaik hati buat bonceng lo Gladis, tapi lo malah mukul gue?" Takshaka tak habis pikir.
Tapi Danisha lebih tak habis pikir lagi. "Jadi ukuran kebaikan hati lo adalah dengan boncengin orang?" Tanya nya sengak, "Tukang ojek aja yang tiap hari boncengin orang nggak pernah tuh pamrih."
"Tapi dia minta bayaran." Sahut Takshaka tak ingin kalah.
Danisha memicing beberapa detik, "Owh, gitu." Katanya seolah mengerti, kemudian merogoh saku celana nya. "Bilang dong dari tadi." Kemudian dia menyerahkan uang sepuluh ribuan yang sudah lecek ketangan Takshaka, kemudian menaiki jok belakang dengan ringan.
"Sesuai aplikasi ya mas." Seringan ucapannya.
Lalu...Bagaimana ekspresi Takshaka?
TBC
***
Finally bisa update juga.
Semoga kalian suka.
Vote dan coment ya biar makin semangat♥️
Part 18 insyaallah segera menyusul
YOU ARE READING
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 17
Start from the beginning
