CHAPTER 14

17 1 0
                                    

'Dia memasukkan bolanya dengan tepat ke ring lawan.'

'Aku dibelikan motor, aku sangat senang. Bisa untuk mengajak Putri jalan-jalan.' Aku tersenyum membaca itu.
'Bagaimana aku mengajaknya pergi? Aku tidak bisa memulai pembicaraan.'
'Aku lupa kalau aku belum punya SIM. Jadi tidak bisa mengajak Putri jalan-jalan.'
'Yang penting sudah bisa naik motor.'
'Hanya naik, belum bisa menggunakannya.'

"Haha, Afif kalo di buku harian kayak gini. Gak kayak di dunia nyata." Kataku.

'SMA, ternyata aku sudah besar. Aku sudah bisa merasakan kesepian, kedua orangtuaku selalu pergi.'
'Putri berubah semenjak dia mengenal seorang pemain basket yang bernama Andre.'
'Aku bahagia bisa menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade.'
'Aku bisa membanggakan sekolah serta teman-temanku. Namun orangtuaku acuh!'

"Apakah aku berubah ketika aku mengenal Andre?"

'Banyak siswa siswi yang mengenalku setelah aku memenangkan olimpiade.'
'Aku senang aku bisa dikenal. Namun aku tidak senang karena di kenal, banyak siswi yang mendekatiku. Mereka bilang aku tampan? Itu lucu sekali.'
'Kenapa baru kurasakan sekarang?'
'Jadi ini yang namanya sakitnya CINTA? Aku benci dengan CINTA. Karenanya, aku merasa sakit saat Putri dekat dengan Andre.'

"Andre? Apa Afif suka sama aku?" Aku penasaran jadi aku membuka halaman selanjutnya.

'Aku tidak ingin merasakan apa itu cinta. Karena cinta, aku menjadi buta. Aku tidak berfikir masa depan. Percuma saja. Aku tidak akan pernah bisa mendapatkan cintanya Putri.'

"Afif bener-bener suka sama aku?" Aku lalu membuka halaman selanjutnya.

'Putri memintaku datang di pertandingan basket pertamanya di SMA. Dia menunjukkan ban kapten yang ia peroleh.'
'Aku datang, tapi Putri tidak mengetahuinya.'
'Dia bisa memimpin timnya. Dia sangat hebat.'
'Pertandingan kedua, dia cedera. Kakinya terkilir. Aku ingin menolongnya, tapi kenapa harus Andre yang membantunya?'
'Tim SMA dapat memenangkan pertandingannya meski tanpa kapten mereka yang cantik.'
'Aku melihat pertandingan kedua, meski Putri tidak bermain. Dia tetap memintaku untuk datang.'
'Perempat final. Dia bermain sangat hebat. Tidak seperti biasanya.'
'Tim putra kalah di perempat final. Aku kecewa juga.'....

******

NOTEBOOK PENGUNGKAP RAHASIAWhere stories live. Discover now