🥀 6 🥀

3.3K 452 88
                                    

Ada yang bilang luka akan sembuh seiring berjalannya waktu. Lasmi percaya itu akan berlaku pada putranya juga. Lasmi dan Barta percaya kalau sikap Bima akan melunak. Tetapi, nyatanya tidak ada yang berubah. Bima masih sama. Masih dengan keras kepala dan egonya yang tinggi. Dava sudah memasuki usia sepuluh tahun. Rencana Lasmi dan Barta yang akan menyekolahkan Dava gagal. Bima mengancam tidak akan mau menemui mereka kalau berani menyekolahkan Dava.

Saat itu, Barta dan Bima bertengkar hebat. Tetapi, Bima seolah gelap mata. Bima mengatakan kalau Dava tidak berhak memiliki apapun di hidupnya. Dava lahir membuat luka di hatinya maka sampai mati Dava tidak boleh bahagia. Barta sekali lagi merasa terkejut mendengar perkataan Bima kala itu.

Belum sampai di situ saja. Dava yang sudah berumur sepuluh tahun mulai terbiasa melakukan apapun sendiri. Bibi Mey sudah tidak bekerja lagi karena Bima memberhentikannya. Dulunya rumah ini Dava anggap sebagai rumahnya. Tapi, sekarang tidak lagi.

Hadirnya dua orang baru di rumah ini, tentunya semakin menggeser Dava. Ya, sudah setahun ini Bima menikah dengan wanita yang mempunyai anak laki-laki setahun dibawah Dava. Lasmi dan Barta menyetujui pernikahan itu dengan harapan besar bahwa Bima bisa melupakan masa lalu dan menerima Dava. Tetapi, tidak ada yang berubah. Hadirnya Sean Kalingga membuat kasih sayang Bima tercurah hanya pada Sean. Sean adalah definisi anak yang diharapkan banyak orang tua. Selain pintar dan cepat tanggap, Sean juga memperoleh prestasi yang banyak di usianya yang masih sembilan tahun.

Sedangkan Dava? Jangankan menyamakan dirinya dengan sang adik tiri, bisa membaca dan menulis saja Dava sudah senang. Dulu kalau ditanya apa tujuannya untuk hidup, Dava pasti menjawab kalau ia ingin membuat Bima bangga akan dirinya. Tetapi, sekarang tujuan Dava sudah berubah. Hari-hari Dava berganti menjadi seorang kakak bagi Sean. Memastikan Sean aman dan tetap bahagia itulah yang selalu Dava usahakan. Hanya dengan itu Bima bisa tau kalau Dava tulus menyayangi Sean meskipun Dava tidak mendapatkan hal yang sama dari Bima, yaitu kasih sayang.

Seperti saat ini, Dava terfokus mengamati Lasmi dan Barta yang asyik bermain dengan Sean di halaman belakang. Barta mengajari Sean berenang dan Lasmi yang tertawa menyaksikan tingkah konyol Barta saat iseng mengerjai Sean. Sementara Dava hanya berdiri dari jauh sembari memegang handuk dan baju ganti untuk Sean. Entah sejak kapan hadirnya Dava juga tergeser di hidup kakek dan neneknya. Sekali lagi, Dava tidak masalah. Kehilangan sudah menjadi makanannya begitu pula dengan ditinggalkan.

Saat Sean sudah keluar dari kolam renang, Dava berjalan ke arah mereka dengan senyum di wajahnya yang tampak semakin tirus. Nyatanya mempunyai ibu baru tidak membuat berat badan Dava naik.

"Nenek, ini baju ganti buat adek," ujar Dava pelan dengan menyerahkan handuk dan baju ganti Sean. Lasmi menerimanya lalu membantu Sean mengganti baju.

Sementara itu, Dava berlari ke dalam rumah menuju dapur. Di sana ada Suci, ibu tirinya yang sedang menyusun kue di dalam piring. Dava mendekat dan berdiri di samping Suci.

"Bunda, jus buat adek uda selesai?" tanya Dava pelan yang dibalas anggukan singkat oleh Suci.

"Biar Dava aja yang bawa jusnya, Bun," tambah Dava lagi yang membuat Suci mengambil segelas jus jeruk untuk Sean yang tadi dibuatnya.

"Punya kakek sama nenek nanti Dava ambil lagi, ya, Bun." Pandangan Dava terfokus pada jus yang sudah di pegangnya.

"Hati-hati bawanya. Jangan sampai tumpah," peringat Suci yang diangguki Dava.

Dava kembali ke halaman belakang lalu meletakkan jus di atas meja.

"Dek, ini jusnya di minum. Bunda yang buatin tadi," ucap Dava yang membuat Sean berbinar dan meneguk jusnya. Dava memperhatikannya. Sean adalah adik yang baik baginya. Dava senang memiliki teman bermain di rumah ini.

"Mau main bola sama kakak di depan?" tanya Dava setelah jus milik Sean habis. Sean menggeleng.

"Kata nenek ayah mau ajak Sean makan di restoran. Mainnya besok aja, ya," jawab Sean dengan ekspresi lucu. Dava mengangguk lalu menepuk lembut puncak kepala Sean.

"Katanya mau bawa minum, tapi enggak balik-balik," tegur Suci yang baru datang membuat Dava mengerjapkan matanya.

"Maaf, Bunda," ujar Dava merasa bersalah.

Suci tidak menanggapinya lalu beralih pada Sean yang menatapnya polos.

"Adek, siap-siap, yuk. Biar pas Ayah pulang adek uda ganteng."

Sean pun mengangguk antusias. Suci dan Sean lalu masuk ke dalam rumah. Menyisakan Dava, Lasmi, dan Barta.

"Kakek sama nenek enggak ikut?" tanya Dava yang merasa canggung. Lasmi dan Barta menggelengkan kepala mereka.

"Yaudah, Dava ke dalam dulu, ya," ujar Dava kemudian berlalu dari sana menuju kamarnya.

Di dalam kamar, Dava langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur. Netranya berembun menatap langit-langit kamarnya. Setiap hari yang Dava lakukan hanyalah menjaga dan menemani Sean. Di kala waktu senggang, Dava akan berusaha membaca buku milik Sean meski berakhir dirinya tidak mengerti apapun. Banyak hal dari Sean yang membuat Dava iri.

Kepintarannya, disukai banyak orang, dan tentunya mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya. Dava...menginginkan semuanya. Tetapi, semesta tidak mengizinkan Dava memilikinya.

Tidak terasa ternyata Dava tertidur hingga larut malam. Saat turun ke bawa Dava tidak melihat siapapun. Sudah pukul sembilan malam. Kemungkinan Nenek dan kakeknya sudah tidur. Sementara Ayahnya, mereka pasti belum pulang. Langkah kakinya yang kurus membawa Dava menuju dapur. Ternyata ada lauk sisa di atas meja makan.

Dava menarik kursi. Membalikkan piringnya lalu kemudian menyendokkan nasi dan lauk ke atas piring. Dava tersenyum, akhirnya setelah seharian menahan lapar Dava bisa makan walau cuma sekali. Sebenarnya, Suci tidak pernah melarang Dava untuk makan. Tetapi, Bima yang menganggap kehadiran Dava di meja makan adalah gangguan. Alhasil, saat semua orang selesai makan, Dava jarang sekali mendapatkan lauk yang tersisa.

Semenjak Sean ada, Dava serba merasa segan di rumahnya sendiri. Jika ingin sesuatu pasti bertanya apakah boleh atau tidak. Padahal ini rumahnya tetapi Dava seperti orang luar. Bima telah membuat jarak yang begitu jauh untuk anaknya sendiri.

••••••

Halo, aku kembali bersama Dava, nih. Maaf, baru bisa up sekarang meskipun ini sudah aku ketik dari lama.

Semoga ini bisa mengobati rindu kalian sama Dava. Jaga kesehatan ya. Tetap pakai masker dan jarak jarak. Aku sayang kalian💜

Salam manis,
Ans Chaniago

17 Agustus 2021

Blessure (End)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora