Chapter 7. The Journey

1 0 0
                                    

Mentari cerah menyinari bumi, sementara itu Verren berseri-seri. Sepertinya dia sudah melupakan kejadian dengan Yoshie. Mudah sekali rasanya dia tersenyum senang dan bersemangat. Benar-benar dia ini terkadang seperti anak-anak saja. Apalagi jika sudah menyangkut kesenangannya. Beda dengan Milda yang dari tadi hanya diam. Seolah semuanya biasa saja.

"Mil! Akhirnya hari ini tiba juga! " seru Verren bersemangat.

"Ver, jangan bikin gue malu ah! Lu tuh kaya orang kampung tau ga?!"

"Hehe...." tawanya pelan.

Sekejap ruangan hening. Diam membisu seribu bahasa. Masuklah kakak pembimbing yang sudah terkenal karena ketegasannya. Dan lebih banyak yang menilai dia galak apalagi gayanya yang tidak santai.

"Kalian udah tau kan kita mau ada acara apa?" Tanyanya setelah berada di depan para mahasiswa yang ikut acara ini. Tak ada yang menjawab. Semuanya terdiam, takut salah jawab.

"Kuanggap diam kalian adalah jawaban iya." Simpulnya. "Gue punya peraturan buat kalian. Pertama, berhati-hati. Kita berada di alam bebas. Hewan buas, suku pedalaman bisa saja hidup berada dalam hutan. Dan tentunya kita tak mau hal-hal buruk terjadi bukan? Kedua, persiapkan diri kalian. Kita ada acara ini bukan Cuma pasang kemah, makan baberque, lalu pasang petasan saja. Kita juga bakal ada jelajah alam, kita mungkin akan berjalan-jalan dan akan dibagi beberapa kelompok. Lalu bagi yang mengalami sakit atau cidera bisa ke tenda kakak pembimbing untuk diobati. Jangan memaksakan diri jika merasa sedang sakit. Informasi selengkapnya dan pembagian kelompok akan dijelaskan oleh Ka Runi."

"Seperti yang tadi dijelaskan kalian jangan main-main ya. Kita tuh pergi ke Hutan. Dan hutan ini masih berpenghuni. Ada baiknya kalian tidak bermain-main dan bercanda. Apalagi yang bisa mengakibatkan anggota lain celaka. Saat kalian nanti masuk ke kelompok kalian akan dibagi lima orang untuk bergi berjelelajah dan sepuluh orang untuk tidur di tenda. Untuk acara pergi berjelajah harus ada minimal dua laki-laki untuk menolong perempuan. Jika untuk tidur di tenda wajib dengan sesama jenis. Jangan ada yang macem-macem ya! Kalian bakal dijaga ketat sama kita. Mulai sekarang kalian boleh mencari kelompok. Nanti saat di hutan kalian sudah ada kelompok. Yang tak ada kelompok akan saya jadikan kelompok."

Sejenak ruangan riuh penuh bincang-bincang untuk mencari teman yang klop. Baik itu untuk jelajah alam atau untuk di tenda.

Sedangkan Verren dan Milda baru menemukan kelompok untuk tidur di tenda, bukan untuk jelajah alam.

"Ver, duh kayanya kita ga bakal dapet cowok deh."

"Lu jangan pesimis dulu, pasti dapet kok." Ujar Verren sedikit malas karena harus ada cowok, namun apa boleh buat? Itulah peraturannya.

"Lu emang mau Ver sama cowok? Dan pasalnya nih Ver, lu udah di cap sebagai cewek yang anti cowok, jutek, nyebelin gitu. Emang mereka mau gitu sama lo yang udah terkenal dicap sebagai cewek yang seperti itu? Ga kan?"

"Iya, gue tahu kok......"

"Lo jangan buat masalah ya, siapapun yang sekelompok sama kita nanti di jelajah alam." Peringat Milda kepada Verren.

"Iya, Milda, Iya.... Bawel lo!"

"Coba aja kamu bisa move on, Ver. Coba aja lu ga nilai semua cowok kaya dia. Semua ga akan kaya gini!", batin Milda.

Verren mungkin tidak salah. Dia hanya butuh waktu untuk melupakannya. Sayangnya dia orang yang sulit memaafkan. Itulah yang Milda dapat dari karakteristik Verren.

♡♥♡♥♡

Jhon berlari lalu berhenti dilapangan. Dia kelelahan akibat lari jarak jauh dengan Arif. Ya mereka memang lomba berlari, siapa sampai duluan boleh meminta apapun. Dan Jhon sampai pertama. Tak lama kemudian Arif sampai setelahnya dengan nafas terengah-engah.

"Gilak lu! Lu ko bisa cepet gitu sih!" Ujar Arif sambil terengah-engah.

"Ya gue harus cepet biar kita ga telat trus di hukum ka Thomas. Lu blon tau aja se-disiplin apa dia." Jhon menyodorkan botol minum kepada Arif dan Arif menerimanya. "Salah lu juga sih lu lama banget mandi! Kaya cewek tau gak?" Jitak Arif pelan.

"Duh!" keluh Arif, "Sorry atu bro ..... mandi lama itu bisa ilangin setres."

"Kaya idup lo banyak beban aja sampe butuh pelampiasan. " cibir Jhon.

Arif membuka mulutnya menyatakan protes dan segera dicegat pernyataan Jhon.

"Liat deh. Kok rasanya pada berkelompok gitu sih?"

"Ya elah, emang biasa gini kan Jhon?"

"Iya sih bergerombol jadi satu grup, tapi ..... serius deh, kayanya kita ketinggalan info penting. Tanya yang udah ada di sini yuk!"

Tanpa disuruh lagi Arif bertanya secara inisiatif kepada salah satu orang.

"Maaf ya, boleh tanya kan?"

"Oh ya. Ada apa bro?" sahut pria tersebut menepuk pundak Arif.

"Lu tau ga? Ini kenapa sih kaya berkumpul jadi satu kelompok gitu? Ada apa ya sebenernya?"

"Wah si mas ketawan nih kalo telat." Sambar wanita itu tertawa ringan. Tak lama kemudian teman disebelahnya menyenggol lengannya dan menatap memperingati.

"Iya saya memang datang agak terlambat. Sepertinya saya ketinggalan info. Tolong beritahu saya ya?" Mohon Arif dengan sungguh, dia bahkan sampai menempelkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya hingga kepala.

"Jadi tadi ada pembagian kelompok bro. Kelompoknya ada dua. Satu kelompok untuk tidur di kemah. Dua untuk acara jelajah. Kalo untuk tidur wajib isi sesama jenis semua, cewek ya sama cewek kalo cowok ya sama cowok. Satu tenda sepuluh orang. Kalo buat jelajah alam maksimal 5 orang per kelompok dan wajib ada dua cowok gitu." Jelas pria itu panjang.

"Oke bro. Thanks ya infonya." Balas Arif lalu mengacungkan kedua jempolnya.

Dia pun kembali menemui Jhon dan memberi laporan bahwa harus membuat kelompok.

Jhon berdecak, "Gila! Kita belon dapet kelompok! Kacau dah! " Jhon lalu terdiam menatap Arif lalu tersenyum. Arif yang melihatnya merasa aneh dengan Jhon yang senyum secara tiba-tiba.

"Lu kenapa sih senyum-senyum sendiri? Gila lo!"

"Lu inget kan taruhan kita tadi?"

"Iya lah! Yang kalah dari lari siap lakuin permintaan apapun dari yang menang."

"Gue minta lu jadi babu gue seminggu."

"Lu jahat banget! Gue tolak! Gila aja anjir!"

"Ok gue ringanin. Lo Cuma jadi babu gue selama acara jelajah alam berlangsung, tapi lu harus cari kelompok yang orangnya asik, rame. Oke?"

"Oke deh!" Arif tersenyum menerima penawaran Jhon.

"Sekarang, jalanin perintah bos!" Perintahnya menatap Arif.

"Ay, ay, kapten!" seru Arif memberi tanda hormat lalu pergi.

Hard to BelieveUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum