BAB 10

1.1K 89 2
                                    

Cinta datang dari mata turun ke hati. Seperti itulah pepatah lama berkata. Dan mungkin itulah yang dirasakan Dante saat ini. Dia diam duduk termenung menatap ke arah Amanda yang sedang sibuk mengerjakan laporan penelitian nya.

Bukan seorang Dante akan duduk diam menatap seorang wanita didepan nya. Dia terbiasa ditatap oleh wanita. Dan terutma karena parasnya. Semua Wanita akan tergila-gila mengejarnya. Tapi,Amanda gadis itu seolah tidak perduli akan keberadaan dirinya. Bahkan ketika dia terlihat disekitarnya sekalipun.

Kebingungan yang terus menyelimuti Dante. Membuat pria itu terus berpikir sepanjang hari tentang Amanda. Apa yang wanita itu sukai. Apa yang dia inginkan dari dirinya. Tatapan teduh dan menenangkan wanita itu telah merobohkan pertahanan yang Dante bangun selama ini untuk dirinya.

"Amanda,"Gumam nya pelan mengeja nama wanita itu. Mata abu-abunya masih terus terpaku kepada wanita yang duduk diseberang mejanya itu.

"Apa dia benar-benar tidak merasakan jika aku memperhatikannya,"gumam Dante lagi berbicara kepada dirinya sendiri. Amanda masih fokus kepada laporan didepan nya. Penelitian yang baru dia lakukan beberapa jam lalu menguras otaknya untuk berpikir.

Namun,sedari tadi dia merasa seseorang terus menatapnya. Amanda melirik sekilas kearah Dants yang ternyata sedari tadi terus mengamatinya. Seulas senyum geli terpatri diwajahnya. Seolah tidak memperdulikan perhatian pria itu.

Amanda melanjutkan pekerjaan nya dan megabaikan Dante. Dia tidak ingin terjerat dengan pesona pria itu. Itu membuatnya gila dan memabukkan. Laporan nya lebih penting saat ini dari pada apa pun.

Dante merasa uring-uringan karena merasa diabaikan. Selama ini belum pernah ada wanita yang mengabaikan dirinya. Dan ini adalah pertama kalinya. Membuatnya merasa tidak nyaman. Baru saja dia ingin beranjak dari tempat duduknya. Menghampiri Amanda sekretarisnya memasuki Ruangan.

Wanita berambut pirang lain nya memasuki ruangan Dante. Dengan pakaian yang cukup seksi dan menggoda dia menemui Dante sembari membawa berkas ditangannya.

"Tuan silahkan ini dokumen yang anda minta,"Ujar nya sembari meletakan dokumen di depan Dante dengan gaya genitnya. Dante tidak memperdulikan rayuan menggoda wanita itu. Namun, melihat reaksi Amanda yang melihat kearah mereka. Membuat Dante tergelitik untuk mengerjai wanita itu.

Amanda awalnya tidak ingin teralihkan dengan apapun. Bahkan jika itu adalah Dante yang menganggunya. Tapi,masalahnya Wanita yang memasuki ruangan Dante sangat meresahkan.
Dia seperti sengaja menebarkan keganjenan dirinya di depan pria itu.

Dengan mengoyangkan pinggul dan membusungkan dadanya. Amanda yakin dia ingin Dante menerkam nya saat itu juga.

"Cih dasar menjijikan,"umpat Amanda kesal. Seharusnya dia tidak perlu kesal. Dia bisa bersikap setenang mungkin. Tapi,kelakuan wanita itu membuatnya muak dan kesal. Moodnya jadi rusak. Seketika untuk meneruskan pekerjaan nya.

Dante menangkap perlakuan Amanda yang sepertinya terusik dengan kehadiran Lottie. Seulas senyum tipis terpatri diwajah Dante. Dia menatap Lottie sesaat.

"Kau sudah makan siang? " Pertanyaan yang sontak membuat Lottie terkaget sekaligus senang dalam waktu bersamaan. Seorang Dante menanyai dirinya. Setelah sekian lama dia menjabat menjadi sekretarisnya. Ini kali pertama dirinya ditanya oleh Dante.

"Belum tuan,saya baru selesai mengerjakan laporan saya," Ujar nya sensual. Sembari mengapitkan rambutnya kesamping.

Gerah dengan kelakuan sekretaris Dante. Amanda beranjak meninggalkan meja kerjanya. Berjalan keluar ruangan menuju pantri. Dante mengulum senyum. Ternyata dirinya tidak diabaikan sepenuhnya oleh wanita itu.

The Darkness Of DanteDove le storie prendono vita. Scoprilo ora