BAB 1

2.2K 115 2
                                    

Dante duduk di kursi kebesaran nya. Mata nya tajam menatap lurus ke depan. Wanita berambut pirang yang kini bersimpuh duduk ketakutan dibawah kaki Dante. Dante menatapnya datar dan dingin.

Hawa dingin yang dinginnya lebih dari kutub es. Musim gugur terasa bagai musim dingin saat itu. Laila wanita berambut pirang yang bernasib malang. Karena berani menorobos masuk ke dalam hidup Dante.

"Dante". Suara lirih dan bergetar itu terdengar dari bibir seksi Laila yang menahan ketakutan saat itu. Tatapan tajam Dante yang menerobos masuk ke matanya. Seakan sudah membunuh Laila saat itu juga.

"Siapa yang mengijikan mu menybut namaku". Bibir Laila terkatup kembali. Seolah dia baru saja di beri peringatan. Lampu sirine menyala di kepalanya. Hanya bisa meneriakan satu kata.

"Lari". Satu kata itu terus berputar di kepala Laila. Dia tahu dia sudah salah mengambil langkah. Harusnya dia menolak tawaran dari Cirius untuk mematai pria ini. Itu adalah kebodohan terbesarnya.

"Dante aku akan jelaskan".

Dorrrrr..

"Aaaaaaaaaakkkkk". Laila menutup telinganya ketakutan. Apa dia tidak salah dengar. Itu suara pistol. Demi tuhan itu pistol. Laila menatap Dante yang mengacungkan pistol ke atap.

"Siapa yang mengijinkan mu menjelaskan". Laila terisak ketakutan. Tidak dia tidak berpikir bahwa Dante akan menjadi semenyeramkan ini. Setidaknya setelah malam yang mereka lewati. Harusnya pria ini bisa memaafkan nya. Tapi sekarang siapa lelaki di depan nya. Dia pria lain yang tidak Laila kenal. Menakutkan. Bengis dan siap membunuhnya hanya dalam hitungan detik.

Dante meletak kan pistol di meja. Duduk diam menatap Laila. Berpikir sejenak menatap tajam menusuk ke arah wanita itu. Dante hanya mempermainkan Laila memberinya pelajaran untuk sikap kurang ajarnya. Siapa dia berani-berani menjadi suruhan dari musuhnya.

Dante Fernandez tidak mengijinkan orang lain menyentuh kehidupan nya.

"Kalimat itu harus kau ingat Laila". Dante menekan tiap kalimat yang keluar dari mulutnya. Berdiri, Dante mendekati Laila. Menarik dagu wanita itu dan menatapnya seperti seongkah barang yang tidak berguna.

"Katakan kepada tuan mu jangan memainkan permainan kotor seperti itu".

"Dante aku tahu aku salah. Tapi aku sungguh mencintaimu". Dante tersenyum miring. Membuang wajah Laila. Rahang Dante mengeras. Tinjunya mengepal. Tentu saja saat ini dia sedang meredam setan yang ada dalam dirinya. Yang beringsut ingin keluar.

"Aku tidak tahu apa itu cinta".

"Tapi Dante".

"Sudah aku katakan kau tidak di ijinkan untuk meyebut namaku. Hanya ada dua pilihan". Dante menatap Laila lekat dan tajam.

"Pergi atau Cirius akan menerima kiriman jasadmu malam ini". Laila melotot ketakutan. Dia beringsut mundur ketakutan.

"Tidak... Tidaak... Kau gila Dante kau gila..!! ". Laila berlari ketakutan dari hadapan Dante. Namun tubuhnya di tahan anak buah Dante.

"Lepaskan aku.. Lepaskan..!!".

"Biarkan dia pergi. Biarkan dia kembali ketempat pemeliharanya". Laila berlari ketakutan keluar dari ruangan gelap Dante. Nafasnya terengah. Dia seperti baru saja keluar dari sarang neraka. Demi tuhan dia tidak akan pernah lagi mendekati pria menyeramkan itu.

Dante menghela nafas. Helaan yang tidak membuatnya lega. Setan dalam dirinya masih bergejolak. Dia tahu dia tidak akan pernah berhasil menidurkan setan yang kini sudah bersarang dalam jiwanya itu. Tidak akan pernah bisa.

"Fablo..!! ". Teriakan Dante mengema di ruangan gelap dan hitam. Bagai kurungan mati tanpa nafas kehidupan di ruangan itu. Tempat dimana Dante mengunci dirinya dari dunia.

The Darkness Of Danteजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें