BAB 6

1.3K 103 7
                                    

Amanda sudah berada di museum dimana dia akan meneliti artefak kuno. Salah satu penjaga museum sedang menjelaskan kepadanya tentang berbagai koleksi yang ada di museum kota yang dia kunjungi.

"Kami senang akhirnya ada lagi mahasiswi hebat arkeologi yang datang lagi kemari". Amanda tersenyum tipis. Tidak bisa dipungkiri. Minat Amanda kepada barang kuno sangat tinggi. Hal itu membuatnya menjadi salah satu mahasiswi akeologi dengan nilai terbaik.

"Saya juga senang berkunjung kemari. Ini benar-benar tugas yang luar biasa untuk saya".

"Mari kita menuju ke ruang utama. Artefak kuno terbaru yang baru kamu temukan".

"Baik ayo". Mereka berjalan menyurusi lorong museum yang mempunyai panjang puluhan meter. Setiap dekorasi museum seperti membawa kembali ke abad kejayaan kuno. Dimana situs peningalan sejarah eropa kuno dan yunani kuno menjadi situs bersejarah paling menarik di dunia.
Patung-patung yang di pahat indah di pajang di sepanjang lorong.

Museum selalu menjadi rumah kedua bagi Amanda. Karena disana lah dia bisa menikmati berbagai barang kuno dan sejarahnya. Itu membangkit semangat dan gairah dalam dirinya. Indah dan klasik. Mereka sampai di sebuah ruangan besar. Dimana menyimpan berbagai artefak kuno yang sudah di museum atau di abadikan dalam etalase.

Di tengah kesibukan Amanda mengamati artefak di depan nya. Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah mereka.

"Tuan Dante anda sudah datang". Amanda terpaku di tempatnya ketika nama yang akrab di telinganya terdengar. Tubuh Amanda yang masih condong menunduk menatap etalase tiba-tiba berdiri tegak. Mata Dante terfokus kepada sosok di depan nya.

"Nona Betrice". Sapaan Dante membuat bulu kuduk Amanda meremang. Bagaimana pun pangilan Dante kepadanya sangat mengelitik dirinya. Itu memberikan sensasi aneh yang belum pernah Amanda rasakan.

"Oh hai tuan Dante". Amanda mencoba bersikap setenang mungikin di depan Dante. Meski sebenarnya sekarang dia sangat gelisah.

"Kenapa ketemu lagi sih".  Batin Amanda berteriak hebat. Satu-satunya orang yang ingin dia hindari saat ini adalah Dante. Sialnya mereka malah semakin sering bertemu. Apa ini yang namanya kesialan atau jodoh. Ya ampun membicarkan soal jodoh membuat Amanda terasa mual.

"Sedang meneliti? " Pertanyaan basa-basi yang jarang sekali dilontarkan seorang Dante. Tapi demi bisa bicara dengan wanita itu dia mencoba mencari topik bahkan jika itu tidak penting. Sepertinya tuan Dante yang kaku mulai terkena sindrom buciners.

"Iya begitulah dan anda? "

"Tentu saja untuk melihat barang baru"

"Barang baru? Kenapa terasa sangat ambigu dan mencurigakan". Batin Amanda bergidik ngeri melihat tatapan Dante yang seperti sangat menginginkan ketika menyebut barang baru. Tapi tatapan nya begitu menusuk ke arah dirinya.

"Baiklah silahkan lanjut saya akan ke ruangan lain". Tidak ingin berlama di dekat pria itu. Amanda mencari berbagai alasan untuk pergi. Tapi Dante seperti seolah menahan nya.

"Bagaimana jika saya membantu anda menilai mana artefak terbaik disini".

"Hah?? " Amanda syok tentu saja dia syok. Mendapat tawaran bantuan tidak terduga dari seorang kolektor ternama. Itu bukan hal yang dia harapkan terutama itu Dante.

"Benar nona tuan Dante adalah penilai terbaik untuk barang kuno bernilai tinggi". Kurator museum mencoba membantu Dante. Amanda menatap keduanya. Dia merasa seperti di hadapkan kepada hal yang tidak bisa di hindari.

"Baiklah terima kasih atas bantuan nya". Amanda melemas. Bukan karena dia pada akhirnya menuruti pria itu. Tapi karena debaran jantung nya yang tidak berhenti setiap kali harus berdekatan dengan Dante.

The Darkness Of DanteWhere stories live. Discover now