Pernah Singgah

6 3 2
                                    

Quest Type A

Quest 10 : Buatlah tokoh utama pergi ke sebuah tempat(bebas). Ternyata ia melihat mantan/orang yang dulu pernah ia sukai. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

🍁🍁🍁

Setelah beberapa hari tinggal di rumah, Faridh mulai terbiasa dengan semua keadaannya. Umi yang selalu mencuci piring di pagi hari, Abi yang pergi tausiyah hampir setiap dua hari sekali, dan tetangga sebelah yang selalu menyetel musik setiap pagi.

Dan akhir minggu ini, Umi mengajak Faridh untuk pergi ke pusat perbelanjaan. Katanya beliau ingin membeli sesuatu. Faridh hanya menuruti. Berhubung Abi sedang ada acara tausiyah di luar kota, jadi Faridh harus mengantarkan Uminya dengan sepeda motor.

Jadi, di sinilah keduanya berada. Di sebuah gedung dengan tiga lantai yang berisi berbagai macam toko. Umi mengajak Faridh untuk menaiki eskalator. Samar-samar matanya melihat sebuah keluarga dengan pakaian panjang dan tertutup melintasi pembatas kaca di seberang eskalator. 

Jantungnya tiba-tiba saja berdebar. Matanya yang fokus melihat keluarga di seberang eskalator membuat Faridh tidak menyadari ternyata dia telah tiba di lantai dua. Tepatnya di ujung eskalator. Akibatnya, laki-laki itu terjungkal dan menabrak Umi hingga keduanya hampir saja terjatuh jika Umi tidak menahannya.

"Astagfirullah, Mas, ada apa?" tanya Umi terkejut.

Faridh jauh lebih terkejut. Baru saja dia menabrak Uminya sendiri. Tanpa dia sadari, tangannya memeluk Umi dari samping untuk menahan tubuhnya sendiri. Jika orang lain melihatnya seperti ini pasti terkesan aneh. 

Benar saja, beberapa pasang mata yang baru muncul dari eskalator langsung memperhatikannya. Faridh menunduk malu. 

"Enggak apa-apa Umi, cuma kesandung," jawabnya beralasan. "Ayo, Umi. Tadi katanya ada yang mau dibeli," ajak Faridh mengalihkan perhatian.

Umi merapikan gamis panjangnya yang tadi sempat Faridh injak, kemudian mengangguk dan mengajak Faridh memutari pagar pembatas yang terbuat dari kaca. Searah dengan keluarga yang tadi dilihatnya.

Umi membawanya masuk ke sebuah toko baju islami. Nuansa arab begitu kental terasa. Jubah-jubah panjang menggantung di setiap dindingnya. Ada berbagai macam warna dengan model yang berbeda.

Namun, Umi tidak berhenti di sana. Maksudnya, tempat pakaian laki-laki itu berada. Umi justru berjalan semakin ke dalam memasuki toko baju itu. Rupanya di bagian belakang ada tempat khusus gamis wanita. Modelnya terlihat bagus-bagus. Warnanya juga beragam. Ada pula yang dilengkapi dengan khimar.

Sejujurnya Faridh sedikit bingung. Mengapa Umi tiba-tiba membawanya ke sini? Ah, ralat, memintanya untuk ikut menemani Umi berbelanja di sini. Ini sedikit aneh, mengingat Umi yang jarang pergi berbelanja dengan Abi, tiba-tiba hari ini memutuskan untuk membeli gamis.

"Mas, gimana? Modelnya bagus gak, Mas?" tanya Umi, menyadarkan Faridh dari kebingungannya.

"Bagus, kok, Umi," jawab Faridh menyetujui.

"Atau bagus yang warna kuning, ya, Mas?" tanya Umi lagi seraya mengambil gamis berwarna kuning di sebelahnya.

"Semuanya bagus, kok. Masih cocok untuk Umi," jawab Faridh.

Beberapa saat kemudian, muncul seorang gadis yang seumuran dengannya dari dalam kamar ganti. Mata Faridh terpaku. Rupanya gadis yang tadi sempat dilihatnya.

Lagi-lagi hatinya berdebar. Ternyata sisa perasaan itu masih ada. Padahal, Faridh sudah berusaha keras menghilangkannya.

Di saat yang bersamaan, gadis itu juga melihatnya. Kemudian berjalan dengan anggun menuju tempatnya berada. Gamis ungu yang dia kenakan berterbangan, seolah mendapat efek tiupan angin seperti dalam film. Khimar panjang berwarna senada juga membungkus rapi kepalanya. 

'Astagfirullah, Faridh, tundukkan pandangan,' batin Faridh berseteru.

 "Asslamu'alaikum, Umi Nadya," sapanya kepada Umi. Faridh mundur beberapa senti untuk memberi jarak.

"Wa'alaikumsalam, lho, ada Neng Nada. Apa kabar, Neng?" sahut Umi terkejut.

Bukan hanya Umi yang terkejut, Faridh juga sudah merasakan itu sejak dia tadi tiba.

"Alhamdulillah, baik, Umi. Berdua aja, Umi?" tanya dia.

Umi mengangguk. "Neng Nada sama siapa?"

"Sama Umi dan Kakak tadi," jawab Nada.

Tak lama kemudian, orang yang baru saja disebutnya itu muncul. Menyapa Umi dan juga Faridh yang berdiri kaku secara bergantian. Yang terjadi selanjutnya adalah mereka berbelanja bersama. Membiarkan Faridh yang diam-diam menjauh dari sana.

Gadis itu adalah anak Kyai di pesantrennya. Memang cantik. Satu asrama laki-laki pun juga mengidolakannya. Tetapi yang membuat Faridh menyesal adalah, dia pernah diam-diam menemui Nada pada suatu malam. Seharusnya dia sadar, Kyai pasti sangat murka padanya waktu itu. Tetapi laki-laki itu terus saja mengabaikan faktanya.

Hingga akhirnya ia tersadar dan perlahan-lahan menghapus nama Nada dalam hatinya. 

🍁🍁🍁

692 kata
Rin_Blueberry
wga_academy

Beranjak [END] ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt