Assalamualaikum, Akhi

16 4 0
                                    

Quest Type B

Quest 3 : Ceritakan tentang agama/ajaran/keyakinan/prinsip yang dipegang teguh oleh tokoh utama. Boleh salah satu saja atau kamu ceritakan semua. Judul bab bebas dan perhatikan ketentuan yang berlaku. Kalau punya dua tokoh utama ceritakan salah satunya saja.

🍁🍁🍁

Langit di luar masih gelap. Rembulan juga masih bersinar terang ditemani taburan bintang yang berkelap-kelip di sana. Menyejukkan hati siapa pun yang memandangnya. Suara jangkrik bahkan masih merdu mengalun, menemani seorang lelaki yang kini tengah bersiap mengambil air wudhu.

Selepas membasahi anggota tubuhnya dengan air suci tersebut, ia bersiap mengenakan koko beserta sarung berwarna cokelat sebagai pelengkap, kemudian menyugar rambut tipisnya ke belakang dan mengenakan peci kesayangannya.

Jam dinding masih menunjukkan pukul 3 pagi. Suara kokokan ayam di luar bahkan belum terdengar sama sekali. Namun, laki-laki bernama lengkap Faridh Al-Hakim itu telah bersiap dengan menghamparkan sajadah biru miliknya itu menghadap kiblat.

Dengan perlahan, laki-laki itu berdiri di atasnya dan mulai membaca niat, kemudian takbiratul ikhram. Terdengar samar-samar dari mulutnya ia membaca iftitah, Surah Al-Fatihah beserta bacaan lainnya secara berurutan.

Hal yang sama terus ia lakukan hingga rakaat demi rakaat terlewati. Laki-laki berusia delapan belas tahun itu telah menyelesaikan salat Tahajud-nya. Dan kini, ia lanjut menjalankan salat witir sebagai pelengkap.

Selepas Faridh mengucapakan salam terakhir, laki-laki itu langsung mengucap istighfar dan mengangkat kedua tangannya setinggi dada. Menengadah seraya mengucapkan rentetan doa yang tak pernah sehari pun ia lewatkan. 

Sebagai makhluk yang penuh dosa, Faridh sadar, hidupnya hanyalah milik Allah semata. Hanya kepada-Nya lah, Faridh dapat memohon ampun dan meminta. Hanya kepada Allah, ia bisa mengadukan semua masalahnya. 

Setelah memanjatkan doa, laki-laki itu kini berdiri dari tempatnya. Berjalan menuju rak di dekat pintu kamar dan mengambil mushaf Al-Qur'an. Kitab yang terisi penuh dengan tulisan Arab itu kini berpindah tempat menjadi di tangannya. 

Laki-laki berpeci itu kembali duduk di atas sajadah menghadap ke arah kiblat, kemudian membuka mushaf tersebut dan mulai membacanya dengan suara merdu. 

"A'uudzubillahi minasy syaithoonir rojiim," ucapnya memulai bacaan, "Bismillahir rahmanir rohiim."

Bola matanya bergerak-gerak mengikuti setiap huruf yang tertulis di setiap barisnya. Suaranya yang serak karena pagi hari, terdengar merdu dan menenangkan. Menghipnotis siapa saja yang mendengarnya. 

Ini adalah kebiasaan Faridh semenjak kelas satu SMP. Lebih tepatnya semenjak dia memasuki pondok pesantren beberapa tahun lalu. Kebiasaan bangun pagi dan beribadah seperti ini seolah telah melekat dalam hidupnya. Laki-laki itu bahkan tak pernah lagi melewatkan salat Subuh. 

Beruntungnya untuk beberapa minggu ke depan, ia tinggal di rumah. Kegiatan paginya jadi tidak sepadat saat di pesantren. Yang mana ia harus mengantre kamar mandi ataupun mencuci pakaian. Tak jarang juga ia menghabiskan waktu seperti ini bersama para santri lainnya untuk menghafal.

Suara ketukan pintu kamar menghentikan Faridh dari bacaannya sebentar. Rupanya itu adalah suara sang Abi yang memanggilnya untuk bersiap pergi ke masjid menyiapkan salat Subuh. 

"Siap, Abi," sahutnya. Kemudian segera menuntaskan bacaan Qur'annya.

Begitu selesai, dia segera menemani Abi menuju masjid yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Hanya berjarak empat rumah yang berdempetan saja. 

Setibanya di masjid, Faridh segera membantu Abi menyiapkan pengeras suara dan tempat sujud. Lalu menyalakan pendingin ruangan yang terdapat cukup banyak.

Masjid ini terbilang sangat bagus dibandingkan dengan masjid-masjid lain di perumahan sederhana seperti perumahannya. Faridh merasa sangat bersyukur setiap kali memikirkannya. Terlebih lagi setiap kali ia melihat Abi yang menjadi imam salat di masjid ini. Faridh jadi sangat termotivasi untuk menuntut ilmu di pondok pesantren.

"Mas Faridh, kamu saja yang Adzan Subuh pagi ini. Mumpung kamu lagi di sini," ujar Abi.

Dengan senyum yang merekah lebar, Faridh langsung mengiyakan. Semangatnya berkobar setiap kali ada yang memintanya untuk Adzan. Dia tidak malu sama sekali, bahkan dia merasa sangat senang. Setidaknya, inilah langkah awal yang bisa ia lakukan untuk menjadi seperti Abi. 

🍁🍁🍁

Gimana nih, ada yang punya tipe ideal seperti Faridh?

Masyaallah banget mas-mas satu ini. Aku jadi pengen bungkus satu. Hehe.

🍁🍁🍁

657 Kata
Rin_Blueberry
wga_academy

Beranjak [END] ✓Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ