15. Maaf

49K 9K 1.3K
                                    

Menghabiskan hampir satu jam di dapur, Vano meletakkan sup yang telah dimasaknya di atas meja makan. Kemudian bergegas ke kamar Kila tanpa mengetuk pintu.

"Kila, lo belom makan dari pagi. Gue udah masak, makan dulu san—"

Vano menghela nafas begitu melihat Kila tertidur di karpet. Ketika menghampiri Kila, dilihatnya mata gadis itu yang terpejam sembab. Wajahnya pun masih basah oleh air mata.

Perasaan bersalah kembali terbesit di hati Vano. Lelaki itu langsung menggendong Kila dan memindahkannya ke atas tempat tidur.

"Sorry Kil, gue brengsek," gumamnya pelan ketika menatap Kila yang masih terlelap dengan tenang.

Kedua mata elang Vano menyorot ponsel Kila yang layarnya masih menyala.

Ini foto Kila saat pertama kali mereka membuat sarapan bersama.

❤️92,8221 likessyakilamrn thankyou for still letting me be in your life

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤️92,8221 likes
syakilamrn thankyou for still letting me be in your life. even if everything is different now, my feelings for you will never change.

"Semoga gue masih bisa liat lo terus senyum kaya gitu meski kita udah ga sama-sama lagi nanti." pikir Vano.

***

Untuk yang ke sekian kalinya, Kila berjanji pada dirinya tidak akan bodoh lagi hari ini. Betapa rendah harga dirinya sejak kemarin.

Tinggal di rumah lelaki yang sudah menyia-nyiakannya, bahkan memaksa untuk menikah dengannya.

Kila sudah membereskan semua pakaiannya ke dalam koper. Namun ketika ia hendak menutup kepalanya dengan jubah hoodie dan melangkah ke luar kamar, Vano mencegatnya.

Sial. Hanya melihat sosok Vano saja sudah membuat hatinya berdebar lagi. Tapi Kila buru-buru membuang muka, menghindari kontak mata dengan Vano yang kini menatapnya dalam.

"Kila," panggil Vano dengan suara rendahnya. "Mau kemana, hm?"

Kila diam. Tak mau menatap Vano namun ia bisa mendengar helaan nafas berat lelaki itu.

"Sorry kemaren gue keterlaluan," ucap Vano. "Gue cuma sensitif lo bahas masa lalu. Gue ga bermaksud nyakitin hati lo, Sorry Kil."

"Iya."

"Lo nangis, hm?" Vano mendekatkan wajahnya pada Kila, membuat gadis itu terkejut dan mundur selangkah. "Sini liat mukanya."

Vano menangkup wajah Kila secara paksa. Ditatapnya mata Kila yang sembab akibat menangis semalaman. Bahkan masih ada air mata yang tergenang di sana.

"Jangan nangis. Gue gak suka." ucap Vano berat yang langsung meluluh lantahkan hati Kila. Lelaki itu bahkan menghapus setitik air mata tersebut dengan ibu jarinya membuat nafas Kila tercekat.

"I—ya..."

"Lo mau ke mana sekarang? Lo gak mau balik kan?"

"Enggak." jawab Kila spontan.

Dia kalah lagi.

"Gue cuma... mau ke kampus."

Kila menggigit bibirnya kuat. Bodoh memang. Dia takut Vano benar-benar melepaskannya.

Rencananya Kila mau diam seminggu. Tapi kalau begini mana bisa dia marah.

"Mau gue anter ga?" tawar Vano.

Tak ada jawaban.

"Gue anter ya?" tawar Vano lagi membuat pertahanan Kila benar-benar runtuh.

Sementara Vano teringat kata-kata abangnya. Ada satu hal lagi yang harus ia sampaikan pada Kila.

"Terus lo jelasin perasaan lo ke dia dengan baik-baik, kalau lo gaada maksud buat phpin dia."

Skip. Vano belum sanggup mengatakannya. Tiba-tiba ia jadi takut Kila pergi.

"Abis pulang, kita ke dufan deh. Mau ga?" ajak Vano.

Kila sontak tersenyum. Dia senang sekali. Demi apapun.

"MAUU!!"

Tapi setidaknya sekarang Kila sudah bisa menerima sedikit kenyataan. Ia tidak akan berharap lagi menikah dengan Vano atau bersama dengan Vano selamanya.

Baginya kini, berada di dekat Vano saja sudah cukup. Meskipun tidak ada status apa-apa di antara mereka.

"Nah, gitu senyum," Vano tak sadar ikut tersenyum melihat Kila yang bahagia seperti itu. "Gue gak mau lagi liat lo kaya nangis kemaren. Jangan nangis lagi. Gue ngerasa brengsek banget."

"Iya ngga, Vano!"

"Selama kita masih deket dan masih sama-sama." pikir Kila.

VANOKILA [HIATUS SEMENTARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang