- MLMD 09 -

179 25 6
                                    

***

Yuri terlihat cantik dengan gaun putih selutut yang dia sembunyikan di balik mantel coklat. Rambut panjang itu dibiarkan terurai membuat penampilannya semakin terlihat elegan.

"Selamat pagi Direktur Kwon."

"Em, selamat pagi."

Yuri tersenyum menyapa para pegawai yang berpapasan dengannya. Gadis itu kini bergegas menuju ruangannya yang ada di ujung koridor.

Jemari gadis itu memegang knop pintu dan masuk dengan segera. Kakinya melangkah menuju kursi kebesarannya, membuka mantel dan duduk dengan segera.

"Direktur Kwon, hari ini ada rapat dengan Dewan Direksi untuk membahas soal perluasan pasar kita dan setelah itu anda juga masih harus bertemu dengan beberapa investor bahan makanan untuk produksi berikutnya."

Yuri melirik sang Sekretaris yang berdiri di hadapannya. "Em baiklah aku mengerti. Sekarang kau bisa keluar."

"Ne." wanita itu berbalik dan melangkah menuju pintu.

Yuri bersandar di kursinya. Dia melirik foto yang terpajang di sisi kanan meja. Senyum itu terbit seketika saat melihat betapa bahagianya dia dalam foto keluarga itu.

Sebuah pesan masuk mengejutkan Yuri, jemarinya dengan segera membuka pesan masuk.

Pak Kim

Direktur Kwon, saya sudah melakukannya sesuai perintah. Semua rekaman cctv sudah dihapus, tapi kepala keamanan bilang jika beberapa hari yang lalu anda sudah menyuruh perwakilan untuk datang dan meminta salinannya. Saya hanya tidak mau ada informasi yang salah Direktur Kwon.

Mata Yuri membulat, dia syok seketika. "Perwakilan? Aneh, aku tidak pernah menyuruh siapapun selain Pak Kim."

Mata Yuri kembali melirik foto, dia menatap wajah Eun Bi yang tersenyum seraya memeluknya. "Apa mungkin?" seketika dia menggeleng. "Ania, Eun Bi tidak mungkin tahu soal ini."

Yuri meletakkan kembali ponselnya. Gadis itu mencoba untuk tenang dan bersikap seperti biasanya.

"Tidak ada yang harus dikhawatirkan, mungkin Pak Kim hanya salah informasi." gadis itu tersenyum sebelum akhirnya membuka laptop dan memulai pekerjaan.

.

.

Sementara itu di kantor yang berbeda, Minho sejak tadi terlihat mondar-mandir karena cemas.

Jika benar apa yang dia pikirkan, maka bisa jadi selama ini Yuri sudah tahu dan hanya berpura-pura.

"Tapi untuk apa gadis itu bungkam? Apa dia tidak marah?"

Minho menggigit ibu jarinya karena cemas. "Apa aku tanyakan langsung padanya?" seketika dia menggeleng. "Ania, itu adalah tindakan yang bodoh. Lalu aku harus apa sekarang?" laki-laki itu cemas tanpa henti, bahkan matanya terlihat cukup sembab karena semalaman memikirkan soal Yuri yang mungkin sudah mengetahui perselingkuhan Siwon.

Kaki itu seketika terhenti, Minho melirik sosok yang baru saja muncul dari balik pintu.

"Sajang-nim, apa yang membawamu kemari?"

My Lovely My Destiny ( Complete ) Where stories live. Discover now