Misophonia

15 1 0
                                    

Misophonia dapat diartikan sebagai ‘kebencian terhadap suara’, yakni kondisi dimana suara memicu reaksi ekstrem dari penderitanya. Kondisi tersebut juga diketahui sebagai sindrom sensitivitas selektif suara. Pengidap misophonia kerap melaporkan rasa panik, kecemasan dan agresi yang tidak terkontrol. Adapun yang biasa dirasakan seperti sakit kepala, nyeri dada, atau bahkan nyeri diseluruh tubuh yang ditandai dengan meningkatnya rasa kaku otot. 

Ana, remaja berusia 17 tahun yang memiliki phobia terhadap suara kereta api. Semua itu disebabkan oleh kejadian 2 tahun lalu yang mengharuskannya menjadi yatim piatu. Dibalik rasa ketakutannya terhadap suara kereta api tersebut, ada seseorang yang selalu menguatkannya dan menemaninya pada masa-masa sulitnya hingga ia sembuh dari ketakutan itu. Berawal dari seorang sahabat hingga akhirnya benteng yang telah Ana bangun dengan kokoh runtuh seketika.

.

“Baik anak-anak jangan lupa untuk meminta persetujuan dari orang tua kalian ya, ibu tidak mau ada yang memalsukan tanda tangan orang tua. Mengerti?”

“baik, bu.”

Kringgggg kringggggg

Bel pulang sekolah berbunyi. Ana memutuskan untuk pulang lebih cepat. Ia harus meminta izin kepada paman nya untuk mengikuti karyawisata yang diadakan oleh sekolahnya.

Tahun ini siswa siswi dari kelas akhir akan mengadakan karyawisata sekaligus perpisahan di luar kota. Kota yang menjadi pilihan untuk mereka jadikan tempat karyawisata adalah Kota Bandung. Ada yang pernah mendengar julukan Bandung adalah Paris Van Java? Julukan ini sangatlah tidak asing lagi ditelinga kita. Ada berbagai pendapat yang menjelaskan asal mula julukan Bandung Paris Van Java. Menurut penjelasan dari Prof. Dr. H. Nina Herlina seorang ahli sejarah asal Universitas Padjajaran, beliau mengatakan, di masa penjajahan Belanda, Jl. Braga merupakan salah satu pusat perekonomian yang terus berkembang. Beberapa toko pakaian yang ada di Jl. Braga, menjual berbagai macam pakaian yang diimpor dari kota Paris di Prancis. Hal tersebut memberi efek pada bidang fashion, yang menjadikan Bandung sebagai kota fashion dan juga kiblat mode, seperti kota Paris. Sejak tahun 1920-1925, “Paris Van Java” mulai melekat sebagai julukan dari kota Bandung. 

Itulah mengapa Ana dan teman-teman nya memilih Kota Bandung sebagai tujuan karyawisata mereka. Selain itu juga pemandangan yang disajikan di kota Bandung tidaklah main-main. Banyak spot foto yang instagramable banget. Apalagi buat anak SMA seperti Ana dan yang lain. Makanannya juga jangan diragukan lagi, ada surabi, peuyeum, cuanki, karedok, nasi timbel, dan yang paling digemari oleh anak muda jaman sekarang adalah seblak. Jadi, jangan ditanya bagaimana pesona yang diberikan oleh kota yang menjadi Ibu Kota provinsi Jawa Barat ini.

“Na, tumben lo pulang cepet. Biasanya lo pulang akhiran,”

“iyanih Far, gue mau kerumah paman dulu buat minta tanda tangan ini.”

“ohh gitu. Yaudah dehh, gue duluan ya supir gue udah jemput.”

“oke Far. Itu ojek online gue juga udah dateng. Dahh Farah,”

“dahh Ana”

Farah adalah teman seperjuangan Ana. Seperjuangan disini bukan dalam artian pelajaran atau semacamnya. Tapi seperjuangan disini adalah memperjuangkan ke jombloan mereka. Iya, mereka emang nggak mau pacaran. Padahal di sekolah mereka termasuk salah satu yang diincar oleh kaum adam. Dan sudah berapa banyak laki-laki yang mereka tolak. Makanya itu Ana dan Farah harus bertahan dengan status jomblo mereka sampai titik akhir di sekolah ini. Ada-ada aja ya kelakuan anak SMA jaman sekarang.

.

Tuuttt tuuuttt tuuuttt

Aduh Ana baru sadar jika ia pergi kerumah pamannya ia pasti akan melewati rel kereta api. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada jalan pintas selain lewat jalan ini. Dan Ana tau ia harus mulai terbiasa dengan kenyataan ini. 

Antologi KataWhere stories live. Discover now