"Setelah dulu lo selalu puja-puja gue, sekarang lo malah balik ngehina-hina gue?"

Danisha menatap Takshaka sinis, suka sekali pemuda ini membawa masa lalu dan membandingkan nya dengan masa sekarang.

"Wah, dulu lo emang sejenis aliran sesat yang berhasil ngotorin pikiran gue sampe gue rela puja-puja lo. Tapi sekarang gue udah bersih, suci, dan kembali ke jalan yang lurus." Danisha tersenyum jumawa kepada Takshaka, "apalagi kalau gue bisa batal tunangan sama titisan iblis kayak lo, gue, bebas!" Ungkap Danisha lugas seraya mengibas rambut hitam bergelombangnya kebelakang.

Takshaka yang melihat aksi Danisha sedikit menelan ludah.

Gadis yang dulu mengejar nya setengah mati itu tampak asing namun terlihat lebih memukau, sulit Takshaka akui tapi dia tidak mau menampik lagi. Gadis itu baru saja berhasil melukai harga dirinya dan perlahan memperlihatkan Takshaka akan kenyataan yang terasa tidak mungkin.

"Lo bener-bener berubah?" Bisiknya pada dirinya sendiri.

Danisha yang mendengar lirihan Takshaka tertawa melihat wajah innoncen pemuda itu.

"Akhirnya lo nyadar juga."

Takshaka menatap Danisha dengan gelengan. "ini masih sulit dipercaya." Ucapnya membuat Danisha mendengkus. "Lo bener-bener amnesia?"

"Ck. Terserah lo anggap apa. Sekarang yang penting gue pengen kita lepas dari status konyol ini."

"Lepas?" Takshaka mengepalkan tangannya. "Lo pikir cuma lo yang mau? Gue mengidamkan hal itu sejak lama." Balasnya sinis.

"Bagus." Takshaka melotot mendengar balasan Danisha.  "kalau begitu. Kita bisa lebih mudah batalin pertunangan ini."

"Enteng banget lo ngomong!"

Bentakan Takshaka membuat Danisha sedikit kaget.

"Biasa aja dong. Bukannya lo juga mau, kenapa malah marah-marah kayak nggak rela gitu."

Takshaka menunjuk ke dalam ruangan. "Lo nggak liat Mama gue sedih karna ucapan lo yang mau tunangan ini dibatalkan."

"Ya, terus?"

Br*ngsk! Batin Takshaka kesal bukan main.

"Udah tau begitu lo mau tetep batalin."

"Terus mau lo apa?! Jadi cowok jangan berbelit dong." Danisha yang merasa bahwa Takshaka ingin menarik ulur keadaan juga ikutan kesal.

Takshaka terdiam. Dia juga bingung. Ingin bebas dari pertunangan konyol ini tapi tidak ingin menyakiti Mama nya. Disamping itupula entah kenapa niat Gladis ak Danisha yang ingin membatalkan pertunangan mereka berhasil menggores harga diri dan ego Takshaka. Seharusnya dia yang lebih dulu mengusulkan pembatalan itu.

Takshaka berdeham. "Lo bilang..kalau, kalau lo nggak jadi ingin tunangan ini dibatalkan."

"Ogah!"

"Sial. Denger gue dulu! Biar gue nanti yang bilang kalau kita nggak cocok dan emang semestinya tunangan ini dibatalkan."

Danisha tidak bisa tidak emosi. Kesal setengah mati rasanya. Yatuhan, apa maksudnya pemuda ini.

"Ya apa bedanya. Lebih bagus kalau kita berdua sama-sama protes."

Takshaka mengacak rambutnya resah. "Lo nggak ngerti!"

Danisha hanya bisa berdecak. Dia benar-benar sedang menghadapi bocah labil yang keinginannya tidak karuan.

"Owh, gue paham. Lo mau gue ralat ucapan gue tadi, lalu setelahnya lo yang balik mengusulkan pembatalan ini, supaya kesannya lo yang mencampakan gue, begitu?"

Telak! Tebakan Danisha benar. Diamnya Takshaka adalah iya.

Manusia emang suka meribetkan hal yang harusnya sederhana. Dengus Danisha.

"Denger. Gue, udah nggak peduli apapun itu. Intinya, gue akan segara, secepatnya, membebaskan diri dari kekonyolan ini. Bodo amat tentang ego lo ataupun perasaan Mama lo. Gue nggak mau berkorban untuk orang lain. Masalah lo, itu urusan lo." Tegas Danisha dalam satu tarikan nafas.

Dia maju selangkah ke arah Takshaka yang masih terdiam. Menepuk bahu kanan pemuda itu pelan lalu berucap congkak.

"Selamat malam, calon mantan tunangan."

TBC

***

Maaf, baru bisa update. Semoga masih ada yang nunggu:'

Semoga kalian suka

Please Vote

And

Coment

Next👉

The Plot TwistWhere stories live. Discover now