Hendak buku mulut, Ayah Gladis sudah lebih dulu bersuara, "Cukup. Tidak perlu meladeni dia lagi, nanti kita terlambat." Bujuk nya pada sang istri. "Dan kamu, berhenti banyak tingkah. Apalagi saat nanti bertemu keluarga Takshaka." Peringatnya serius pada Danisha.

Danisha hanya mengangguk diiringi ekspresi licik. Tak tau saja mereka jika Danisha akan segera melepas granat tepat dimeja makan kedua keluarga itu malam ini.

Mobil berhenti tepat di restoran mewah milik keluarga Takshaka. Danisha turun setelah menunggu mobil yang dipakai keluarga Gladis sampai di parkiran.

Tepat saat ia keluar dari mobil, Prita sudah lebih dahulu menyentak lengan nya dan mencengkram nya kuat, Danisha memberontak tapi wanita tua itu sudah lebih dulu berucap.
"Dengar. Akhiri acting sok jual mahal mu itu, dan bertindak seperti biasa. Jangan membuat kami semua muak dan berakhir menciptakan masalah."

Bertindak seperti biasa?

Danisha terkekeh geram. Maksudnya, Danisha harus bertingkah murahan dengan memasang wajah penuh minat pada putra tunggal keluarga sultan itu, lantas bersikap seakan keluarga nya memperlakukannya bak putri kecil yang bergitu beruntung terlahir dikeluarga mereka? Dan menyembunyikan kedok licik mereka? Tidak sudi! Danisha tidak akan melakukan peran bodoh itu.

"Cepat."

Kakak laki-laki Gladis gantian mencengkram bahu Danisha dan mendorong nya berjalan ke arah pintu masuk. Tak terima diperlakukan seperti itu, Danisha kembali memberontak.

"Lepas. kalok nggak mau lihat saya bikin ulah."

Arya menatap Danisha nyalang. "Kamu mengancam saya?" Tanya nya tak percaya pada Danisha.

"Itu peringatan." Desis Danisha. Alhasil Arya mengalah dan perempuan itu bebas, dia biarkan Arya melangkah terlebih dahulu dibelakang Prita dan suaminya.

"Jeng.." Danisha memutar mata mendengar suara ceria Prita.

Ibunda Takshaka lantas membalas sambutan Prita dengan sama riangnya. Seolah pertemuan ini memang mendatangkan sebuah bahagia. Padahal dua anak manusia yang menjadi subjek sesungguhnya merasa bahwa mereka tak lebih dari korban na'as dari kekonyolan ini.

Mata jeli Nirmala ibu Takshaka menyorot Danisha dengan binar. "Yaampun sayang...kamu cantik banget." Ucapnya sambil lebih dulu menghampiri Danisha dan memeluknya hangat.

"Tante juga cantik." Balas Danisha. Yah, itu bukan omong kosong. Ibu Takshaka memang punya penggambaran wanita anggun ber-aura lembut. Tidak seperti Prita yang covernya saja bagus tapi didalam nya penuh akal bulus.

"Ayok duduk. Takshaka udah nggak sabar ketemu kamu."

Siapapun tau bahwa itu adalah kebohongan besar. Lihat saja wajah si tersangka yang sudah se-pahit pare.

"Mari sayang." Danisha duduk tepat di depan Takshaka yang masih menyorotnya. Perempuan itu balas menatap dengan sirat datar. Dagunya diangkat lalu memandang Takshaka angkuh, sangat konstras saat dulu dimana Gladis menatap Takshaka seolah dia melihat air digurun pasir. Cukup lama mereka bertatap, lalu Danisha lebih dulu melengos tampa perlu repot memberi sunggingan senyum pada Takshaka.

Takshaka berdehem, mengalihkan pandangannya yang sempat terpaku lama pada penampilan Danisha yang terlihat memukau. Eh, bukan, perempuan itu tetap sama memuakkannya seperti dulu. Cuma cari perhatian, jangan terkecoh sama penampilan.Tampik Takshaka.

Tak lama setelahnya, pelayan datang menghidangkan berbagai makanan, acara dimulai dengan diselingan pembicaraan ringan tentang pekerjaan diantara para pria dan dunia sosialita diantara Prita dan Nirmala. Hanya Danisha dan Takshaka yang tidak membuka mulut dimeja makan itu.

The Plot TwistWhere stories live. Discover now