"Ya...anjing penjaga." Balasnya dengan nada santai dan raut polos. Tapi Danisha menaikkan sudut bibir nya ketika kulit putih gadis itu memerah karna emosi.
"Lo!" Gadis itu menunjuk Danisha dengan amarah tertahan. "Bener-bener cari perkara."
"Lah, bukannya lo sendiri yang bilang dia punya banyak anjing penjaga, termasuk lo kan?"
"Sialan."
Tak lama setelahnya, kegaduhan terdengar. Begitu bising dengan pekikan keras. Persis ketika detik-detik Danisha menabrak orang yang belum diketahui identitasnya itu.
Danisha hanya mengangkat alis bingung ketika orang-orang teralihkan dengan cepat--termasuk gadis cerewet itu, dan lantas melihat kesatu titik seolah sedang menanti kedatangan artis terkenal yang ditunggu-tunggu hanya untuk memotretnya, meminta tanda tangannya, menjabat tangannya, dan yah tentunya menyorakinya dengan teriakan heboh sampai membuat urat leher mereka kelihatan mau putus.
Danisha menutup telinga ketika teriakan itu kian menggema kala seseorang muncul dari balik kerumunan, membelahnya dan berjalan tepat di tengah. Danisha menyipitkan mata sedikit penasaran akan sosok itu. Tapi sinar matahari yang menerpa siluet orang itu membuat wajah nya tidak kelihatan dengan jelas.
Sampai pada jarak dua langkah dari titik Danisha tepat berdiri, sosok itu akhirnya kelihatan juga wujudnya.
"Demit?!" Danisha menahan nafas, jantungnya jumplitan dengan keras, bukan karna jatuh cinta, tapi karna merasa dijemput oleh bencana. Astaga, ternyata demit ini yang dibilangnya malaikat dari syurga?! Heh, apa orang-orang sudah kehilangan akalnya?!
Untuk kali ini gadis cerewet itu terlihat tidak mengetahui teriakan syok Danisha yang mengatai sosok yang katanya harus dihindari, ditakuti, dihormati, dan ah segala macam itu. Gadis dengan tinggi dibawah dagu Danisha itu malah sedang kesemsem pada sosok yang kini menjulang tinggi dengan dada bidang yang tercetak jelas akibat kaos putih yang seragamnya entah raib kemana, dada yang sama yang membuat Danisha hampir kehabisan nafas dua malam yang lalu.
Saat asyik menguliti sosok yang terpahat rupawan dihadapannya, gadis cerewet tadi memblok pandangan Danisha, meski tak sepenuhnya karna gadis itu pendek--dengan membentang tangannya.
"Jangan liat-liat." Serunya garang seperti takut kecolongan.
Danisha hanya mendelik. Dasar bocah! Sudah terlalu muak, akhirnya dia berbalik dan hendak beranjak dari sana, tapi sebuah tangan menariknya hingga Danisha kembali berdiri pada titik tadi.
"Lo belum minta maaf!" Lagi-lagi gadis itu menodong Danisha dengan telunjuk juga tuntutan maaf darinya. Sebenarnya Danisha memang berniat untuk melakukannya, karna biar bagaimanapun Danisha tau letak dimana salah nya. Tapi melihat objek yang akan menjadi tempat untuk dia melontarkan maaf, Danisha merasa enggan. Lelaki itu yang lebih patut memohon maaf darinya perkara dua malam lalu.
"Wah. Lo emang cewek dungu yang nggak sadar diri salahnya dimana."
Danisha mengangkat alis dengan ekspresi mencemooh nya. "Bukannya lo lebih nggak sadar diri? Ekspresi mupeng lo waktu liat orang ini udah kayak keledai bodoh dengan liur netes yang di cucuk idungnya." Danisha memberikan perumpaan yang lebih sadis. Sekaligus menampar para gadis remaja yang tak mengalihkan tatapan liar mereka dari sosok itu.
"Bicth! Dasar lancang." Gadis itu bergerak maju dengan tangan terangkat hendak menampar Danisha. Tapi perempuan itu lebih dulu menangkisnya dan menoer dahi gadis itu serta menunjuk wajah manisnya yang kini terlihat syok bukan main.
YOU ARE READING
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 15
Start from the beginning
