Aku menoleh. Melihat seorang gadis yang lebih tinggi dariku, dan makin menjulang karena sepatu hak tinggi yang dikenakannya.

Aku memberi hormat. "Senior Joy."

Ia hanya melirikku sinis, lalu tanpa berkata apa-apa mendorongku keras hingga punggungku terbanting ke tembok.

"Argh!!!" Aku memekik ketakutan.

Tangan Joy mencekik leherku kencang. Bibirnya meyeringai gila.

"Benar kau ya, yang membuat Direktur Kim tidak pernah mengunjungiku lagi?"

Aku menatapnya dengan takut. Kukira, Yoongi masih suka mengunjungi Joy. Apakah aku salah?

"Bu-bukankah ia masih bersamamu juga?" Aku menjawabnya terbata-bata.

Joy tertawa kencang. Cekikannya tidak dilepaskannya. "Ngomong apa kau ini, hah?"

"Senior, hentikan ini. Nanti ada yang masuk dan melihat kita."

"Dasar bego." Joy memaki. Tapi ia melepaskan cekikannya. "Aku sudah pasang tanda toilet rusak di depan. Tidak akan ada yang masuk."

Aku terengah-engah menarik napas sambil mengelus leherku yang sedikit nyeri.

Jujur aku takut. Secara usia, aku dan Joy tidak berbeda jauh. Tapi secara status, dia jelas bisa menghantam reputasiku semudah meniup bulu.

Ia menatapku tajam. "Aku cuma mau tanya, apa kau sendiri yang menyebarkan gosip di kantor?"

"Gosip apa?"

"Gosip kalau kau ini simpanannya Direktur Kim, dan aku dighosting olehnya."

"Hah?" Aku melongo.

"Ayolah, kau aktris kan. Tidak perlu berakting."

"Aku tidak berakting. Aku jujur tidak tahu. Sialan. Kok bisa ketahuan."

"Jadi kau benar simpanan Direktur Kim?" Joy terkekeh.

"Senior Joy juga kan? Aku tidak sengaja baca message-mu di ponsel Direktur Kim."

Joy tertawa. Menyalakan air lalu mencuci tangannya. "KimYoongi buaya. Berani sekali punya dua perempuan dalam satu gedung kantor."

Aku terpekur, tidak tahu harus berkata apa. "Ma-maaf Senior. Aku tidak tahu kalau Direktur Kim sudah bersamamu waktu..."

"Sshhh...ah! Cerewet!!!" Joy memotongku. "Sama-sama sugar baby, buat apa minta maaf. Ini alami. Kalau mereka bosan ya kita ditinggalkan."

Ia memandangku, kali ini matanya terlihat lebih lembut. "Kau siap-siap. Cepat atau lambat kau akan ada di posisiku sekarang."

"Ehhhmmm..." Joy mengangkat tangannya lalu meregangkan tubuhnya. "Kau sudah dapat apa saja dari Direktur Kim?"

"Ha? Ng, aku butuh uang buat pengobatan ayahku dan biaya sekolah adik-adikku."

Joy tertawa. "Apaan sih? Nggak usah deh jual cerita sedih macam begitu. Jaman begini siapa yang percaya?"

"Sungguh, aku tidak bohong." Aku membuka galeri ponselku, menyorongkannya ke muka Joy. Di layar photo keluargaku di depan rumah kami yang reyot di kampung. "Ini keluargaku. Aku...ng...tidak punya ibu. Ini rumahku."

Joy membelalak menatap foto itu, mengalihkan pandangan ke wajahku, kembali ke foto. "Ma-maafkan aku. Sungguh. Aku tidak bermaksud..."

"Tidak apa-apa." Aku tersenyum. "Aku tau banyak yang menjual cerita kemiskinan macam ini untuk menipu."

"Dia tahu keluargamu begitu?" Hana menunjuk ponselku.

Aku mengangguk. "Direktur Kim juga tahu bagaimana aku harus sambilan di tiga tempat karena agensiku dulu tidak memberiku kerja."

Pandora's Dating Agency: Yoongi's Story [COMPLETED]Where stories live. Discover now