01. Introduction

Mulai dari awal
                                        

Aku berusaha fokus kembali dengan dua buah pintu besar yang berada tepat di depanku. Apa yang harus aku lakukan, ya?

Mengetuk? Kayanya agak kurang berkelas.

Menelepon Tuan Kim? Tidak sopan.

Atau diam saja sembari menunggu ada yang membuka pintu?

Tenggelam dengan pikiran yang sedang mencari cara bagaimana bisa masuk ke dalam rumah bak istana ini dan tak lama kemudian pikiran tersebut terpecah ketika mendengar suara pintu tersebut terbuka dan menandakan bahwa kehadiranku memang ditunggu. Thanks God.

“Nona Choi?” Tanya pelayan lelaki itu dengan sopan dan ramah seraya menudukkan kepalanya kepadaku. Tidak lupa ia juga memberikan senyuman yang hangat.

“Ah, iya benar saya Choi Hana” Aku mengangguk membalas senyum dari pelayan Tuan Kim. Melihat pakaian dari pelayan tersebut sudah bisa memberiku tanda bahwa teman dari Papa ini benar-benar seorang pengusaha yang sukses. Pelayan tersebut memakai jas hitam dan di dalamnya terdapat kemeja warna putih sepaket dengan dasi kupu-kupu warna hitam. Celana kain yang warnanya senada dengan jas.

Untung saja aku juga memakai pakain formal yang membalut tubuhku dengan indah. Aku mengenakan blazer cokelat motif plaid keluaran YesStyle, untuk bagian dalamnya aku memakai tanktop warna hitam serta skirt yang serasi dengan blazer.

“Mari, silahkan masuk, Nona” Pelayan tersebut menggeser badannya kearah lebih dalam dan mengarahkan tangannya mempersilahkan diriku untuk masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mari, silahkan masuk, Nona” Pelayan tersebut menggeser badannya kearah lebih dalam dan mengarahkan tangannya mempersilahkan diriku untuk masuk. Melihat hal itu, aku segera mengikuti arahannya.

Pertama kali aku menginjakkan kakiku yang terbalut heels warna hitam keluaran Chanel ke dalam rumah ini, tidak henti-hentinya aku berdecak kagum memandang seluruh interior yang disuguhkan di depan kedua bola mataku. Di bagian kanan dan kiriku ada lorong yang kuyakini menjadi tempat kerja Tuan Kim, kesemuanya di design secara minimalis dengan warna yang didominasi hitam dan cokelat. Di bagian tengah rumah tersebut terdapat empat buah sofa berbentuk persegi panjang berwarna tortilla yang mengelilingi meja tamu tersebut.

Benar seperti apa yang aku duga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Benar seperti apa yang aku duga. Pelayan itu mengarah ke lorong yang ada di sebelah kiri menuju ruang kerja Tuan Kim. Semakin dekat dengan pintu ruangan itu, semakin gugup juga diriku. Aku memasang senyum yang tak pernah lepas dari raut mukaku ketika pintu tersebut dibukakan oleh pelayan Tuan Kim. Segera saja aku masuk melewati pelayan yang telah mengantarkanku.

“Ah, kau pasti anak dari Tuan Choi. Choi Hana, bukan?” Tanya pria yang umurnya mungkin sudah di kepala lima namun masih tegap dan gagah seraya mempersilahkan aku duduk di kursi yang berseberangan dengan Tuan Kim. Jarak kami dipisahkan oleh meja kerja. “Iya benar, saya Choi Hana.” Jawabku dengan lugas meskipun dalam hati tak bisa kupungkiri bahwa aku benar-benar gugup.

Setelah berbicara panjang dan lebar dengan Tuan Kim mengenai pekerjaanku sebagai sekretaris dari anaknya yaitu Kim Taehyung, aku keluar dari rumah itu dan masuk kembali ke dalam mobil kemudian mengendarainya menembus padatnya jalanan kota di malam hari.

Selang beberapa jam, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku. Aku berusaha mencari-cari apa yang menjadi sebab pikiranku tidak bisa berhenti mengkhawatirkan sesuatu hal yang bahkan aku sendiri pun juga tidak mengerti.

Aku menepuk keningku dengan agak keras dan air mukaku berubah menjadi tegang seraya mengigit bibir bagian bawahku.

Argh sial, aku tidak tahu bagaimana muka dari seorang Kim Taehyung.

__

Chapter pertama emang masih belum ada konlik yang menegangkan dan maaf bangett kalo terkesan monoton. But trust me, it's worth to wait ;)

Love,
espe. ♡

 ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐆𝐑𝐄𝐄𝐃 | 𝐊𝐓𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang