Dengan dagu yang ditopang telapak tangan, aku berhasil mendekatkan sandwich yang berisi daging ham, keju, dan saus béchamel ke arah bibirku menggunakan tangan yang satunya. Baru sedetik aku membuka mulut hendak mengunyah makanan yang menggiurkan itu, namun suara Papa membuyarkan semuanya.
“Hana, bagaimana dengan beberapa perusahaan yang sudah kau coba untuk melamar? Ada perkembangan?” Papaku bertanya dengan tetap fokus menatap layar laptop yang ada di depannya.
Lagi-lagi pertanyaan yang sama di pagi hari. Sepertinya keluarga ini memiliki rutinitas baru selain sarapan pagi. Ingin sekali aku memutar kedua bola mataku sebelum menjawab pertanyaan dari papaku. Tapi tidak, aku tidak akan melakukan hal itu karena akan berakibat menjadi ceramah yang panjang dan lebar.
“Papa, aku baru saja wisuda 1 minggu yang lalu. Papa tahu sendiri bagaimana proses recruitment, bukan? Di samping itu, aku juga heran mengapa Papa dan Mama tidak memperbolekan aku bekerja di perusahaan kalian?” Aku mendengus kesal seraya melipat kedua tangan di depan dadaku.
“Sayang, Papa dan Mama melakukan hal ini bukan tanpa alasan.” Oh, kali ini giliran mama yang angkat bicara. Great. Just great. Layaknya dua arah mata angin yang menuju ke satu titik dan kemudian menimbulkan tekanan yang hebat. Satu titik itu bisa dikatakan adalah definisi dari diriku sendiri. Mama mulai melanjutkan ucapannya yang sempat terhenti itu “Kau harus belajar mandiri dan harus mau memulai semuanya dari nol.” Mendengar hal itu, aku hendak membela diriku namun salah satu tangan papa terangkat dan menandakan bahwa aku tidak diizinkan untuk berbicara.
“Begini saja, Papa sudah punya jalan keluar” katanya seraya menutup laptop yang sedari tadi menjadi saksi bisu pembicaraan yang sedang terjadi diatas meja makan. “Hana, kau akan bekerja di perusahaan Tuan Kim. Dia kolega sekaligus teman lama Papa.”
Aku mengernyitkan dahiku dan mulai memandang sekitar. Kulihat Mama mengangguk-anggukkan kepalanya menandakan setuju dengan usul dari Papa. Di samping Mama aku melihat Yeonjun, adikku satu-satunya membelalakkan mata hazelnya seraya menaikkan kedua alisnya. Melihat hal itu aku mengernyitkan dahiku lebih dalam lagi. Wow, bisa-bisanya dia melepaskan pandangan dari handphone tercintanya ketika mendengar ‘Tuan Kim’.
“Tuan Kim? Yang punya anak namanya Taehyung hyung?!” Tanyanya dengan sedikit berteriak.
Ada apa? Maksudnya bagaimana? Kenapa dengan yang namanya Tae- aduh siapa, ya tadi? Taehyung, bukan?
Manik mataku kembali menghadap kearah Papaku yang sudah menaikkan jempol yang ditujukan untuk Yeonjun. Dari sudut mata aku dapat melihat anak lelaki itu menggerakkan kedua tangannya yang mengepal naik dan turun berkali kali secara cepat. Dapat kusimpulkan bahwa ia sepertinya senang sekali dengan pria yang bernama Taehyung.
Apa yang special dari seorang Kim Taehyung?
“Tapi pa-”
“Tidak ada tapi-tapian. Papa sudah buat janji dengan Tuan Kim, tidak etis jika kita membatalkan pertemuan yang penting ini” katanya seraya meninggalkan meja makan dengan diikuti oleh Mama sekaligus Yeonjun. Tersisa hanya aku seorang diri di meja makan ini dengan tatapan kosong. Tidak tahu harus berkata ataupun berbuat sesuatu. Sandwich sama sekali belum aku makan sedikitpun namun entah mengapa rasa lapar sudah tidak terasa lagi di dalam perut ini.
__
Kulangkahkan kakiku menuju dua buah pintu besar yang seakan-akan menyapa kehadiranku di rumah ini. Aku berdiri kikuk sejenak, tidak tahu harus berbuat seperti apa. Bisa-bisanya Papa dan Mama tidak ingin menemaniku untuk bertemu Tuan Kim. Alasannya cliché, masih ada keperluan dengan klien penting dari luar negeri kata mereka. Aku bingung harus percaya atau tidak, karena firasatku mengatakan bahwa mereka sepertinya sengaja. Mengajak Yeonjun? Pilihan yang paling tidak masuk akal. Aku berani bertaruh dengan seluruh tabunganku bahwa anak itu pasti sudah duduk-duduk santai di dalam club bersama 4 teman lainnya yang aku tidak pedulikan siapa saja nama mereka. Tidak penting.
YOU ARE READING
𝐆𝐑𝐄𝐄𝐃 | 𝐊𝐓𝐇
Romance"Serakah, ya?" tanyaku dengan nada yang tenang dan sedikit menantang. Tak kuhiraukan laju jantungku yang berdebar kian kencang tatkala jarak antara diriku dan lelaki itu kian menipis. Taehyung tidak melepaskan pandangannya seraya matanya menelusuri...
