03 - Bukan di Dia

23 11 0
                                    


Perjalanan tujuh jam yang Rey tempuh dari Jogja menuju Jakarta saat itu adalah momen pertama kalinya aku dan Gis menjemputnya di bandara. Kami berdua sangat menanti hari itu. Berkumpul bersama lagi setelah kurang lebih berbulan-bulan lamanya.

Rey banyak berubah. Jika boleh jujur, saat itu dia memang terlihat lebih menawan dibanding Gis. Postur tubuhnya yang sama dengan Giswara membuat mereka terlihat bak anak kembar. Hanya saja Rey memiliki rambut yang lebih tipis dibanding Giswara dengan gaya potongan sedikit botak dibagian samping kiri dan kanannya. Berbeda dengan Giswara yang membiarkan rambutnya lebih panjang hingga bagian daun telinganya.

Aku memeluk Rey begitu pun dengan Gis. Kami saling tertawa menatap penampilan satu sama lainnya.

"Hey, Amaya. Ahh cantik sekali kamu hari ini." Rey memujiku lantas melepaskan pelukannya.

"Hey bro apa kabar nih. Makin keren aja." Giswara menyapa lebih dulu diselingi high fives persahabatan pada umumnya.

Aku terkejut saat Rey membalas tepukan Gis dan mendaratkan ciuman di pipi kiri Giswara. Aku melihat ekspresi Gis yang hanya tersenyum seakan sudah biasa dengan hal itu.

Tapi kupikir, Rey melakukan hal itu karena kami memang sudah lama tidak berjumpa satu sama lain. Tanpa ada maksud apapun.

Tapi... itu di tempat umum.

***

"Gimana kerjanya Rey?" Aku membuka obrolan ditengah-tengah keramaian cafe saat itu. Kami memutuskan mengobrol sejenak di sana selepas dari bandara.

"Lancar-lancar aja. Aku kan sudah ahli dalam bidang komunikasi. Jadi tinggal diasah sedikit lagi."

"Emangnya lo ambil divisi apa di perusahan itu?" Gis menambah pertanyaan.

"Public Relation."

"Hmm, keren juga."

Jika kalian bertanya-tanya mengapa percakapanku dan Giswara pada Rey berbeda, itu karena aku lebih nyaman menggunakan bahasa formal yang sudah biasa kugunakan sehari-hari. Terlebih, ibuku lebih menyukai hal itu. Jadi sifatnya menurun padaku. 

Kami bertiga memutuskan untuk berkunjung ke tempat gado-gado milik mbok Ria setelah menghabiskan minuman di cafe tersebut. Tempat langganan kami nongkrong sejak SMA. Jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah kami dulu.

Awalnya aku menyuruh Rey untuk pulang ke rumah Giswara terlebih dulu dan membereskan barang-barangnya, tapi dia lebih memilih menghabiskan waktu bersamaku dan Gis.

Tiba di kedai Mbok Ria, aku sibuk membantu beliau yang kewalahan melayani pelanggannya. Senang rasanya bisa kembali ke tempat di mana kami bertiga dulu sering bercanda bersama.

Saking sibuknya, tanpa aku sadari Giswara dan Rey sudah hilang dari pandanganku.

Mungkin sekitar dua menit setelahnya, mereka kembali yang entah dari mana perginya. Aku sekilas melihat jemari mereka saling bertautan satu sama lain. Berpengangan tangan tepatnya.
Pikiranku mengarah pada kejadian sebelumnya di bandara. Aku masih tetap kekeh kalau mereka bukan seperti apa yang aku pikirkan waktu itu. Mencoba terus berpikir positif.

"Amaya!!" Rey memanggilku.

Ternyata mereka memesan es krim yang tak jauh dari tempat Mbok Ria berjualan. Bisa dibilang sekolah kami lumayan strategis untuk tempat berjualan para pedagang kecil. Contohnya ya Mbok Ria ini. Beliau sudah hampir delapan belas tahun berjualan semenjak sekolah kami baru setengahnya dibangun.

"Kesukaan kamu." Gis memberikan es krim dengan bungkus berwarna putih perpaduan biru padaku. Ya, tentunya rasa vanilla.

Sejenak kami melepas lelah bersama. Bercerita masa-masa SMA. Tentang Rey yang pernah terjatuh dari tangga sekolah hingga pingsan, tentang aku yang selalu jadi bahan candaan mereka berdua, tentang Giswara yang selalu riuh dengan tingkah anehnya.

Dan mungkin kalian bertanya apakah Rey tidak canggung berjalan denganku dan Gis yang notabenenya aku dan Giswara adalah sepasang kekasih. Jawabannya tidak. Saat kami bertiga berjalan bersama entah kemanapun itu, aku dan Gis tetap berlagak selayaknya sahabat pada umumnya. Selain aku dan Giswara harus menghargai perasaan Rey, aku pun sadar saat bersama lebih baik memikirkan kesenangan momen yang kami rasakan.

Aku merindukan momen itu lagi, dan dia, Giswara.

***

Bukan di Dia [SELESAI]Where stories live. Discover now