22. Mulai Terbuka pt1

398 39 2
                                    

Happy reading ❤️

Suara gelak tawa menggema memenuhi koridor, raut bahagia terlihat jelas di wajah Shakila. Ia bersama kedua sahabatnya, Keysa juga Nathania tadi kebetulan bertemu di gerbang utama sekolah. Hari ini Shakila tidak mengendarai motor. Ia harus naik bus, lantaran motor milik ayahnya macet, jadi mau nggak mau Shakila harus mengalah.

Kaki Shakila terhenti ketika sampai didepan kelas, ia mematung. Kedua sahabatnya menatap heran Shakila.

“Kenapa Kil?” tanya Nathania, menatap Shakila yang tengah melamun.

Pertanyaan Nathania membuyarkan lamunannya. Shakila hanya takut, apa nanti akan ada tatapan sinis dari teman sekelasnya lagi? Meski pun Shakila sudah berbaikan dengan kedua sahabatnya, tapi tidak dengan teman sekelasnya.

Shakila rasa, teman sekelasnya menatapnya sinis kemarin lusa karena kejadian ia menampar Andi. Ditambah lagi, selama ini Shakila terlihat angkuh dimata mereka, jadi rasa benci itu seperti membara.

“Eng ... Gak kok,” elak Shakila berbohong.

Keysa merangkul pundak Shakila. “Nggak bakal terjadi apa-apa, Kil. Percaya, deh!”

Shakila tersenyum saat Keysa mencoba menenangkannya.

“Nanti biar gue tanggepin. Ayo!” ajak Nathania memasuki kelas.

Saat memasuki kelas, tidak sedikit temannya yang menatapnya sinis. Tapi Shakila tidak akan merasa direndahkan, justru ia kembali menatap temannya dengan tatapan menusuk, membuat nyali mereka ciut.

“Heh, Kil!”

Baru saja Shakila ingin duduk di bangkunya, tapi sepertinya ada yang ingin menganggunya. April datang dengan membawa sepucuk surat.

“Lily gak masuk.” April menyodorkan surat ke arah Shakila.

“Terus?”

“Dia, 'kan temen Lo. Gimana, sih!” seru April merasa kesal.

Shakila menyipitkan matanya. Ia tidak salah dengar kan?

“Temen gue? Bukannya temen Lo, ya?” tanya Shakila balik.

“Lo teman sebangkunya,” timpal April tidak mau kalah.

“Terus gue harus gimana?” tanya Shakila merasa greget.

“Lo tinggal taruh, tuh surat ke meja guru, gampang, 'kan?” lanjut Shakila

“Ribet banget jadi orang,” cibir Shakila, mendudukan pantatnya di kursi. Ia juga merasa kesal, kenapa Lily sering kali tidak berangkat ke sekolah.

“Awas ya, Lo!” ancam April, jari telunjuknya ia arahkan ke arah Shakila.

“Wohooo ... Cewek gitu, ya? Gak pagi, siang, malam. Hobinya berantem mulu!” sindir Andi duduk di sebelah Shakila.

“Dih!” April meninggalkan mereka.

“Ngapain Lo duduk sini! Kaya gak ada tempat aja!” sindir Shakila sinis. Ia mengalihkan pandangannya ke jendela.

“Terserah gue, lah. Kenapa, sih, Kil? Sinis banget,” ungkap Andi merasa kesal, setiap kali mengobrol dengan Shakila pasti jawabannya selalu tidak enak.

Shakila tidak menjawab, tapi ia malah menatap Andi yang sedang berkutik dengan ponselnya. Sebenarnya, Shakila merasa tidak enak. Ia bahkan belum meminta maaf atas kesalahannya yang menampar Andi tempo lusa. Ia terlalu gengsi untuk minta maaf, bukannya di maafkan nanti pasti Andi akan menyombongkan dirinya.

“Kenapa Lo? Naksir sama gue? Sampai dalem banget natapnya,” goda Andi sambil mengedipkan sebelah matanya.

Shakila bergidik ngeri, merasa jijik melihat kelakuan Andi. “Dih! Sotoy banget Lo!”

Trauma (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang