14. Go To kali

449 46 2
                                    

Happy reading ❤️

“Lama banget Lo!” seru Keysa yang sedari tadi menunggu.

“Macet,” sahut Shakila memakirkan motornya.

“Ah, yang bener!” elak Keysa ragu.

Karena merasa kesal Shakila melempar helmnya mengenai wajah Keysa. “Bacot!”

“Sialan Lo!” umpat Keysa, untung dengan sigap ia menerima helm Shakila.

Nathania yang ada di sampingnya terkekeh pelan. “Udah-udah, yang penting jadi, 'kan?”

Mereka menagguk serempak.

Weekend ini, Shakila ke rumah Nathania bersama Keysa. Rencananya sih, mereka bertiga akan ke sungai dekat rumah Nathania. Mereka akan mengobservasi keadaan sungai, untuk tugas sekolah.

Awalnya Shakila tidak mau, ia tidak pernah ke sungai. Pernah sih, waktu kecil, tapi untuk usianya yang sekarang sudah remaja ia sama sekali tidak pernah ke sungai. Berbeda dengan kedua temannya yang sering ke sungai bersama adik mereka, yang kebetulan sekali kedua temannya itu masih satu desa.

“Sepatu Lo lepas aja,” titah Nathania

“Oh, oke,” Shakila menurut, ia melepaskan sepatu juga kaus kakinya hingga menyisakan kaki mulus miliknya.

“Buset kaki Lo mulus banget!” seru Keysa melihat kaki Shakila.

Shakila memutar bola matanya. “B, aja, tuh.”

“Serius, deh! Kaki Lo putih banget, bersih gitu. Kaki gua insecure, njir!” Keysa melihat kakinya yang berbeda dengan milik Shakila.

Sebenarnya kalau dipikir-pikir kaki Keysa sama putihnya dengan milik Shakila. Hanya saja milik Shakila terlihat kecil dan panjang juga bersih. Mungkin itu yang membuat Keysa merasa iri.

“Kaki gue juga cantik!” tunjuk
Nathania

“Pft ... Hahaha!” Keysa yang berusaha menahan tawanya pun tak bisa. Keluar saja dari mulutnya. Ia melihat ke arah kaki Nathania yang lebar.

“Wah body shaming Lo!” gertak Nathania tidak terima.

Shakila berdecak kesal. “Ini jadi observasi gak sih!”

“Iya-iya,”

Mereka bertiga melepas sepatu lalu menuju ke sungai. Mereka tidak membawa ponsel, hanya membawa alas papan untuk menulis juga pulpen, yang membawa Nathania, sedangkan Keysa memimpin di depan. Shakila sendiri hanya menurut  saja ia berjalan paling belakang.

Kami bertiga melakukan observasi sungai, apakah sungai tersebut tercemar, apakah bersih? Nantinya juga akan ada wawancara. Tapi karena Nathania baik hati maka yang akan melakukan wawancara nanti hanya Nathania.

“Ini namanya sungai apa?” tanya Shakila melihat sekeliling.

“Kali nampu,” sahut Nathania dari depan.

“Observasinya disuruh ngapain, sih?” tanya Keysa dari depan.

“Yaa, cek keadaan sungainya. Bersih enggak, tercemar gak ...” ucap Shakila menjelaskan, ia berjalan menyamai Nathania.

“Ribet banget ya, kesel gue kalau ada tugas kek gini,” keluh Keysa

Shakila mengangguk setuju. Ia sama sekali tidak menyukai tugas yang harus turun ke lapangan seperti ini. Harus ke sungai, basah, panas belum lagi resiko terpeleset karena licin. Ditambah adanya ikan kecil yang sepertinya menggigiti kaki Shakila, jika orang lain pasti menganggap ini terapi ikan tapi tidak dengan Shakila.

Trauma (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang