14-EKI PRAYOGA

238 199 82
                                    

Angga menghela napasnya kasar, "Ya udah hati-hati, jadi gue balik nih?" tanya nya.

Aku mengangguk. "Nanti gue telpon mang Jamal kalo mau pulang." jawabku, mengingat ini merupakan gang besar, jadi akan cukup kalau mang Jamal datang dengan mobilnya, karena jujur, aku memang tak suka jika harus merepotkan orang lain.

Angga berdecak "Yaudah, tiati lo" ucapnya sembari memasang helm fullface nya yang hanya ku balas dengan anggukkan singkat.

Setelah Angga pergi, aku dengan bermodal nekat dan tangan yang menenteng tak kresek berisikan buah dan beberapa makanan berbalik, membuka gerbang hitam yang hanya sebatas bahuku.

Aku berdecak pelan, mengingat tak mengetahui berapa nomer kostnya, Angga bilang di tak tau menau masalah itu, Tak ingin membuang-buang waktu, aku bergegas menuju beberapa orang perempuan paruh baya yang tengah bergerombol. "Permisi bu?" ucapku sopan.

Mereka sontak dengan kompak berbalik menatap ku dengan tatapan ramah, "Ah iya neng, ada apa ya?" tanya salah satunya menyauti.

"Maaf bu, saya mau tanya, kamarnya Eki dimana ya?"

"Eki siapa neng?" tanyanya terlihat bingung.

Loh? Kenapa ibu ini terlihat tak kenal, apa mungkin Angga membohongiku? batinku mendumel kesal.

"Eki... yang anak Smk bu. " jawabku setelah mengingat penuturan Eki waktu itu.

"Ouh... Yoga?" tanya nya.

"Emm, Eki bu bukan Yoga. " ralatku.

"Eki Prayoga kan?"

Aku sedikit bingung, pasalnya aku tak mengenali nama lengkapnya.

"Yang tinggi bu?" tanyaku mencoba memastikan.

"Iyaa, tuh temenya dateng noh, Too... sini loh!" teriak ibu itu memanggil seorang pemuda yang baru datang dengan motornya.

Dia menoleh. "Apa'an si, lagi buru-buru nih!" sautnya dengan menghentikan lajuanya motornya.

"Nih. Ada temenya Yoga, lo anterin gih ke kamarnya. "

Pemuda itu turun, dan maju mendekat ke arahku dia menelisik, mengamati ku dari ujung kepala sampai kaki yang membuatku sedih risih.

"Temen? lo temennya Eki?" tanya nya terlihat tak percaya.

"Iya, " sautku sedikit ragu.

"Dapet dari mana Eki temen cewek bening kaya gini." gumamnya yang masih dapat ku dengar.

"Eh! cepetan anterin. " ucap ibu itu sembari menggeplak kepalanya.

"Ck. Iya-iyaa! Biasa aja dong. " gerutnya sembari menggosok rambutnya.

"Yok ikut gue. " ucapnya dengan langkah lebar mendahuluiku.

"Makasih ya, bu. " ucapku sebelum pergi menyusulnya.

"Iyaa sama-sama neng geulis." jawab ibu itu dengan senyum ramahnya.

Setelah berjalan menaiki tangga yang menghubungkannya ke lantai dua, sekarang kami berdua sudah sampai di depan pintu kayu dengan kertas bertuliskan nomor 16 tertempel di depannya.

"Kii... ada temen lo nih! " teriak pemuda itu yang membuatku sedikit berjingkit kaget.

"Masuk aja, ngga di kunci! "

"Ouhh, bilang dong dari tadi."

Ceklek

"Yok masuk" ajaknya yang hanya dibalas anggukkan ragu oleh ku, semoga saja pilihan yang aku pilih ini tidak merugikan ku di kemudian hari, batinku meminta kepada Tuhan.

Arata end pov

ARATA GEOCCANDRA Where stories live. Discover now