39. AILEEN & REGAN

Mulai dari awal
                                    

"Minta cerai?" celetuk Aileen.

"Ngomong sekali lagi malam ini kamu habis sama aku sayang." sahut Regan datar.

Aileen menggeleng, "Nggak kok, hehe."

"Pinter," Regan mengelus kepala Aileen, "Tapi kalau anak kita cowok, dua tahun berikutnya kita harus nambah anak lagi sampe punya lima. Gimana, keren kan?" sambung Regan cengengesan.

"Gak, gak keren. Enak di kamu susah di aku." tolak Aileen tegas.

Regan berdecak, "Kan impas sayang, kamu minta apa aja boleh, mau pulau, mau barang branded, mau sembarang juga boleh. Aku cuman mau anak lima terus hidup menua sama kamu doang, impas itu." bantah Regan ngotot.

"Satu aja belum keluar, kamu maksa ihh."

"Gak maksa aku, orang dua tahun setelah anak kita lahir kok." balas Regan ngeyel.

Aileen menimbang-nimbang, "Oke deal, tapi kalau anak kita cewek aku mau kamu puasa satu tahun gak nyentuh aku, gimana? Impas kan lima anak sama puasa setahun?" tutur Aileen.

Regan menggeleng tegas, "HOHOHHOO!! BIG NO!! Tidak semudah itu sayang, tidak semudah itu."

"Perjanjian awal kan boleh minta apa aja, aku cuman minta kamu puasa sebentar kok." sungut Aileen kesal.

Regan menggaruk kepalanya, ini namanya senjata makan tuan. "Yaudah oke, deal. Tapi gak janji."

Regan menjabat tangan Aileen kemudian kabur begitu saja, "REGAAAANNNN HARUS JANJIII!!"

"GAK MAU SAYANGGG, UDAH DEAL LOH YAAA!!!!"

Ayah kamu kenapa nyebelin banget nak, jangan kaya dia ya nanti, nurun bunda aja.


🍂🍂🍂🍂


Pagi ini berjalan seperti biasanya, setelah pulang berkeliling Aileen akan memasak sarapan, Regan sendiri tengah sibuk dengan pekerjaannya yang kian bertambah. Apalagi kafe yang didirikannya sudah hampir sempurna, pekerjaannya tidak hanya satu tapi ganda, semua Regan lakukan agar bisa menambah pemasukan.

Anaknya sebentar lagi akan lahir, dia tidak bisa menyepelekan kebutuhan anaknya begitu saja, banyak pertimbangan dan keputusan yang harus dia pilih. Karena pada nyatanya membiayai bayi itu lebih susah daripada membiayai hidup sendiri, meskipun begitu tapi bukan berarti Regan tidak ikhlas melakukan semuanya, dia sangat ikhlas dan bahkan sangat rela untuk berjuang demi anaknya.

Toh kalau bukan karena dirinya mungkin sekarang Aileen masih sekolah dan perempuan itu tidak perlu repot-repot membawa seorang bayi diperutnya, Regan tahu seberapa berat beban yang ditanggung oleh Aileen tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain meringankan beban wanita itu.

Sadar akan sesuatu Regan turun, mencari Aileen yang rupanya masih sibuk menumis cumi dan udang, aroma masakan Aileen begitu semerbak di penciumannya, menggugah seleranya untuk cepat-cepat makan.

"Udah mateng belum?" tanyanya sembari memeluk tubuh Aileen.

"Sabar, lapar ya?" Regan mengangguk, lelaki itu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Aileen, mengecup leher Aileen kecil.

"Regan, jangan gitu." peringat Aileen.

Regan tersenyum tipis, mengusap perut Aileen lembut merasakan tendangan dari anaknya, Regan melebarkan senyumnya begitu ada pergerakan dari sang anak, Aileen menahan ringisan di bibirnya akibat tendangan makhluk kecil didalam perutnya yang begitu kuat.

"Udah dulu, aku mau mindahin ini udah mateng."

Regan menggeleng, menuntun tubuh Aileen agar duduk dimeja makan. Setelah itu dia menggantikan Aileen untuk menyiapkan lauk pauknya, menuangkannya kesebuah wadah dan menaruhnya diatas meja. Membuatkan Aileen susu dan membuat segelas jus jeruk untuknya sendiri.

"Ayo makannn!!" serunya semangat.

Saat seperti inilah Aileen merasa senang, Regan selalu menyantap makanan buatannya dengan penuh semangat, apapun yang dia masak Regan tidak pernah protes. Katanya kesukaan Aileen juga akan menjadi kesukaannya.

"Enak nggak, apa ada yang kurang?" tanya Aileen hati-hati.

"Kurang sayang, kurang banyak ini. Kalau kurang enak, nggak. Soalnya ini super enak." kekeh Regan menjawab.

Aileen tersenyum, "Makasih sudah menghargai apapun yang aku lakukan."

"Apapun yang kamu lakukan itu spesial, entah dimata orang itu sederhana atau nggak, bagi aku spesial rasanya." balas Regan.

Tiba-tiba Aileen merentangkan tangannya, dengan senang hati Regan menerima tubuh Aileen yang terasa pas sekali untuk di peluk. Meski tidak seintens dulu ketika perut wanita itu belum terlalu besar, Regan masih bisa merasakan kehangatannya.

"Regan, umur kamu berapa?" tanya Aileen tiba-tiba.

"Delapan belas, kenapa?" tanya Regan balik.

"Sebentar lagi sembilan belas kan," Regan mengangguk.

Aileen mengeratkan pelukannya kepada Regan, "Bulan ini aku ulang tahun yang ke delapan belas, kamu tahu?" lagi-lagi Regan mengangguk.

"Aku gak tau kenapa perasaan ini hadir, tapi aku rasa umur aku gak lama. Gak tau kenapa begitu, aku ngerasa kalau aku bakal ninggalin kamu, ak-"

"Gue gak suka lo ngomong gitu." potong Regan dingin.

Lo-Gue, Regan benar-benar marah ketika panggilan mereka berubah menjadi lo-gue seperti dulu.

Aileen tersenyum, mengelus rahang Regan lembut. "Kamu marah?"

"Menurut lo?"

"Menurut aku kamu marah. Jangan marah, perut aku gak enak kalau kamu marah begitu." ujar Aileen.

"Aku gak pernah suka kalau kamu udah bahas-bahas umur, umur manusia itu udah ditentuin sama Tuhan, kita gak pernah tahu kapan kita meninggal Ai, jadi stop bahas kalau kamu mau ninggalin aku." ujar Regan frustasi, lelaki itu memeluk Aileen semakin erat.

"Iya nggak, maafin aku. Tapi kamu tahu sendiri dokter bilang melahirkan di usia aku ini sangat beresiko, aku cuman minta kalau aku benar-benar bernasib sama dengan mereka-mereka yang gagal, kamu tetep harus sayang sama anak kita, kamu jangan abaikan dia, kalau bisa cari ibu baru yang sayang sam-"

Cup!

"Aku gak akan biarin itu terjadi, aku gak mau kalau kamu bernasib sama seperti mereka yang gagal berjuang. Aku tahu kamu kuat, dan kalaupun sampai itu terjadi aku gak akan pernah cari ibu pengganti buat dia, ibunya cuman kamu dan istri aku cuman kamu. Paham?" ucap Regan lembut tapi tersirat nada tegas.

Aileen tersenyum, matanya berkaca-kaca, "Aku janji aku akan kuat, kamu janji buat terus dukung aku 'kan?"

Regan mengecup kening Aileen lama, "Janji." balasnya yakin.

"Perempuan kuatku, cuman satu. Kamu Aileen Chalondra, istriku satu-satunya, dan satu-satunya ibu dari anak-anakku kelak."

Siapa yang tidak bahagia mendapat perlakuan istimewa dari orang yang kita cinta, Aileen merasa takdir baiknya itu telah datang ketika bayi dalam kandungannya juga datang, sebuah janin yang menariknya masuk dalam kehidupan lelaki bernama Regantara Danurendra, lelaki pertama yang memperlakukannya layaknya berlian, melindunginya selayaknya benda berharga.

"Te Amo..."

Regan tergelak, bisikan Aileen begitu kecil. Dia tidak membalasnya dengan kata-kata, tapi dengan tindakannya yang terus menciumi wajah Aileen.






#####
Gimana kalau aku kasih ending bahagia tapi epilognya sad? Kan puas tuh😂😂😂 sumpis aku nulis tentang hamil-hamil gini kakak aku ku tanyain terus, sampe dituduh hamil. Gue syok anjir,  terus gue bilang karakter di novel gue yang hamil kalau gue dijamin masih ting-ting wkwkwkwk.

Oke apakah kalian mengbaper?

Jangan lupa follow ig @zee.nuzlr untuk tahu kabar baik tentang Aileen & Regan ya:)🦋🐒

AILEEN & REGAN [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang