"Syut. Itu anak emang beneran berubah nggak sih?"
"Siapa?" Tanya Yoga dengan sebatang rokok yang dijepit dikedua jarinya.
"Tuh." Tunjuk Soni dengan dagu kearah Danisha yang baru saja memasuki kantin dengan ekspresi masam.
"Gue juga nggak tau. Tapi dia udah nggak pernah lagi bikin ulah. Malah anteng aja tu cewek pas liat si Taksha sekarang." Balas Yoga yang ikutan memperhatikan Danisha yang tengah memesan makanan.
"Gue masih bener-bener kepo sama dia." Terang Soni dengan binar minat.
Yoga menaikkan alis. " Terus, lo mau apa? Pembuktian lagi?"
Soni hanya membalas dengan senyum licik.
"Nggak usah lah."
"Kenapa? Lo takut ditendang lagi?" Tanya Soni meremehkan.
"Anjing, nggak lah. Masih pagi bro, masak udah ribut." Bantah Yoga. Meskipun ya, dia masih sangat ingat dengan jelas rasa ngilu serta sakit dari tendangan maut Danisha.
"Gas ajalah. Mumpung dia belum makan, kita gangguin aja. Suntuk anjir." Soni pun segera bangun dari duduk nya, diikuti Yoga yang turut turun dan melangkah menuju titik dimana Danisha berdiri.
Dua lagi orang yang akan menuntut masalah. Padahal Danisha sampai sekarang masih diliputi amarah. Meskipun malam kelam itu sudah berlalu dua hari lamanya.
"Eits. Songong banget itu muka." Danisha dicegat saat belum sempat mencapai meja untuk menaruh nampannya.
Dua pemuda jakung itu mem-blokade jalan Danisha.
"Enyah."
"Yang halus dong ngomongnya." Datarnya wajah Danisha membuat Soni dan Yoga makin greget.
"Gue bilang enyah, budek lo." Danisha lapar, dia butuh makan. Jika tidak, emosinya akan terus membesar.
"Lah, makin kasar. Nggak mencerminkan seorang putri nih."
Danisha memejamkan mata.
Masih pagi tapi udah ketemu dua anak setan!
"Tau nih. Tuh liat pangerannya jadi cari pengganti baru kan." Tunjuk Soni kearah Takshaka yang terlihat memasuki kantin beriringan dengan si tokoh utama. Aisha.
"Gimana nih, Pangeran Takshaka udah dicuri putri lain." Yoga bermaksud menakut-nakuti.
"Kasihan. Songong sih lo. Sok-sok'an udah move on. Ditinggal kan."
Yoga dan Soni menatap Danisha dengan raut kemenangan. Mereka bertepuk gembira melihat wajah Danisha yang makin keruh tak keruan. Mereka mengira bahwa gadis itu akan meruntuhkam kepura-puraanya dan kembali berlari mengejar Takshaka bagai orang gila.
Tapi Danisha yang diharapkan begitu malah dengan santai mangambil jus lemon nya, menegak nya tapi tidak menelannya. Perempuan itu malah menyemburkan jus lemon yang ada didalam mulutnya menuju wajah Yoga dan Soni yang tengah asyik ketawa ketiwi.
Sontak saja seisi kantin terkesiap kaget. Pun Duo Onar yang langsung Danisha sembur melalu mulutnya.
"Kata adek gue, kalok ketemu sama setan, tinggal sembur aja pakai air jampi-jampi, biar cepet ilang."
Danisha melewati Yoga dan Soni yang masih termangu dengan wajah basah yang lengket.
"Ck. Tinggal setengah kan." Perempuan itu berdecak tak rela ketika jus lemonnya tinggal setengah di gelas. Saking seriusnya memperhatikan jus lemon itu, Danisha lagi-lagi tak menyadari akan menabrak sesuatu dihadapannya.
Jus yang disayangkan Danisha tinggal setengah tadi, kini sudah habis tumpah beserta nampan dan lauk pauknya. Lagi-lagi Danisha membuat kantin menjadi heboh.
Tapi kali ini sepertinya Danisha tak dapat berlalu begitu saja.
"Dasar tolol. Lo nggak punya mata!!"
Teriakan membahana itu kian membuat Danisha menjadi pusat perhatian. Begitupun dengan Takshaka yang langsung menoleh, padahal sedari tadi dia merasa bahwa dunia hanya miliknya berdua dengan Aisha.
Jika Takshaka ada bersama Aisha. Lantas siapa yang meneriaki Danisha?
TBC
***
Hai?
Semoga kalian suka part ini♥️
Sekali lagi mohon maaf ya.. karna belum bisa menjadi penulis yang konsisten. Karna suatu dan lain hal mengakibatkan sya belum cukup waktu untuk merevisi dan merampungkan bab selanjutnya.
Mohon permakluman nya teman-teman🙏
Jangan lupa Vote and Coment
Atas apresiasi yang kalian berikan, terimakasih♥️
Next
YOU ARE READING
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 14
Start from the beginning
