Dengan sengaja dia bernafas keras tepat didepan wajah Danisha, seolah ingin memberi tau bahwa dia tidak bau alkohol yang mengindikasikan bahwa ia berada dalam keadaan mabuk. Harum nafasnya malah terasa segar dan wangi, seperti rasa... lemon?
"Mabuk," Seseorang itu mencari pembenaran dari tuduhan Danisha. Sedang perempuan itu mengunci sepasang matanya dengan kilat licik yang disembunyikan.
"Mau lagi.." wajah yang hanya berjarak sejengkal itu kembali mengikis jarak. Sebentar lagi...
Tahan Danisha...Sebentar lagi...
Dug!
Danisha menyundul hidung mancung yang hampir mencapai pipinya. Saat jarak sudah terbentang dan satu belitan tangan terlepas, Danisha dengan segera membebaskan lengannya, menekuknya lalu menghantam dada bidang dihadapannya itu dengan sikunya.
Sedikit celah membuat Danisha berhasil membentang jarak tubuh mereka. Perempuan itu kembali menyerang tubuh tegap itu dengan pukulan serta berbagai umpatan yang mengabsen seluruh isi kebun binatang.
"Anjing sialan!" Murkanya Danisha tak ditahan-tahan. Dia membabi buta. Memukuli dengan sembarang, bodo amat!, yang penting emosinya terlepaskan.
"Bajingan." Seumur-umur Danisha baru kali ini dilecehkan. Dicium dan di peluk? Heh! Siapa yang berani melakukan itu saat Danisha selalu memasang taringnya, tapi parahnya malah Demit sialan ini yang berani melakukannya. Apa Danisha tidak gondok?!
"Buaya brengsek!" Tiga pukulan lagi pada perut keras yang dari luar kaosnya saja sudah terlihat kotak-kotak. Tapi Danisha tak tergoda, malah ingin menyobeknya saja.
"Monyet sialan." Rambut gaya messi itu ditarik keras oleh Danisha. Anehnya tidak ada raut kesakitan ataupun perlawanan dari seseorang itu, dia hanya pasrah membiarkan Danisha bagai perampok yang dengan sadis mengobrak-abrik dirinya.
"Babi ngepet!!" Perempuan itu bangkit dengan nafas tersengal. Wajahnya masih memerah dengan bulir keringat yang menjalari dahinya. Dielapnya dahi itu, sesaat kemudian dia menyerngit jijik saat ingat bahwa dahi lebarnya barusan saja dicium.
"Najis!"
"Jangan. Itu untuk masa depan." Pemuda itu menangkap kaki Danisha yang hendak dilayangkan pada selangkangan nya.
Perempuan itu menampilkan senyum kejam. Gantian memberi tendangan pada wajah tergurat sempurna itu dengan sadis.
Kasihan? Jangan.
Itu pantas diberikan untuk orang yang kalian rasa telah melakukan pelecehan. Mungkin sebagian orang menganggap ciuman didahi bukan lah apa-apa, dan malah terbilang manis. Tapi untuk Danisha dan sebagian orang lainnya lagi, hal itu sama sekali tidak dapat dibenarkan, tidak dapat diterima. Sama sekali tidak. Tapi jika dilakukan mau sama mau, ya...bisa-bisa saja. Tapi Danisha tidak sudi, apalagi yang melakukannya adalah sumber dari masalahnya.
Bah! Gue bacok juga ini demit satu.
Danisha kembali melayangkan tatapan membunuh pada objek yang sedang terkapar dua langkah darinya itu. Dia kembali terpancing ingin memukuli nya saat ekspresi diraut wajah itu masih tenang-tenang saja, bahkan meski dengan banyak luka cakaran dan memar dibeberapa sudut berbeda.
Alhasil perempuan itu dengan impulsif membuka sepatunya. Melemparnya tepat mengenai bahu lebar yang baru saja mencoba bangun dari posisi terkaparnya.
"Enyah lo, demit sialan!!" Lantas perempuan itu berlalu dengan cepat. Mengabaikan kaki sakitnya, mengabaikan sebelah sepatu ratusan jutanya, yang niat hati ingin Danisha jual dengan harga miring sepulang dari sini.
Setelah ini, mungkin Danisha akan terus-terusan mengumpat. Sebab baru saja perempuan itu melakukan tindakan yang akan membuat nya rugi bandar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 14
Mulai dari awal
