Chapter 11 | Misi Penyelesaian

153 46 4
                                    

"Bismillah, dilaporkan, sebuah ranjau darat, Blast Mines, meledak di sebuah taman desa Beit Et-Dine, Lebanon.. ledakan tersebut terjadi pukul 14.00. Terdapat kemungkinan, jika masih ada beberapa ranjau yang tertanam di tempat tersebut. Kalian ku tugaskan untuk menjinakkan sisa-sisa ranjau tersebut. Berhati-hatilah dan selalu berdoa kepada Allah agar kalian dilindungi-Nya. Aku percayakan misi ini kepada kalian. Selamat berjihad dan kembalilah dengan selamat.. Allahu Akbar" ucap Jenderal Ahmed seraya mengangkat kepalan tangannya ke atas.

Semua orang yang berada di dalamnya mengikuti gerakan dari pria paruh baya tersebut. Gema takbir terdengar sangat jelas di dalam ruangan berukuran sedang itu. Pria paruh baya itu mengangguk. Kemudian, berjalan keluar meninggalkan ruangan.

Zayed berdiri. Lalu, berjalan menuju sebuah meja kayu. Dirinya berbalik. Menatap tajam beberapa pasukan Hamas yang berada di depannya seraya menyilangkan kedua tangannya ke belakang.

"Baiklah, disini, kita diwajibkan untuk menguatkan kerjasama kita. Jika salah satu diantara kalian mementingkan diri kalian sendiri, nyawa saudara kalian akan menjadi korbannya. Apakah kalian paham? "

"Siap, paham komandan! "

Zayed mengangguk singkat. Kedua tangannya dia silangkan ke belakang. "Sebelum berangkat, persiapkan diri kalian! Ingat, bawalah peralatan seperlunya! Jangan berlebihan! Apakah kalian mengerti?! "

"Siap, mengerti!! "

"Baiklah, kalian bisa keluar sekarang! ". Seluruh pasukan Hamas pun meninggalkan ruangan tersebut. Zayed menatap sekitar ruangan. Setelah semua rekan-rekannya telah keluar, kedua kakinya berjalan keluar ruangan.

"Zayed! "

Zayed berbalik. Seorang pria paruh baya berjalan ke arahnya. Iris matanya menatap tajam Zayed. "Bisakah kita berbicara sebentar? "

"Siap, Jenderal! " jawab Zayed seraya memberikan hormat kepada pria paruh baya tersebut.

Kedua pria beda usia itu kembali memasuki ruangan yang digunakan untuk rapat. Pria tua itu duduk. Disusul dengan Zayed.

"Izin bertanya, mengapa Jenderal memanggilku? "

Pria paruh baya itu tertawa pelan sambil mengelengkan kepalanya. "Bicaralah dengan santai jika diluar pekerjaan, Zayed.. ". Zayed hanya tersenyum di balik penutup wajahnya.

"Bagaimana bisa kau ada di Lebanon? Bukankah kau tidak ku tugaskan disana? " tanya Jenderal Ahmed dengan penasaran.

"Izin menjawab, anakku mengajak berziarah ke Lebanon. Setelah itu, kami pergi berjalan-jalan di taman desa Beit Et-Dine.. "

"Tunggu, kau telah menikah?! " pekik Jenderal Ahmed dengan terkejut.

Zayed menggeleng. Kemudian, tertawa pelan. "Aku belum menikah, paman.. dia anak angkat ku. Ayah dan ibunya telah syahid"

Pria tua itu mengangguk. "Paman kira kau telah menikah. Tega sekali kau jika telah menikah tidak mengundang pamanmu ini! ". Zayed hanya tertawa pelan.

"Lalu, kapan kau akan menikah? ". Zayed menipiskan bibirnya. Dia tersenyum tipis di balik penutup wajahnya. "Aku tidak berpikir sejauh itu, paman.. ".

Jenderal Ahmed menggelengkan kepalanya secara berulangkali. "Bagaimana kabar Zaynah? "

Zayed mengulas senyum. "Alhamdulillah, dia baik-baik saja, paman. Hanya saja.. mungkin.. saat ini, dia masih berduka atas kepergian suaminya.. "

Seketika, pria tua itu berdiri dan mendekat ke arah Zayed. "Mengapa kau tidak memberitahukan kabar ini kepada paman dan bibi?! ". Tangan itu mencengkeram pundak kiri Zayed dengan pelan. Zayed hanya diam.

"Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'un.. " lirih Jenderal Ahmed seraya mendudukkan dirinya.

"Maaf paman, Zayed hanya tidak ingin, kalian sedih.. ". Zayed menundukkan kepalanya. Jari-jemari nya memijat pangkal hidungnya yang terasa pening. Sebuah tepukan di pundaknya, membuat Zayed mendongak. Pria paruh baya itu tersenyum seraya mengangguk.

"Paman tahu itu.. tapi, bagaimanapun juga, bibimu harus mengetahui ini". Zayed mengangguk pelan. Kemudian, dia berdiri. Lalu, memberikan hormat kepada pria tua di depannya.

"Kau tak perlu memikirkan bibimu..fokuslah kepada tugas kali ini! "

Zayed tersenyum lebar di balik penutup wajahnya. Dirinya mengangguk mantap. "Titipkan salamku untuk bibi Yasna, paman.. "

Jenderal Ahmed mengangguk singkat. "Akan paman sampaikan, In Syaa Allah"

"Assalamu'alaikum warahmatullah.. " ucap Zayed sembari berjalan pergi meninggalkan ruangan. Pria paruh baya itu menatap punggung Zayed yang mulai menghilang. Kemudian, dia membalas salam Zayed secara pelan.

oOo

Zayed beserta beberapa pasukan Hamas yang diterjunkan, berjalan mengendap-endap menuju tempat lokasi. Senjata laras panjang mereka todongkan untuk berjaga-jaga jikalau ada musuh yang menyerang. Cahaya rembulan menembus ke dalam semak-semak. Kerlap-kerlip bintang menghiasi langit malam. Zayed berhenti. Lalu, mengangkat tangannya ke atas, pertanda untuk berhenti.

Iris matanya menatap tajam 3 pria berpakaian militer tengah mengobrol sesekali tertawa. Mereka duduk di atas kursi kayu yang berdekatan dengan pintu masuk menuju arah lokasi.

Zayed menoleh ke belakang. Menatap seorang pria yangberada tepat dibelakangnya. Kepalanya mengangguk singkat. Kemudian, pria tersebut berjalan mengendap bersama kedua rekannya menuju 3 tentara Israel yang masih berbincang. Lalu, mereka berdiri tepat di belakang tentara zionis itu dan langsung membekap mulut mereka dengan kuat.

Ketiga tentara Israel yang tidak sadarkan diri itu, diletakkan diantara semak-semak belukar. Zayed mengarahkan tangannya pertanda untuk kembali berjalan.

Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Zayed berbalik dan memberikan instruksi melalui gerakan supaya berpencar. Zayed berjalan secara hati-hati. Tangannya menggerakkan detektor ranjau induksi IMP-3 itu di atas permukaan tanah.

Hingga benda tersebut mengeluarkan sebuah bunyi. Zayed berjongkok. Dirinya tengah berusaha untuk mengangkat dan menjinakkan beberapa alat peledak yang berada di depannya.

Boommm..

Zayed menoleh ke arah belakang. Tampak, beberapa rekannya terjatuh akibat ledakan dari ranjau tersebut.

Zayed berdiri. Kemudian, dirinya kembali melanjutkan kegiatannya supaya misi ini cepat selesai. Dan agar tidak semakin bertambah korban jiwa.

Boommm..

Zayed sedikit terpental akibat ledakan dari ranjau tersebut. Dirinya kembali berdiri dan kembali melanjutkan kegiatannya.

Booommm..

Zayed melihat ke depan. Terlihat, beberapa teman seperjuangannya ikut terpental beberapa meter dari tempat asalnya.

Zayed berlari ke arah tersebut. Berusaha membantu menjinakkan sisa-sisa ranjau yang masih tertanam di dalam tanah.

Setelah beberapa saat kemudian, Zayed berdiri seraya mengangkat kepalan tangannya ke atas.

"Alllaahu Akbar!! " teriak Zayed dengan penuh kegirangan. Pasukan Hamas yang melihatnya pun mengikuti gerakan dari Zayed.

Zayed mengucapkan hamdalah. Senyumnya mengembang di balik penutup wajahnya. Semua ranjau telah berhasil dijinakkan. Kini, tempat ini, telah aman.

oOo

🇵🇸Pray For Palestina🇵🇸

Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat