Bab 4 - Mimpi Yang Nyata

58 8 2
                                    

-ו✿•×-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
-ו✿•×-

Gelap gulita, pandanganku semuanya gelap. Tak ada sedikitpun cahaya yang terlihat sedikitpun. Aku berteriak sekencang mungkin, takut kalau aku menjadi orang buta seketika. Karena aku takut dengan kegelapan yang sangat pekat ini.

Sleng!

Suara humusan pedang terdengar jelas di telinga ku. Tanganku seketika membungkam mulutku rapat-rapat di tengah kegelapan. Sambil mencari sedikit cahaya yang mungkin saja ada di sekitar ku. Karena aku yakin jika ada kegelapan pasti akan ada sedikit cahaya.

Swoosh!

Suara pedang itu terdengar semakin dekat di telingaku dan membuat jantung berdebar-debar karena takut.

Apa aku akan mati, batinku.

Aku mencoba berlari di tengah kegelapan menghindari suara pedang yang terus saja menghantui telingaku. Terdengar suara pedang itu mendekat satu persatu ke telingaku, aku merasa bukan hanya 1 orang saja tapi banyak orang yang bersenjata pedang di sekitarku. Di kejauhan juga terdengar suara jeritan seseorang dan juga suara pedang yang jatuh ketanah yang mungkin saja adalah korban humusan pedang orang tak di kenal.

Aku berlari sekuat tenaga menjauh dari tempat itu di tengah gelapnya jalan aku terus saja berlari tak tentu arah. Beberapa kali tubuhku tertabrak oleh sebatang pohon dan gundukan tanah hingga akar pohon saat aku berlari dan membuatku terluka, tapi aku tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun karena takut itu akan membuat orang-orang itu tau keberadaan diriku yang mencoba kabur.

Gedebuk!

Aku tersandung akar pohon yang timbul di permukaan tanah dan membuat kakiku terluka. Aku meringis kesakitan menyadari pergelangan kakiku keseleo dan lutut ku berdarah.

Dengan perasaan takut ketahuan aku merangkak bersembunyi di balik pohon besar yang tak jauh dari tempatku berada. Aku menjatuhkan tubuhku di tanah dan menyenderkan punggungku di batang pohon dengan rapat. Mulutku, ku bungkam rapat-rapat agar tidak mengeluarkan suara, karena dapat memancing pergerakan orang tak di kenal dengan pedang itu. Jantung berdegup dengan cepat aku merasa aku tak akan bisa selamat dari orang bersenjata tajam itu. Aku juga tidak memiliki keahlian dalam menggunakan senjata, aku sangat pasrah dan terus berdoa agar tuhan menyelamatkan ku dari orang jahat itu. Jika bisa.

Suara keributan terdengar dari balik pohon besar yang aku singgahi. Hanya berjarak sekitar 10 meter terlihat ada beberapa cahaya dari api obor yang menerangi pertarungan pedang kedua kelompok yang berbeda. Aku menatap ke arah belakang mendapati banyak orang yang bertarung dengan pedang yang panjang nan tajam dengan penasaran. Terlintas di benakku beberapa pertanyaan tentang ini semua, kenapa mereka semua berkelahi dengan pedang? Emang ini jaman kerajaan jaman dulu yang berperang dengan pedang? Tapi kenapa semua orang menggunakan jubah yang menutupi seluruh tubuhnya termasuk wajah nya. Siapa mereka? Dimana aku sekarang?

The Return Of The ZodiacWhere stories live. Discover now