Ini tentang mereka, orang-orang yang ku sayang, yang aku sebagai pendengar, masalah mereka pelik dan melelahkan.
Tentang seorang yang patah hati, bersedih sendiri di hadapanku
Tentang masalah yang bagai ular tangga berinduk angsa, masalahnya bak menara
Tentang sepasang mata kesukaannya, kian hari kian mati, jiwanya pergi, seperti waktu itu ia duduk sendiri,
menatap tanah dan nafasnya lirih
Tentang ia yang selalu ke kamar mandi, meluruhkan emosi yang mengejarnya kesana kemari.
Dirimu, harus sekuat baja. Apapun itu alasannya.
Masa bodo dengan babak belur, lebam sana sini, terseok-seok merengek pilu memukul hati,
ingin mati.
Manusia tidak peduli, mereka hanya mau tau apa yang mereka mau tau, tanpa melihat ke dalam matamu,
matamu yang tak bermelodi lagi, kosong.
ataupun,
mata nanar yang melihat tingginya jarak dari atas gedung, mata yang selalu mencari pijakan kuat untuk menggantung.
kuatlah, bertahan. apapun kisah dibaliknya.
Untuk dirimu.
jika tidak bisa untuk dirimu, Setidaknya untuk Tuhanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua empat tujuh kepalaku tak mau berhenti
PoetryLagi-lagi, ini hanya apapun itu otak rusak berdialog dengan hati sakit. warning : not for self diagnose or romanticize