30. Kembalinya moodbooster

91 19 188
                                    

Happy reading!



"Sudah lama tak melihatmu, namun perasaanku masih saja sama."

***

Juna menduduki Kayla di jok motor belakang miliknya. Tadinya ingin memesan grab-car  akan tetapi semua sibuk penggunanya, tak ada yang mengambil. Mungkin karena masih pagi, banyak orang bekerja memakai grab. Juna lalu duduk di depan, teman-temannya juga tak akan pergi ke sekolah hari ini, sahabatnya sakit. Lalu bagaimana bisa sekolah tanpa adanya Kayla?

"Kay? Lo denger gue? Pegang perut gue yang kenceng ya," Juna melingkarkan kedua tangan Kayla di perutnya.

"Em-m iy-a," Kayla berucap dengan matanya yang masih belum terbuka.

Ardi meringis melihat hal itu. "Ck, modus! Jagain pacar gue!"

"Lo bilang pacar? Setelah lo nyakitin dia? Gue yang akan jagain Kayla sekarang!" Juna menggeber motornya lalu melajukannya sangat kencang.

Setelah keluar dari perumahan, Juna kembali memelankan motornya. Rumah sakit dari rumah Kayla sangat dekat, ada di jalan raya besar. Namun keluarganya saja yang tak perduli, kecuali Rio.
Rio ingin sekali menolong Kayla, namun belum bisa naik motor.

Begitu tiba Kayla langsung di tiduri banker  rumah sakit, para suster dan dokter disana berlarian.

Dokter itu membawanya ke ruang Icu. "Maaf kalian semua tunggu di luar ya."

Ghea, Veli dan Qila sangat malas sekali jika bertemu dengan kedua orang tua Kayla. Jadinya tadi mereka hanya melewatinya saja. Padahal mereka sedang berada di sofa, nonton tv bersama anak sulungnya. Apa mereka lupa jika mempunyai anak perempuan satu lagi?

"Sumpah gue kalo jadi Kayla, sakit hati banget gila." Veli meraut rambutnya dengan kesal.

"Ada ya? Orang tua kayak mereka? Gue curiga, jangan-jangan Kayla..." tanya Ghea masih bingung dengan kelakuan orang tua Kayla.

"Stop, jangan di lanjut!" Qila berucap sedikit ngegas.

"Jangan di bahas lagi, dan jangan sampe Kayla tau ya. Gue gak mau dia ngerasain sakit terus," ucap Juna sedang menelfon seseorang di sebrang sana.

Veli, Ghea dan Qila memekik berbisik.

"Sialan, bisa gak sih yang modelan begini enaknya langsung jadi kepala rumah tangga aja."

Juna menatap mereka bertiga. "Sorry, gue lupa, kalian kelas berapa? Biar di dispenin."

"XI IPS 2,"

***

Dokter dan suster bersamaan keluar dari ruangan tersebut memberikan informasi. "Suhu tubuh pasien sudah mencapai 42,8  derajat."

Juna memundurkan sedikit tubuhnya. Qila, Veli dan Ghea melongo, pasalnya Kayla juga punya penyakit bawaan sesek nafas. Takut kejang-kejang jika keadaannya panas setinggi itu.

"Kami akan memberikan obat penurun panas secepatnya, permisi."

"Kalo sampe Kayla kenapa-napa, orang tuanya gue bawa ke jalur hukum," ucap Ghea emosi.

"Bapak gue kenal Kayla, Kayla anak yang baik. Jadi kalo orang tua nya macem-macem, itu urusan bokap gue nanti."

"Calm ghe... Gue tau kalo lo ngomong begini karena lagi emosi aja," Veli mengelus pundak Ghea.

"Yowes, tenang dulu. Berdoa aja biar panasnya Kayla turun." ucap Qila duduk di pinggir lorong.

Juna berjalan ke arah lain. "Ardi, gara-gara lo Kayla sakit!" monolog Juna menendang ujung kursi besi di pinggir lorong rumah sakit.

Juna berusaha terus berfikir, mengapa hidup Kayla sangat rumit? Dan mengapa ujian selalu menghampirinya?

"Kalo Kayla abis sadar dan nangis ke gue, lo orang pertama yang gue cari!" gumamnya seraya memukul dinding rumah sakit yang bernuansa putih.

Satu jam, dua jam berlalu. Dokter itu sudah memasukan obat di infusan Kayla, semoga akan ada efek buat menurunkan panasnya.

Salah satu suster menghampiri Juna. "Kalian boleh masuk, harap tenang tapi ya. Jangan lupa pasien untuk makan harus di suapin,"

"Baik sus,"

Juna masuk duduk di samping Kayla yang sedang tertidur pulas. Badannya kini sudah tak terlalu panas.

Veli, Ghea dan Qila duduk di sofa sembari menunggu Kayla bangun. Juna sibuk menatap Kayla dengan sorot ketulusan di dalamnya.

"La, kita udah lama gak ketemu... Gue disini... Gue kira lo sama Ardi udah bahagia... Kalau tahu lo gak bahagia sama dia... Izinin gue untuk masuk ke dalam hati lo.." bisik Juna pelan tanpa sadar meneteskan air matanya.

Setelah mengatakannya, Kayla menggerakkan jemari dan membuka matanya.

"Kayla udah sadar!" teriak Veli berlari memanggil dokter ke luar.

Dokter itu masuk lalu mengecek keadaan Kayla. "Obatnya berfungsi lebih cepat dari biasanya. Suhu tubuhnya turun kembali normal."

"Baik dok, terimakasih."

Dokter itu pergi, tetapi Kayla menatap Juna tak berkedip, tatapan seperti ada kemarahan disana.

"Juna!! Kemana aja sih!" teriak Kayla langsung memeluk Juna erat.

Juna membalas pelukannya. "Gue disini sekarang,"

"Mau sampe kapan meluknya?" ledek Juna membuat Kayla merah merona di pipinya.

"Waktu gue sakit, lo nyuapin gue. Sekarang gantian!" perintah Juna mengambil makanan di samping tempat tidur Kayla.

Kayla mengeluarkan ibu jempol miliknya dan mengangguk nurut.

***

Serius gue mau nanya nih, udah sampe 30 part nih huhu.

Menurut kalian cerita ini gimana sih?
Keluarkan saja unek-uneknya oke!

Terus kalau alur? Menurut kalian pas atau acak-acakan?

Tokoh/pemain yang mendalami banget dalam perannya kira-kira siapa?

Gue minta pendapat kalian yaa di kolom komentar! Kalau di jawab gue bakalan seneng deh! Karena kalian bener-bener baca ceritanya.

Tengkyu bestiee!♡

Trust Me✓ [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang