"Enggak."

Nathan memohon-mohon, memasang wajah memelas.

"Sudah ada rencana ke tempat Ayah dan Ibu?"

Seketika, wajah Nathan langsung berubah. "Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?"

"Tiga tahun. Kita harusnya sudah menikah sekarang."

"Bukannya sama saja?"

"Apanya?"

"Kalau kita menikah sama saja kita akan hidup berdua seperti ini, bercinta, dan melakukan apa yang kita mau berdua. Tinggal bersama. Apa bedanya?"

"Anak?"

"Kita bisa membuatnya sekarang."

Emily menggeleng. "Aku ingin anak setelah menikah. Tidak sekarang."

"Ah, terserahlah!"

Nathan bangkit dari ranjang dan keluar kamar.

⌘♛∞♛⌘

Di kantor, Emily kesulitan untuk fokus pada pekerjaannya. Semua pesan tak dijawab oleh Sheila. Panggilan pun sama. Ada rasa penasaran dan juga khawatir akan keberadaan Sheila.

"Di mana sih dia?"

"Emi!" teriak seseorang.

Emily memalingkan wajah dari komputernya. Seorang wanita bertubuh agak gempal menggunakan tangan untuk mengisyaratkan Emily untuk menghampirinya. Emily pun mengangguk.

"Kenapa Ris?"

Iris tampak kesal, tetapi juga khawatir. "Wanda tidak bisa liputan di TKP nih, tiba-tiba sakit. Kau bisa gantikan?"

"Ah, oke. Siaran langsung ya?"

"Iya. Tim sudah ada di depan, tinggal berangkat saja."

"Oke," jawab Emily.

Emily memang lebih suka bekerja di luar meliput daripada harus berada di kantor. Walaupun sebagai jurnalis, ia harus menulis juga, tetapi pekerjaan lapangan baginya tetap paling menyenangkan.

Baru saja terjadi bunuh diri seorang pria di sebuah ruko. Pria itu menembakkan diri dan meninggal seketika. Banyak sekali orang yang berada di depan deretan ruko itu. Emily berdiri di depan kamera dengan memegang mikrofon, ia meliput berita dengan profesional.

"Bagaimana keadaan di lokasi kejadian Emily?" suara pembawa berita yang ada di studio bisa didengar oleh Emily. "Bisa diceritakan informasi yang Anda dapat?"

"Ya, bisa dilihat di sini. Lokasi kejadian dikeliling warga. Polisi sudah hadir untuk mengecek lokasi kejadian. Diketahui, identitas pelaku bunuh diri ini adalah Steven Joshua umur 34 tahun yang merupakan pemilik dari ruko tersebut. Belum diketahui motif dari bunuh diri, tetapi banyak spekulasi adanya keretakan rumah tangga yang mendasarinya."

Setelah siaran itu berhenti. Apa yang dilakukan Emily bukanlah kembali ke kantor, tetapi kembali mencari informasi tambahan dari kasus yang sedang terjadi. Ia mewawancari salah seorang polisi yang sempat mengecek TKP dan mencatat apa yang sedang terjadi.

Setelahnya, Emily berdiri bersandarkan pada mobil bertuliskan BeritaSatu program terdepan LeaderTV.

"Wanda sakit apa sih?" tanya Ron seorang kameramen.

"Aku juga kurang tahu," jawab Emily tanpa menoleh—ia tengah mengecek kembali catatannya.

"Siapa orang itu? Dia terlihat mencurigakan," ujar Issac salah seorang kru kepada Ron.

Mendengar itu, Emily menoleh ke orang yang dimaksud oleh Issac. Seorang pria dengan jaket parka berwarna krem. Pria itu tengah merokok sembari memperhatikan ruko yang sudah mulai sepi itu.

Making Crazy ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang