"Resha minta maaf, tadi tidak sengaja membentak Mas Ar—"

"Kamu yang menyuruh Mas diam sayang, jadi Mas diam," potong Arkanza cepat.

Aresha mendongak cepat, membuat Arkanza merasa gemas dengan wajah gembil Aresha.

"Jadi, Mas Arka gak marah sama Resha kan?"

Arkanza menggeleng pelan. Lantas, ia menggandeng tangan Aresha, untuk kembali ke rumah. Sebab, hari semakin siang. Dan cuaca pun semakin terik.

Disepanjang perjalanan, Aresha berceloteh ria. Menceritakan butiknya, yang semakin hari, banyak pelanggan.

Arkanza yang mendengarpun, juga turut bahagia, apalagi melihat raut senang diwajah istrinya.

Akan tetapi, raut wajah senang itu, luntur, kala netra Arkanza, dan Aresha menatap mobil Rolls Royce hitam didepan gerbang utama rumah mereka, dengan kerutan di kening keduanya.

Arkanza menggenggam erat tangan Aresha, seketika raut wajahnya berubah. Disaat seorang lelaki turun dari mobil. Jelas sekali, bahwa Arkanza mengenali sosok lelaki tersebut.

"Hai Aresha!" sapanya, membuat jantung Arkanza berdegup dengan kencangnya.

Akan tetapi, Aresha yang tidak mengenali sosok tersebut, mencoba bertanya, sembari melepaskan genggaman erat tangan Arkanza.

"Maaf, siapa ya?"

Lelaki berkacamata hitam tersebut, terkekeh pelan, lantas tangannya membuka kacamata hitam yang bertengger di kedua matanya, seraya tersenyum tipis menatap Aresha.

"Davlin Farrel Mahendra, Ayah kandung Gibran," ucapnya, membuat Aresha melangkah mundur.

Keringat dingin keluar begitu saja, dengan tangan yang bergetar. Jantungnya berdegup kencang, dikala netranya menyorot lelaki didepannya.

Ayah kandung?

"Bi Santi!"

Aresha tersentak pelan, mendengar teriakan Arkanza, lantas ia pun mendongak menatap raut keruh diwajah suaminya.

"Bi, bawa Resha ke dalam. Berikan air minum, dan suruh dia istirahat," titahnya, yang disambut anggukan oleh wanita paruh baya tersebut.

Aresha hanya diam saja, dengan air mata yang menetes di pipinya, ia bagaikan patung, yang hanya menurut, saat tubuhnya, di tuntun masuk kedalam rumah. Meninggalkan, sang suami, dengan lelaki asing tersebut.

Davlin maju, mendekati Arkanza yang hanya diam terpaku.

"Nice to meet you, bro."

Arkanza mengepalkan tangannya, mendadak aura marah, tercetak jelas di rahangnya yang mengetat.

Hingga, tanpa aba-aba, sebuah bogeman mentah, mendarat sempurna di rahang Davlin yang mundur beberapa langkah.

Bugh!

"Maksud lo apa?!" seru Arkanza dengan nafas yang memburu, matanya menyorot tajam netra Davlin yang hanya terkekeh pelan, melihat reaksi Arkanza.

"Santai Ka, rileks," ujarnya membuat Arkanza mendengus, ia maju mendekati Davlin.

"Seharusnya lo sadar diri, sejak lo udah selingkuh dengan Nayla, untuk apa lo datang lagi ke kehidupan gue? Belom puas?" tanyanya disetiap penekanan kata, membuat Davlin tersenyum tipis, sembari menghela nafas kasar.

Tangan Davlin mencengkram kerah kemeja Arkanza, entah kenapa, mendengar nama Nayla, menimbulkan kemarahan, yang sedari tadi ia pendam, sekarang mencuat begitu saja.

Assalamu'alaikum My Wife [END]Where stories live. Discover now