Part 6

17.7K 1.8K 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Keduanya sama-sama menyimpan rasa. Namun, sulit untuk mengungkapkannya, sebab masih ada keraguan dihati mereka."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Hidup tetap harus berjalan, walau kenyataan pahit sering kali datang beriringan. Aresha juga tidak bisa mengubah takdir dimana hidupnya hancur dalam seketika.

Dalam keheningan malam, Aresha menatap wajah Gibran yang tertidur pulas disampingnya. Pikirannya berkelana jauh, dimana saat ia pulang ke kampung halaman, dan bertemu Pamannya—Kakak dari Abinya.

Awalnya, Aresha disambut baik, akan tetapi, saat sang Paman mengetahui kehamilannya, ia diusir begitu saja. Aresha bahkan sudah memohon kepada Pamannya, tapi hanya kemaharan yang ia terima.

Disaat seperti ini, Aresha merindukan kedua orang tuanya. Aresha bahkan hanya bisa melihat wajah kedua orang tuanya di sebuah foto saja. Sebab yang membesarkan ia adalah sang Paman, dan Bibinya.

"Maafkan Bunda Nak," lirih Aresha menatap sendu wajah Gibran.

Bahkan, disaat usia Gibran menginjak empat tahun, ia belum bisa mendaftarkan sekolah putranya. Memang, Bu Dian pernah menawarkan, akan tetapi, Aresha merasa sungkan, sebab kebaikan Bu Dian, sudah lebih dari cukup untuknya.

Bukan hanya itu saja, beberapa hari ini, Arkanza selalu datang ke kontrakan, Aresha hanya takut, kalau Gibran ketergantungan dengan Arkanza. Lelaki itu, nekat untuk mendatangi kontrakannya setelah ia sudah pulang kerja. Mungkin, karena Gibran tidak pernah bertemu dengan sosok lelaki yang dia anggap Ayahnya. Sehingga, Gibran begitu dekat dengan Arkanza.

Dering telepon membuatnya tersentak, ia segera mengangkatnya, tanpa melihat nama si penelpon.

"Assalamu'alaikum Resha."

Aresha sontak terkejut, dikala suara berat itu menyapa indera pendengarnya. Ia sedikit melihat nama si penelpon, dan helaan nafas keluar begitu saja.

"Wa'alaikumsalam Pak Arka."

"Apakah saya menganggu waktumu?"

Aresha terdiam sebentar, sebelum akhirnya menjawab. "Tidak Pak Arka, memang ada apa ya?"

"Saya ada di ruang tamu, kamu bisa keluar sebentar dari kamarmu?"

Suara yang keluar dari seberang sana, sontak membuat Aresha bangkit dari rebahannya. Ia menyelimuti Gibran, memakai jilbab instan-nya, dan berlari kecil membuka pintu kamar.

Assalamu'alaikum My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang