Part 27

14.3K 1.2K 27
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Jangan jadi egois karena memikirkan kesalahan, yang belum bisa dimaafkan. Sebab, perceraian dalam rumah tangga, akan berdampak besar, kepada anak-anaknya."

©©©

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©©©

Tiga bulan kemudian

Tidak ada yang tau, bahwa takdir akan membawa Aresha kembali ketempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan, dengan penuh kasih sayang. Walau, hanya Paman, Bibi, dan sang Abang yang dulu ia punya.

Kota Garut, Jawa Barat. Terletak di Desa Banjarwangi merupakan tempat tinggal Aresha sekarang. Ya, kampung halaman yang dulu Aresha tinggalkan, bertujuan merantau ke Jakarta, untuk bisa menggapai mimpinya. Akan tetapi—ah sudahlah, Aresha tidak ingin mengingat kejadian yang menimbulkan luka yang begitu sulit untuk Aresha terima.

Biarkan semuanya mengalir dengan sendirinya, kalaupun ia dan sang suami berpisah, dan tidak bisa untuk kembali bersatu lagi. Tidak apa-apa, Aresha ikhlas, ia juga bisa menghidupi kedua anaknya nanti.

"Sha, kamu mau ikut Abang ke toko, gak?"

Suara Riko—Abang sepupu Aresha, terdengar. Lantas, membuat wanita hamil tersebut mendekat, sembari menjawab, "Ikut Bang, sekalian mau jemput Gibran sekolah."

Riko mengangguk, dan tersenyum, kemudian mengeluarkan motor bututnya dari rumah Paman dan Bibi, dan mempersilahkan Aresha untuk duduk dijok belakang.

Aresha yang agak kesusahan, sebab perutnya semakin membuncit pun meminta bantuan tangan Riko untuk naik ke jok belakang. Kemudian, motor tersebut pun berjalan menyusuri pinggiran sawah, dan sungai-sungai yang tidak jauh dari jalan desa.

Banyak anak-anak kecil yang bermain air di sana, apalagi, terdapat jeram-jeram yang cukup menantang.

Aresha menghirup udara desa yang segar di pagi hari seperti ini, membuat suasana hatinya kian tentram, dan bisa sedikit melupakan rasa rindunya.

Tiga bulan, merupakan waktu yang cukup menyiksa bagi Aresha melewati semua ini, terutama dimasa kehamilannya. Dulu, saat mengandung Gibran, Aresha biasa saja. Dan tidak terlalu mood swing. Akan tetapi, saat kehamilan keduanya ini, Aresha sangat merindukan suaminya. Terlepas semua kesalahan yang diperbuat Arkanza.

Dua bulan yang lalu, Aresha sempat berteriak marah pada Faiz—bodyguard Arkanza, yang telah memantaunya, saat ia menjemput Gibran pulang.

Bagaimana Aresha tidak marah, Faiz diam-diam memantau aktivitas sehari-harinya, selama dua bulan. Dan waktu ditanya, Faiz berkata, dia disuruh Arkanza melakukan semua itu. Tentu Aresha sangat marah, dan mengatakan pada Faiz, untuk disampaikan kepada Arkanza, jangan mengganggu hidupnya lagi.

Assalamu'alaikum My Wife [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang