BAB 5 - Juned

107 20 8
                                    

Juna kini sedang menuju suatu tempat yang biasa ia datangi, setidaknya ia selalu menyempatkan diri untuk mampir ke tempat ini walaupun hanya untuk sekedar menikmati kopi dan mengobrol bersama sang pemilik kedai sepulang dirinya mengajar di SMA tempat ia sekolah dulu.

"Yo Pak Somad.." Sapanya pada Pak Somad yang kini sedang mengantarkan makanan pada sekumpulan anak SMA yang sepertinya sedang membolos karena seharusnya mereka sudah harus kembali ke sekolah pada jam ini.

"Om Juna.. kopi biasa?" Tanya Pak Somad menghampirinya.

"Iya Pak.. kopi seperti biasa." Kata Juna lalu mengambil sebuah gorengan dan melahapnya.

"Udah selesai ngajarnya?"

"Udah." Jawab Juna. Ia kini adalah pengajar juijitsu di setidaknya 10 SMA di kota Jakarta, salah satunya SMA-nya dulu. Ia melakukan ini bukan karena ia membutuhkan uang, namun lebih kepada menepati janjinya kepada ayahnya, selain itu ia juga suka melihat antusiasme mereka. 

"Kelompok pembolos yang beda lagi nih? Kayaknya beda sama yang gue lihat minggu lalu." Kata Juna.

"Iya.. yang ini beda. Lama-lama kedai ini beneran jadi tempat bolos berjamaah anak SMA sekitar deh." Katanya. "Abis kalian berdelapan sih legendanya, jadi generasi setelahnya turun temurun dateng ke tempat ini buat bolos."

"Whahaha." Katanya.

"Bapak kalau lagi rame anak pas jam sekolah gini tuh suka inget kalian.. elu, Robin, Jojo, dan Mas Rayan kan si tukang bolos sekolah."

"Iya para begundal.."

"Hobinya bolos.. tapi trus Mas Ale, Mas Dikta, Mas Aryo, sama Non Alex juga suka ikut-ikut."

Juna sekilas tersenyum getir ketika mendengar nama seseorang disebut oleh Pak Somad.

"Bapak jadi kangen yang lain.. udah lama gak lihat Mas Ale langsung, kemarin baru ngeluarin lagu lagi kan ya? tu anak berbakat banget dah.. lagu bikinannya enak-enak, orang tua kayak Bapak aja suka." Katanya.

"Iya, lagunya yang baru ini masuk top chart lagi." Kata Juna.

"Padahal dulu kerjaannya tidur di kedai ini ya, siapa yang tahu bakal se-terkenal itu."

"Hahaha.. gue aja udah lama gak ketemu dia Pak, sibuk banget." Kata Juna.

"Mas Dikta sama Non Alex juga gak pernah ada lagi. Kangen Bapak sama Non Alex, biasanya dia yang paling rame bikin pertunjukan tari di sini." Katanya.

Ia merindukan masa-masa itu.

"Dikta sekarang di Inggris pak, lagi sibuk menciptakan vaksin baru buat umat manusia.. peneliti Oxford dia sekarang.." Dikta kini tinggal di Oxford setelah bergabung menjadi salah peneliti di universitas itu.

"Oxford itu universitas di Inggris yang terkenal itu kan ya?"

"Hm." Timpalnya mengangguk.

"Duh emang paling pinter ya Mas Dikta.. Bapak kok ikut bangga dengernya.." Kata Pak Somad. "Emang pas di sekolah rajin sih.."

"Wehehehe.. iya.. coba dulu gue rajin sekolah, mungkin gue bakal ke luar negeri jadi ilmuan kayak Dikta."

"Bapak kayaknya ragu Om." Katanya.

"Dasar.. tapi bener sih.. gue belajar sekeras apapun gak akan bisa kayak Dikta, jadi kan mending gak perlu belajar kan ya." Celetuknya.

"Dasar, gak jadi gitu juga!" Sahut Pak Somad.

Juna terkekeh.

"Mas Aryo sih rajin juga Bapak liat suka kemari.. tapi kalau Non Alex gak pernah liat lagi ke sini, cuman bisa lihat di TV, tambah cantik aja makin hari, kadang gak nyangka itu orang yang sama kayak yang bapak kenal pas dia masih bocah."

ONCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang