Indah

904 110 1
                                    

Kaoru hanya menatap datar pada kelopak bunga berwarna kuning yang berhamburan di lantai. Bunga krisan kuning. Desahan nafas terdengar, pria tersebut bergegas membersihkan kelopak-kelopak bunga. Dia membasuh tangannya lalu bergegas keluar dari kamar mandi. Mengenakan yukata biru yang telah menjadi ciri khasnya kini dan mulai memeriksa jadwal janji temu nya dengan klien.

Kaoru tak lagi memikirkan tentang kelopak bunga atau fakta bahwa tenggorokannya terus terasa gatal. Bahkan tanpa perlu dia mencari tahu, Kaoru sudah mengetahuinya. Jadi, menurutnya itu merupakan hal yang percuma jika dia terus memikirkannya. Dia melewati hari itu seperti biasa. Bertemu klien, bermain bersama anak-anak remaja itu, pulang ke rumah untuk beristirahat lalu pergi ke ‘S’. Tak ada yang berubah.

Ya, tidak ada yang berubah kecuali batuknya yang menjadi semakin sering.

Sudah sebulan sejak dia mulai membatukkan kelopak bunga. Kini kelopak bunga telah berganti menjadi satu bunga utuh. Rasa sesak di dada nya dan bagaimana dia merasa sangat berat hanya untuk menarik nafas. Kaoru tetap diam dan berusaha untuk tidak memikirkan hal tersebut.

“Hanahaki?” Kojiro terdengar bingung. Dia menatap Kaoru yang terus menatap ke layar laptopnya. Kaoru berkata, “Ya. Kau tahu, penyakit batuk bunga.”

Kojiro memutar matanya, “Kaoru, aku tahu apa itu. Tetapi kenapa kau bertanya tentang itu?”

Kaoru mengangkat bahu acuh tak acuh, “Hanya penasaran. Beberapa klienku meminta untuk menulis puisi singkat tentang bunga. Dan mereka bercerita tentang hanahaki. Bagaimana menurutmu?”

Walaupun hal itu bukan kebohongan , tetapi itu jelas bukan alasan mengapa Kaoru tiba-tiba mengangkat topik tentang hanahaki. Kojiro mendesah. Dia kemudian berkata, “Menurutku itu adalah penyakit yang mengerikan. Maksudku.. ada tanaman yang tumbuh di dalam paru-paru mu hanya karena cintamu bertepuk sebelah tangan. Sudah berapa banyak orang yang mati karena itu?”

Kaoru meminum wine yang disajikan bagi nya dengan gerakan anggun. Dia kemudian berkata dengan tenang, “Menurutku itu indah. Tentu sebuah keindahan yang menyimpan kengerian.”

Kaoru menyentuh tangannya sendiri, “Karena perasaan cinta yang kau rasakan sudah begitu dalam namun tak dapat kau ungkapkan, sebuah bunga tumbuh di dada mu untuk menyampaikan perasaanmu. Bisa saja pada orang yang kau cintai atau bisa saja pada dirimu sendiri.”

Kaoru tersenyum tipis, “Dan saat kau mati, bunga-bunga tumbuh dari kulitmu. Menghiasi tubuhmu dengan cintamu yang begitu besar. Sebuah cinta yang begitu besar sampai merenggut nyawamu sendiri.”

“Kau berkata seolah kau telah merasakannya.”

Kaoru mengendik, “Siapa yang tahu?”

Saat bunga yang dia batukkan semakin meningkat dan memiliki tambahan darah pada kelopaknya, Kaoru tertawa miris. Ya, penyakit yang memang begitu indah namun menyimpan kengerian.

10 Juli 2021

MatchablossomWhere stories live. Discover now