Sakit

951 139 5
                                    

Ketika Kojiro bangun pagi itu—atau mungkin tepatnya siang, kepala nya terasa seperti akan pecah dan matanya sangat berat. Seluruh tubuhnya sakit seolah dia baru saja dijatuhi batu besar. Kojiro merasa suhu di sekitarnya sangat dingin meskipun hari itu adalah awal musim panas.

Bergerak membuatnya merasa mual dan pusing. Saat itu Kojiro sadar jika dia terkena demam. Dan sangat buruk karena dia seorang diri di rumahnya juga kota obatnya sedang kosong karena dia lupa mengisi nya.

Kojiro mendesah, pasrah.

Dia kembali menutup matanya, berusaha untuk tidur. Pikir Kojiro, mungkin saja demamnya akan turun saat dia bangun nanti.

..

Sayangnya, apa yang dia pikirkan tidak benar. Demam nya justru bertambah buruk.

Dengan susah payah dia meraih ponselnya, menelpon seseorang yang dia rindukan saat ini.

Ketika nada terhubung berganti menjadi suara yang akrab di gendang telinga Kojiro, pria besar itu tersenyum.

"Kaoru." Suara Kojiro terdengar serak. Mungkin karena dia belum minum sejak bangun pagi. Kaoru bertanya alasan dirinya menelpon dan Kojiro menjawab dengan alasan yang membuat Kaoru kesal.

"Hanya ingin mendengar suaramu, baby."

Kojiro tak begitu yakin apa yang Kaoru katakan selanjutnya karena rasa pusing menyerangnya dengan begitu buruk. Mungkin saja dia tak sengaja mengerang sakit karena dia bisa mendengar suara Kaoru yang berubah menjadi khawatir.

Hal berikutnya yang Kojiro ingat adalah memutus panggilan begitu saja dan kembali jatuh tertidur.

..

Ketika berikutnya Kojiro terbangun, ada handuk basah di atas dahi nya. Selimutnya juga bertambah dan Kojiro merasa lebih nyaman dari sebelumnya.

Kojiro bisa mendengar langkah kaki menuju kamarnya, tak lama pintu kamarnya terbuka. Kaoru berdiri di ambang pintu, memegang nampan. Sang kaligrafer tampak sedikit terkejut tetapi dia dengan cepat melangkah masuk.

"Bagaimana keadaanmu? Lebih baik?" Tanya Kaoru. Dia meletakkan nampak yang dibawa nya pada meja nakas, mengambil handuk basah dari dahi Kojiro lalu membantu Kojiro untuk duduk. Kaoru dengan penuh perhatian memberikan segelas air untuk diminum Kojiro.

"Ternyata gorila seperti mu bisa jatuh sakit. Kukira, primata sepertimu lebih kebal terhadap penyakit."

Kojiro tertawa hampa, "Bagaimanapun aku juga makhluk hidup, Kaoru."

Kaoru hanya menggelengkan kepalanya. Dia mengambil semangkuk bubur dari atas nampan. Kedua pipinya memiliki semburat merah muda samar ketika dia berbicara, "Aku membuat bubur. Mungkin tidak enak. Tapi kau harus makan."

Kojiro terharu. Benar-benar terharu. Dia menatap Kaoru dengan kedua matanya yang berbinar. Bergegas memgambil mangkuk dari tangan Kaoru dan mulai memakan bubur yang dibuat Kaoru.

Sedikit asin tetapi baik-baik saja.

Lagi pula ini buatan Kaoru!

Fin

25 April 2021

MatchablossomUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum