Bagaimana bermula

3.4K 302 30
                                    

Awalnya itu terjadi karena ketidaksengajaan. Atau begitulah yang dipikirkan Kojiro. Bagaimanapun, dia hanyalah seorang anak laki-laki berusia 9 tahun pada saat itu. Pemikirannya belum serumit pemikiran orang dewasa. Kojiro benar-benar terpana oleh kecantikan yang dimiliki Kaoru. Kata Ibu nya, ketika kau menyukai seseorang, berikan saja dia bunga. Jadi, Kojiro dengan sangat polos, mengambil bunga-bunga liar dengan warna senada dengan rambut Kaoru. Membuatnya menjadi sebuah karangan bunga kecil yang berantakan lalu dengan malu-malu memberikannya pada Kaoru.

Saat itu, Kaoru menatap nya terkejut. Kedua bola mata nya yang berwarna emas terlihat semakin cantik saat mereka melebar karena terkejut. Kaoru menatap pada anak laki-laki di depannya. Rambut hijau gelap dengan kulit tan, hidungnya ditutupi dengan plester begitu juga lutut dan siku nya. Pasti karena terjatuh saat bermain. Anak itu nampak malu-malu saat mengulurkan karangan bunga sederhana itu padanya.

"Ma-mau kah kau.. menjadi temanku?" Suara nya terdengar keras di awal namun pada bagian akhir terdengar seperti cicitan. Kaoru tertawa, dia mengambil bunga dari tangan anak laki-laki di depannya dan tersenyum dengan cerah, "Tentu!"

...

Kojiro mengutuk dengan keras. Apa yang sebenarnya dia lakukan? Apakah dia sudah gila?!

Pemuda bersurai hijau itu menatap pada karangan bunga yang ada di tangannya saat ini. Kojiro ingin menemukan lubang dan mengubur diri nya sendiri. Benar-benar memalukan!!

Apa yang dia anggap sebagai rencana brilian beberapa bulan yang lalu, kini dianggapnya sebagai rencana terkonyol yang pernah ada. Dia telah menabung uang jajannya selama beberapa waktu demi membeli karangan bunga ini. Bunga-bunga dengan warna merah muda yang cantik. Walau demikian, Kojiro segera menyesali keputusannya saat dia melihat Kaoru yang tengah berlatih skateboard di taman. Kaoru, anak laki-laki cantik yang dia berikan bunga beberapa tahun lalu, kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang lihai bermain papan beroda tersebut. Dia masih secantik dulu. Mungkin lebih. Ditambah dengan tindikan pada telinga dan bibir nya. Membuat kesan seolah Kaoru adalah anak nakal yang sulit diatur. Tetapi bagi Kojiro, itu menambah daya tarik nya. Dia nampak lebih seksi.

Kaoru masih memakai seragam sekolah, begitu juga dengan diri nya. Beberapa hari lagi mereka akan dinyatakan lulus dari sekolah mereka. Walau berat meninggalkan tempat itu. Bagaimana pun, ada banyak kenangan yang dibuat di sana. Dan Kojiro telah bertekad untuk mengatakan perasaannya selama ini pada Kaoru. Sebelum mereka lulus, sebelum diri nya pergi keluar negeri untuk mengejar impiannya sebagai seorang koki.

Sebelum semua nya lebih terlambat.

"Kojiro!" Kaoru memanggil nya. Suara nya riang dan penuh semangat. Kegugupan Kojiro kembali menyerang. Terlebih saat Kaoru datang mendekat. Dia berniat menyembunyikan bunga yang dipegang nya, tetapi Kaoru telah melihat nya. Dan itu menjelaskan ekspresi menggoda pada wajah Kaoru. Kojiro merasa semakin gugup saat Kaoru telah berdiri di depannya. Mentari sore yang menyinari Kaoru membuatnya tampak indah.

"Jadi, siapa gadis beruntung yang akan mendapatkan bunga itu?" Kaoru menggoda nya.

Tanpa banyak kata, Kojiro segera mengulurkan karangan bunga itu pada Kaoru. Sama seperti yang dia lakukan saat kecil dahulu. Sempat terkejut, tetapi ekspresi Kaoru dengan cepat berganti menjadi senyuman geli. Dia menunggu Kojiro untuk membuka mulut. Walau seperti nya sudah tau apa yang akan Kojiro katakan.

"Ka-Kaoru.. aku.. aku.. menyukaimu! Keluarlah denganku!"

Meski terbata-bata, Kojiro berhasil mengatakan perasaannya tanpa hambatan. Dia tak berani menatap wajah Kaoru. Terlalu gugup. Tiba-tiba saja dia mendengar suara tawa, Kaoru sedang menertawakannya. Kojiro menjadi kesal sesaat. Tak tau kah Kaoru betapa sulit nya mengumpulkan keberanian untuk mengatakan hal memalukan itu?! Kojiro akan memarahi Kaoru karena nya, tetapi seluruh kata-kata dan kekesalannya menghilang begitu saja ketika Kaoru mengambil bunga dari tangannya dan memberikan ciuman kilat di pipi nya.

MatchablossomWhere stories live. Discover now