Chapter 43 • Kirim Foto (Part 1)

99 17 148
                                    

Can
Aku mau kirim foto satu lagi.

Tin
Oke gue tunggu.

Tin duduk tegak. Selimut yang membungkusnya menggunung di paha. Udara sore menyapu kulitnya yang telanjang. Tin jarang pakai baju kalo tidur. Ribet.

Can
Kalo ternyata aku bentukannya kayak bapak-bapak nggak apalah yaa berarti kamu tetap mau berteman kan?

Tin
Iyalah, masih mau dong. Kan lo penting buat gue. Lagian kita juga udah berteman dari berminggu-minggu lalu.

Can
Bentar-bentar aku kasih sensor dulu.

Can

Can

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tin bengong nggak tahu mau komentar apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tin bengong nggak tahu mau komentar apa. Dia sudah mengira-ngira bentuknya Can kayak gimana, tapi pas dikasih lihat separuh mukanya, tetap aja ia melongo.

Can
Maaf ya Tiiin... Tadi aku becandain pas kirim foto sebelumnya. Kamu nggak marah kan? Yang ini beneran foto aku.

Tin
Love.

Can
Jangan cuma love-love. Komen dong.

Harus komen apa?

Can tampan dengan cara yang sulit dipercayai. Bukan jenis breathtaking beauty, tapi jenis yang membuat orang nggak mau berpaling setelah memandangnya.

Matanya cantik, tatapannya tajam tapi sendu, bibirnya penuh dan mengkilap, kulitnya halus. Dia sangat imut. Can jelas tahu bagaimana cara membuat orang lain terpesona dan Tin tanpa sadar lupa berkedip.

Can
Yang foto couple tadi om-om aku beneran. Aku niatnya becandaan sama kamu jangan marah ya..

Tin menscreenshot foto Can.

Tin
Gue tau kok lo ngejebak gue. Wkwkwkwk..

Tin berusaha menenangkan debaran jantungnya. Ini mulai nggak bener nih.

Can
Aku udah lihat separonya kamu di WP kemarin. Nah biar adil, aku kasih liat separo mukaku di sini.

Tin
Sayaaang kok disensor sih?

Can
Iyaa disensor kan aku ikutin rule kamu. Kamu kemaren kasih lihat di WP bentukanmu separoh doang eh malahan seperempat doang. Sengaja nggak sensor bibir biar kamu tau bibirku seksi. Hahahhaha...

Tin
Ah shit. Lo mention bibir bikin gue fokus ke situ. Bibir lo kok mengundang gitu sih?
Jangan kasih liat ke orang ntar mereka mupeng.

Tin menzoom bibir Can. Tipis yang atas, tebal yang bawah. Warnanya cerah dan cipokable. Belum-belum dia sudah memikirkan banyak kemungkinan yang bisa bibir itu lakukan.

Dia butuh holy water untuk membersihkan otaknya yang kotor.

Tin menggeser ke mata Can. Matanya besar, runcing menatap sendu ke arah kamera. Can pernah bilang dirinya minus. Kayaknya saat foto ini diambil, Can lagi pakai softlens.

Tin
I like your eyes.

Tin melihat sesuatu di sorot mata Can.

Tin
Kenapa mata lo terlihat sedih?

Can
Nggak tau. Udah bentukannya gitu. Tapi aku nggak lagi sedih.

Tin
Sebenernya mata lo tuh bukan yang turun ke bawah gitu. Bentuknya lebih eye cat yang ujung luarnya ke atas. Gue sering nggambar muka soalnya. Tapi kenapa pandangannya sedih?

Can
Aku baru tahu kalo kamu bisa nggambar juga. Wow kamu penuh bakat yaa.. Akhirnya ada bakat lain juga selain kamu sangean. Ahahahha..

Tin kembali berbaring sambil memandangi foto Can. Hanya kelihatan separuh muka. Can agak chubby, pipinya gembil dan mulus. Matanya eye cat. Bibirnya bikin berfantasi liar.

Tin terpesona pada penglihatan pertama. Kali ini ia yakin itu benar-benar Can. Bukan pasangan Kera Sakti yang barusan.

Sore itu Tin baru bangun, tapi rasanya dia pingin tidur lagi biar bisa mimpiin senyum bulan sabit Can.













.



.



.













TBC









Gayss, kalo kalian tahu foto apa yang pertama dia kirim, kalian bakal melongo juga sambil jedotin kepala di bebatuan.










Juli 10, 2021

CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang