(UN)HAPPINESS - 01

626 366 989
                                    

Seorang gadis dengan rambut pirang sepunggung melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah yang sepi, tatapan matanya menunjukkan rasa takut. Ia berjalan dengan cepat sambil menolehkan kepalanya kesana kemari.

Dia adalah Grizelle Falisa Diandra, gadis yang dibully oleh satu sekolah. Falisa sengaja datang awal untuk menghindari anak-anak yang biasanya akan mencegat dirinya didepan gerbang, lalu mereka akan mulai menyiksa gadis itu habis-habisan.

Setelah sampai didepan kelas 11-3 Falisa langsung bergegas masuk dan mendaratkan bokongnya di kursi paling belakang yang mejanya dipenuhi dengan coretan makian, siapa lagi jika bukan untuk dirinya. Ia mengambil napas perlahan, rasa takut terus saja menguasai dirinya jika berada di lingkungan sekolah.

"Syukurlah mereka belum datang," gumamnya pelan, mata bulatnya menyusuri kelas yang hanya ada dirinya.

Falisa mendaratkan kepalanya ke meja, ia memejamkan matanya lelah. Semalam ia tidak tidur dengan benar, hari-harinya benar-benar melelahkan.

Baru saja Falisa ingin menyusuri alam mimpi, tiba-tiba kepalanya dipukul dengan meja. Gadis itu tersentak kaget, ia meringis kesakitan memegang kepala bagian belakangnya yang sudah berdarah. Padahal lukanya yang kemarin belum sembuh.

"HEY BAJINGAN, BANGUN SIALAN!"

Belum sempat Falisa berdiri dengan benar, seorang gadis cantik dengan wajah yang dingin menendangnya dengan kuat hingga menubruk dinding dengan keras. Rasanya tulang-tulang gadis blonde itu akan segera patah. Atau mungkin sudah patah?

"Sialan nih anak, ternyata dia datang awal supaya gak kena gangguan kita!" Gadis bergigi kelinci menampar pipi Falisa berulang kali, Ia tak peduli bahkan jika hidung gadis yang ia tampar itu sudah keluar darah.

"Gak segampang itu, sialan!" Lalu gadis dengan kulit tan menonjok perut Falisa, tak puas dengan itu ia menjambak rambut nya sambil membenturkan kepalanya berkali-kali di dinding.

Seperti seorang psikopat, mereka bertiga tertawa melihat Falisa yang sudah terbaring lemas dengan keadaan yang mengenaskan.

"Aileen, Liat deh mukanya lucu banget! Sampe pengen muntah gue, hueekk..." Gadis bergigi kelinci itu tertawa sambil sesekali menendang Falisa.

Gadis yang dipanggil Aileen tertawa menanggapi nya, ia kemudian duduk dengan asal di sebuah kursi yang tak jauh dari Falisa. Ia menatap jijik pada Gadis yang baru saja mereka aniaya. Ia tak peduli dengan orang-orang yang telah berkumpul di depan kelas, toh mereka tidak akan melakukan apapun. Mereka hanya menonton dan tertawa melihat gadis itu yang di bully.

"Eh, lo! Bangun sialan," Gadis berkulit tan menendang-nendang Falisa agar bangkit, melihat gadis blonde itu yang masih meringkuk dilantai membuatnya emosi. "ANAK SIALAN, GUE SURUH BANGUN YA BANGUN!" Dengan kejamnya dia melemparkan kursi ke Falisa.

Aileen hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum puas melihat atraksi didepannya, ia mendesah kecewa melihat Falisa yang telah kehilangan kesadarannya.

"Naya, Acha, tikusnya lagi istirahat kayaknya. Gue juga lagi bosan, yuk." Aileen mempoutkan bibirnya kecewa, sepertinya ia harus membiarkan mainannya untuk istirahat dulu.

"Yaudah, mending kita ke kantin," Naya langsung merangkul pundak Aileen dan Acha, "Abis itu kita lanjut main!" Dengan riang seolah tak terjadi apapun ketiga gadis cantik itu melangkah meninggalkan kelas.

Meninggalkan Falisa yang meringkuk, gadis itu diam-diam menangis. Mengasihani dirinya sendiri. Bahkan orang-orang dikelasnya diam, mereka seolah menganggap hal tadi adalah tontonan yang paling menyenangkan.

Kehidupan sekolahnya bagaikan neraka, ia tidak bisa beradaptasi dengan baik. Bagaimana dirinya bisa beradaptasi jika ketiga gadis itu terus saja menganggu ketenangan hidupnya dan orang-orang? Mereka bersenang-senang akan hal itu.

(UN)HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang