(UN)HAPPINESS - 02

463 329 575
                                    

Happy Reading🌻


•°∆°•

Aku selalu takut,
Aku selalu disakiti,
Sekuat apapun aku berusaha untuk keluar,
Aku selalu ditempat yang sama.
Aku ingin sekali saja kebahagiaan muncul dalam hidupku,
Apakah sesulit itu?
Sekarang aku ingin menyerah,
Aku ingin menyerah pada semuanya.

Bisakah aku membuat mereka merasakan seperti apa yang aku rasakan selama ini?
Aku ingin melakukannya dengan tangan ku sendiri!

Setelah menulis isi hatinya, Falisa segera menyimpan buku kecil berwarna hitam kembali kedalam tasnya. Ia menghela napas pelan, rasanya sulit untuk pergi ke sekolah. Apakah ia membolos saja hari ini? Tapi jika ia melakukannya, besok hukuman yang akan ia terima semakin besar.

Dengan malas Falisa memakai tasnya, ia segera keluar dari kamar kecilnya. Dapat gadis blonde itu lihat anggota keluarganya tengah melakukan ritual pagi hari, sarapan.

Tanpa menyapa mereka gadis itu segera pergi dari sana, toh mereka juga tak akan peduli. Jika dia ngotot bergabung bersama mereka, ia akan menerima hal itu lagi.

Tapi tanpa Lisa dan juga anggota keluarga lainnya ketahui, seorang gadis seumuran Falisa menatap punggung gadis itu dengan sedih. Ingin rasanya ia memanggil Falisa lalu bergabung bersama mereka, ia ingin seperti dulu.

"Mawar, ada apa denganmu?" Gadis blonde itu menatap kakaknya gelagapan, ia segera menghapus tetesan air mata yang tanpa sadar mengalir di pipi chubby nya.

"Kau menangis?" Gadis bermata kucing segera menghadap ke adiknya, ia menangkup pipi chubby mawar sambil menghapus air mata yang entah kenapa terus keluar tak ingin reda.

Kedua orang tua mereka menatap khawatir anaknya itu, mereka terus bertanya hal yang sama. Apa yang membuat anak kesayangan mereka menangis?

"Ti-tidak, Kak. Aku tak apa, sungguh." Mawar menepis pelan tangan Jenniffer, dia mengusap kasar pipinya.

Tiba-tiba saja ingatan ketika dulu dia bersama Falisa menerobos masuk kedalam pikirannya, ia sangat merindukan Falisanya. Melihat keadaan sekarang sepertinya mustahil jika dia bersama gadis itu lagi.

"Gak apa-apa gimana? Kamu nangis Mawar," Soraya, anak tertua keluarga itu memegang lengan adiknya, berharap gadis chubby itu mau menuturkan apa yang ia pikirkan. "Cerita!" Tuntutnya memaksa.

"Falisa..." Cicit Mawar, 'Aku ingin seperti dulu, bersama gadis itu.' Lanjutnya dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri yang bahkan tak bisa mengatakan keinginannya.

"Gadis sialan itu? Apa yang dia lakukan padamu?!" Jenniffer menggebrak meja, mata kucingnya menajam. Ia muak dengan gadis bernama Falisa yang sialnya adiknya sendiri.

"Jen, Your mouth!" Mamanya mengingatkan sambil menatap tajam anaknya itu.

Jenniffer hanya mendengus kesal, tanpa ba-bi-bu gadis itu langsung beranjak pergi dari sana.

"Oh yah, kamu tenang aja. Nanti Kakak akan memberikan pelajaran pada anak sialan itu." Mawar merinding melihat smirk diwajah Kakaknya itu, wajahnya sangat menakutkan.

But, wait. Memberikan pelajaran? Pada Falisa? Maksudnya? Setelah otaknya meloading, Mawar segera berdiri berteriak memanggil nama Jenniffer berkali-kali. Tapi nihil, Kakaknya sudah pergi.

(UN)HAPPINESSOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz